184.000 jiwa terancam letusan Galunggung
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 184.000 warga di lima kecamatan yakni Kecamatan Padakembang, Sukaratu, Leuwisari, Sariwangi,dan Cisayong,Kabupaten Tasikmalaya, dipastikan terancam keselamatan jiwanya jika Gunung Galunggung benar-benar meletus.
Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Galunggung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, kelima kecamatan tersebut masuk kawasan rawan bencana I dan II yang berjarak sekitar 7 kilometer dari kawah.
Terlebih tiga tanggul penahan lahar yang berada di Kampung Dindingari dan Kampung Peer, Desa Mekarjaya, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, hancur dan hanya tinggal satu tanggul saja yakni yang berada di Kampung Bebedahan dengan kondisi yang rusak. Kerusakan terjadi akibat aktivitas penggalian sporadis penambangan pasir galian C.
Selama ini mereka tidak memerhatikan kondisi lingkungan, sehingga benteng pertahanan lahar dingin Gunung Galunggung kini sudah tidak ada lagi.
"Namun demikian, saya berharap warga tidak panik, hanya memang kepada mereka yang berada di kawasan rawan bencana I dan II untuk selalu siaga menghadapi peningkatan aktivitas Gunung Galunggung. Bahkan kami telah terus menerus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka selalu waspada dan siaga pada saat gunung meletus," papar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya Abdul Holik.
Sosialisasi yang dilakukan BPBD berupa pemetaan jalur evakuasi, pembentukan satuan bencana tingkat kecamatan, hingga mengoordinasikan penunjang kesiapan infrastruktur lainnya. Hal itu dimaksudkan untuk meminimalisasi jatuhnya korban jiwa, sehingga pada saat terjadi Gunung Galunggung meletus warga sudah bisa menyelamatkan diri dengan tenang tidak panik.
Setelah Gunung Galunggung berstatus waspada,warga di Kampung Ciaseum dan Gedong Muncung, Desa Sinagar, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, sudah mulai mengemasi barang sebagai persiapan mengungsi apabila ada peringatan bahaya dilakukan dan gunung benarbenar meletus.
Wajar saja hal itu dilakukan mengingat jarak kedua kampung itu hanya sekitar 1 kilometer dari kawah. "Tetapi, hanya warga di dua kampung itu, karena khawatir gunung meletus kapan saja. Saya pikir hal itu wajar karena memang letak pemukiman ke kawah hanya 1 kilometer. Sedangkan di kampung lain tidak melakukan hal yang sama karena memang jaraknya sedikit jauh meskipun masuk ke dalam kawasan rawan bencana I," ungkap Kamaludin (25), tokoh pemuda Desa Sinagar.
Kepala Desa Padakembang Aang Muhidin mengatakan, atas inisiatif warga akhirnya melakukan ronda setiap malam dengan jumlah 25 orang yang berasal dari lima kampung di kawasan tersebut.
"Hal itu untuk menginformasikan jika sewaktu-waktu gunung benar-benar meletus, mereka siaga sejak menjelang malam hari hingga subuh. Alhamdulillah, warga mengerti dan terus waspada setiap saat," imbuh Aang.
Di Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung di Kampung Sayuran, Desa Padakembang, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, tampak banyak dikunjungi warga yang ingin mengetahui pasti kondisi gunung. Namun setelah mendapatkan penjelasan, akhirnya warga kembali ke rumah.
"Hingga Rabu (15/2) ini statusnya masih belum berubah dari status waspada atau level II atau naik satu level dari status aktif normal. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi, bisa saja statusnya naik menjadi siaga atau kembali ke posisi aktif normal, tergantung aktivitas vulkanik Galunggung," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Heri Supartono.
Sementara itu, Kepala PVMBG Surono menyebutkan ada empat gunung api berstatus siaga di antaranya yakni Semeru di Jawa Timur, Papandayan di Jawa Barat, Karangetang di Sulawesi Utara,dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara. Selain itu, tercatat 21 gunung api lainnya berstatus waspada.
"Namun, tidak ada keterkaitan antara masing-masing gunung. Alasannya, setiap gunung memiliki sifat dan ciri khasnya berbeda. Beberapa gunung berstatus waspada antara lain Gunung Anak Krakatau di Lampung, Ijen di Jawa Timur, Tambora di Nusa Tenggara Barat, dan Gunung Bromo di Jawa Timur," ujar Surono. (san)
Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Galunggung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, kelima kecamatan tersebut masuk kawasan rawan bencana I dan II yang berjarak sekitar 7 kilometer dari kawah.
Terlebih tiga tanggul penahan lahar yang berada di Kampung Dindingari dan Kampung Peer, Desa Mekarjaya, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, hancur dan hanya tinggal satu tanggul saja yakni yang berada di Kampung Bebedahan dengan kondisi yang rusak. Kerusakan terjadi akibat aktivitas penggalian sporadis penambangan pasir galian C.
Selama ini mereka tidak memerhatikan kondisi lingkungan, sehingga benteng pertahanan lahar dingin Gunung Galunggung kini sudah tidak ada lagi.
"Namun demikian, saya berharap warga tidak panik, hanya memang kepada mereka yang berada di kawasan rawan bencana I dan II untuk selalu siaga menghadapi peningkatan aktivitas Gunung Galunggung. Bahkan kami telah terus menerus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka selalu waspada dan siaga pada saat gunung meletus," papar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya Abdul Holik.
Sosialisasi yang dilakukan BPBD berupa pemetaan jalur evakuasi, pembentukan satuan bencana tingkat kecamatan, hingga mengoordinasikan penunjang kesiapan infrastruktur lainnya. Hal itu dimaksudkan untuk meminimalisasi jatuhnya korban jiwa, sehingga pada saat terjadi Gunung Galunggung meletus warga sudah bisa menyelamatkan diri dengan tenang tidak panik.
Setelah Gunung Galunggung berstatus waspada,warga di Kampung Ciaseum dan Gedong Muncung, Desa Sinagar, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, sudah mulai mengemasi barang sebagai persiapan mengungsi apabila ada peringatan bahaya dilakukan dan gunung benarbenar meletus.
Wajar saja hal itu dilakukan mengingat jarak kedua kampung itu hanya sekitar 1 kilometer dari kawah. "Tetapi, hanya warga di dua kampung itu, karena khawatir gunung meletus kapan saja. Saya pikir hal itu wajar karena memang letak pemukiman ke kawah hanya 1 kilometer. Sedangkan di kampung lain tidak melakukan hal yang sama karena memang jaraknya sedikit jauh meskipun masuk ke dalam kawasan rawan bencana I," ungkap Kamaludin (25), tokoh pemuda Desa Sinagar.
Kepala Desa Padakembang Aang Muhidin mengatakan, atas inisiatif warga akhirnya melakukan ronda setiap malam dengan jumlah 25 orang yang berasal dari lima kampung di kawasan tersebut.
"Hal itu untuk menginformasikan jika sewaktu-waktu gunung benar-benar meletus, mereka siaga sejak menjelang malam hari hingga subuh. Alhamdulillah, warga mengerti dan terus waspada setiap saat," imbuh Aang.
Di Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung di Kampung Sayuran, Desa Padakembang, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, tampak banyak dikunjungi warga yang ingin mengetahui pasti kondisi gunung. Namun setelah mendapatkan penjelasan, akhirnya warga kembali ke rumah.
"Hingga Rabu (15/2) ini statusnya masih belum berubah dari status waspada atau level II atau naik satu level dari status aktif normal. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi, bisa saja statusnya naik menjadi siaga atau kembali ke posisi aktif normal, tergantung aktivitas vulkanik Galunggung," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Heri Supartono.
Sementara itu, Kepala PVMBG Surono menyebutkan ada empat gunung api berstatus siaga di antaranya yakni Semeru di Jawa Timur, Papandayan di Jawa Barat, Karangetang di Sulawesi Utara,dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara. Selain itu, tercatat 21 gunung api lainnya berstatus waspada.
"Namun, tidak ada keterkaitan antara masing-masing gunung. Alasannya, setiap gunung memiliki sifat dan ciri khasnya berbeda. Beberapa gunung berstatus waspada antara lain Gunung Anak Krakatau di Lampung, Ijen di Jawa Timur, Tambora di Nusa Tenggara Barat, dan Gunung Bromo di Jawa Timur," ujar Surono. (san)
()