800 kantong darah terinfeksi penyakit menular
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 800 kantong darah milik Palang Merah Indonesia (PMI) Sukoharjo terindikasi terinfeksi penyakit menular. Kantong darah yang terindikasi terinfeksi penyakit menular tersebut sebagian besar didapat dari kegiatan donor darah oleh masyarakat.
"Saat ini stok darah di PMI Sukoharjo sebanyak 9.042 kantong. Dari jumlah itu,sebanyak 800 kantong yang terindikasi terinfeksi penyakit menular," ujar Ketua PMI Cabang Sukoharjo Ahmad Dasuki kemarin.
Sebanyak 800 kantong darah yang terinfeksi tersebut ditemukan dalam waktu setahun. Penyakit yang ditemukan antara lain hepatitis B, C, dan serta penyakit sifilis.
Meski demikian, Dasuki menegaskan petugas tidak menemukan indikasi penyakit HIV/AIDS dalam stok darah yang masuk ke PMI Sukoharjo. Memang setiap hari rata-rata terdapat dua kantong yang terindikasi terinfeksi penyakit menular tersebut. Untuk mengetahui darah yang terinfeksi penyakit menular, PMI melakukan tes terhadap stok kantong darah yang ada.
Metode tes yang digunakan adalah metode tes “Elisa”di RS Ortopedi Pabelan, Sukoharjo. Darah yang positif terinfeksi penyakit langsung dimusnahkan di RSI Yarsis Sukoharjo. Pemusnahan dilakukan di RS Yarsis karena Kantor PMI Cabang Sukoharjo tidak memiliki alat pemusnahan darah sendiri.
"Pemusnahan dilakukan dalam periodisasi waktu tertentu karena temuan stok darah yang terinfeksi penyakit juga tidak tentu. Biasanya jika sudah terkumpul cukup banyak baru dimusnahkan," paparnya.
Di sisi lain, selama ini kebutuhan akan darah masyarakat di Sukoharjo per harinya mencapai 50–60 kantong darah.Setiap kantong berisi 350 cc. Biaya pengolahan darah sendiri tiap kantongnya Rp250 ribu. Jumlah kebutuhan tersebut dinilai sangat banyak. Terlebih lagi pemasukan darah di PMI Sukoharjo per harinya di bawah 50 kantong.
Dengan kata lain, antara kebutuhan dan stok darah tidak sebanding sehingga membuat PMI mengalami kekurangan stok darah. Untuk menanggulangi kekurangan stok darah, PMI Sukoharjo melakukan kerja sama dengan empat bank darah di sejumlah rumah sakit di Sukoharjo.
Antara lain RSUD, RS Ortopedi, RSI Yarsis, dan Dr Oen Solo Baru. Selain itu, juga melakukan kerja sama dengan PMI di luar Sukoharjo.
Salah satu petugas Administrasi PMI Sukoharjo Ratna menambahkan, empat rumah sakit yang bekerja sama dengan PMI setiap harinya membutuhkan sekitar 1.200 stok darah untuk mencukupi kebutuhan akan operasi dan lainnya.
Namun, PMI Sukoharjo hanya mencukupi sebagian kecil dan sisanya dimintakan ke daerah lainnya. "Saat ini PMI Sukoharjo masih kekurangan stok darah untuk golongan O.Untuk golongan AB stoknya berlebih dan jarang yang membutuhkannya," tandasnya. (san)
"Saat ini stok darah di PMI Sukoharjo sebanyak 9.042 kantong. Dari jumlah itu,sebanyak 800 kantong yang terindikasi terinfeksi penyakit menular," ujar Ketua PMI Cabang Sukoharjo Ahmad Dasuki kemarin.
Sebanyak 800 kantong darah yang terinfeksi tersebut ditemukan dalam waktu setahun. Penyakit yang ditemukan antara lain hepatitis B, C, dan serta penyakit sifilis.
Meski demikian, Dasuki menegaskan petugas tidak menemukan indikasi penyakit HIV/AIDS dalam stok darah yang masuk ke PMI Sukoharjo. Memang setiap hari rata-rata terdapat dua kantong yang terindikasi terinfeksi penyakit menular tersebut. Untuk mengetahui darah yang terinfeksi penyakit menular, PMI melakukan tes terhadap stok kantong darah yang ada.
Metode tes yang digunakan adalah metode tes “Elisa”di RS Ortopedi Pabelan, Sukoharjo. Darah yang positif terinfeksi penyakit langsung dimusnahkan di RSI Yarsis Sukoharjo. Pemusnahan dilakukan di RS Yarsis karena Kantor PMI Cabang Sukoharjo tidak memiliki alat pemusnahan darah sendiri.
"Pemusnahan dilakukan dalam periodisasi waktu tertentu karena temuan stok darah yang terinfeksi penyakit juga tidak tentu. Biasanya jika sudah terkumpul cukup banyak baru dimusnahkan," paparnya.
Di sisi lain, selama ini kebutuhan akan darah masyarakat di Sukoharjo per harinya mencapai 50–60 kantong darah.Setiap kantong berisi 350 cc. Biaya pengolahan darah sendiri tiap kantongnya Rp250 ribu. Jumlah kebutuhan tersebut dinilai sangat banyak. Terlebih lagi pemasukan darah di PMI Sukoharjo per harinya di bawah 50 kantong.
Dengan kata lain, antara kebutuhan dan stok darah tidak sebanding sehingga membuat PMI mengalami kekurangan stok darah. Untuk menanggulangi kekurangan stok darah, PMI Sukoharjo melakukan kerja sama dengan empat bank darah di sejumlah rumah sakit di Sukoharjo.
Antara lain RSUD, RS Ortopedi, RSI Yarsis, dan Dr Oen Solo Baru. Selain itu, juga melakukan kerja sama dengan PMI di luar Sukoharjo.
Salah satu petugas Administrasi PMI Sukoharjo Ratna menambahkan, empat rumah sakit yang bekerja sama dengan PMI setiap harinya membutuhkan sekitar 1.200 stok darah untuk mencukupi kebutuhan akan operasi dan lainnya.
Namun, PMI Sukoharjo hanya mencukupi sebagian kecil dan sisanya dimintakan ke daerah lainnya. "Saat ini PMI Sukoharjo masih kekurangan stok darah untuk golongan O.Untuk golongan AB stoknya berlebih dan jarang yang membutuhkannya," tandasnya. (san)
()