54 warga Myanmar terdampar di Aceh
A
A
A
Sindonews.com – Akibat kehabisan bahan bakar minyak, sebanyak 54 orang warga etnis Rohingya, Myanmar, terdampar di Aceh Utara setelah sempat terkatung-katung di laut.
54 orang tersebut diselamatkan oleh nelayan setempat dalam kondisi fisik yang lemah dan sekarang ditampung sementara di Gudang pelabuhan milik PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Krueng Geukueh, Lhokseumawe.
Mereka diduga pengungsi yang mencari suaka politik karena konflik dengan Junta militer.
Panglima Laut Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Jamali Abdullah mengatakan, nelayan asal Krueng Geukueh yang memancing sekira delapan mil dari daratan melihat ada perahu yang berisi banyak orang memanggil-manggilnya.
Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka mengaku lapar dan meminta makanan.
"Perahu mereka itu berkapasitas 10 GT, nelayan kita kemudian menderek perahu itu hingga ke darat," kata Jamali saat dihubungi wartawan, Rabu 1 Februaru 2012.
Warga etnis Rohingya itu sempat ditampung di Balai Desa Blukat Teubai, Dewantara. Warga sekitar menyumbangkan sejumlah makanan kepada mereka yang sudah kelaparan.
Mereka selanjutnya dibawa ke gudang pelabuhan PT PIM dan sekarang sedang diperiksa kesehatannya dan diberikan obat-obatan oleh tim medis.
Menurut Jamali, dari 54 awak perahu tersebut, empat di antaranya adalah anak-anak berusia sekitar 13 sampai 14 tahun.
Jamali mengatakan belum diketahu tujuan mereka. Warga kesulitan berkomunikasi dengan mereka karena di antara para manusia perahu itu tidak ada yang bisa berbahasa Inggris maupun Melayu.
"Belum tahu mereka mau kemana, karena tidak ada satupun yang bisa bahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia, sementara ini kita bantu saja dulu nanti biar terserah pemerintah," tutur Jamali.
Ini bukanlah kali pertama terdamparnya warga asal Rohingya di Aceh. Sejak 2009 sedikitnya sudah empat kali pengungsi asal negeri Junta Myanmar itu terdampar di Provinsi paling ujung Sumatera itu.
Tercatat, pada 7 Januari 2009 sebanyak 194 orang terdampar di Pulau Sabang, selanjutnya pada 3 Februari 2009 sekira 198 manusia perahu asal Rohingya juga terdampar di Idi Rayeuek, Aceh Timur.
Gelombang ketiga giliran 129 warga etnis Rohingya diselamatkan nelayan asal Pidie pada 16 Februari 2011, setelah terkatung-katung beberapa pekan di laut. Mereka kemudian ditampung di Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar.(azh)
54 orang tersebut diselamatkan oleh nelayan setempat dalam kondisi fisik yang lemah dan sekarang ditampung sementara di Gudang pelabuhan milik PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Krueng Geukueh, Lhokseumawe.
Mereka diduga pengungsi yang mencari suaka politik karena konflik dengan Junta militer.
Panglima Laut Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Jamali Abdullah mengatakan, nelayan asal Krueng Geukueh yang memancing sekira delapan mil dari daratan melihat ada perahu yang berisi banyak orang memanggil-manggilnya.
Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka mengaku lapar dan meminta makanan.
"Perahu mereka itu berkapasitas 10 GT, nelayan kita kemudian menderek perahu itu hingga ke darat," kata Jamali saat dihubungi wartawan, Rabu 1 Februaru 2012.
Warga etnis Rohingya itu sempat ditampung di Balai Desa Blukat Teubai, Dewantara. Warga sekitar menyumbangkan sejumlah makanan kepada mereka yang sudah kelaparan.
Mereka selanjutnya dibawa ke gudang pelabuhan PT PIM dan sekarang sedang diperiksa kesehatannya dan diberikan obat-obatan oleh tim medis.
Menurut Jamali, dari 54 awak perahu tersebut, empat di antaranya adalah anak-anak berusia sekitar 13 sampai 14 tahun.
Jamali mengatakan belum diketahu tujuan mereka. Warga kesulitan berkomunikasi dengan mereka karena di antara para manusia perahu itu tidak ada yang bisa berbahasa Inggris maupun Melayu.
"Belum tahu mereka mau kemana, karena tidak ada satupun yang bisa bahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia, sementara ini kita bantu saja dulu nanti biar terserah pemerintah," tutur Jamali.
Ini bukanlah kali pertama terdamparnya warga asal Rohingya di Aceh. Sejak 2009 sedikitnya sudah empat kali pengungsi asal negeri Junta Myanmar itu terdampar di Provinsi paling ujung Sumatera itu.
Tercatat, pada 7 Januari 2009 sebanyak 194 orang terdampar di Pulau Sabang, selanjutnya pada 3 Februari 2009 sekira 198 manusia perahu asal Rohingya juga terdampar di Idi Rayeuek, Aceh Timur.
Gelombang ketiga giliran 129 warga etnis Rohingya diselamatkan nelayan asal Pidie pada 16 Februari 2011, setelah terkatung-katung beberapa pekan di laut. Mereka kemudian ditampung di Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar.(azh)
()