Jembatan roboh, 200 KK terisolir

Rabu, 01 Februari 2012 - 08:35 WIB
Jembatan roboh, 200 KK terisolir
Jembatan roboh, 200 KK terisolir
A A A
Sindonews.com - Sedikitnya 200 kepala keluarga (KK) di Desa Gelarpawitan, Kecamatan Cidaun, Cianjur Selatan terisolir akibat jembatan gantung Rawayan roboh. Warga sekitar pun sulit beraktivitas.

Jembatan gantung Rawayan yang melintasi Sungai Cimaragang merupakan satu-satunya akses perlintasan warga. Tiang penyangga jembatan tersebut ambruk pada Rabu (4/1) lalu.

Selain warga, banyak siswa tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Sebab, menuju SDN Cisarakan dan SMPN 3 Cidaun hanya bisa melalui jembatan itu. Kepala SDN Gobangkancana Tarso, 41, mengatakan, jembatan gantung Rawayan sangat penting sebagai akses warga untuk kegiatan ekonomi. Ambruknya jembatan juga menyebabkan terhambatnya akses transportasi ke sekolah.

"Banyak sekali warga yang terisolir. Bila dihitung per KK, kurang lebih ada 200 KK. Selain itu ada sekitar 170 siswa di dua sekolah," jelasnya, kemarin.

Wakil Kepala SMPN 3 Cidaun Entang Rohandi, 52, membenarkan banyak siswa menjadi jarang masuk sekolah setelah ambruknya jembatan gantung Rawayan. Pihak sekolah terpaksa memaklumi bila para siswanya absen tidak masuk sekolah.

"Belakangan ini memang sedang musim hujan, selain itu air di Sungai Cimaragang selalu meluap, sehingga anak-anak tidak bisa menyeberang bila jembatannya roboh dan air sungai meluap deras. Kalaupun bisa memutar, itu pun jaraknya jauh sekali,bisa mencapai belasan kilometer," ujarnya.

Pihaknya berharap Pemkab Cianjur membantu dan kembali membangun jembatan tersebut. Sebab, jalan tersebut adalah satu-satunya akses bagi warga setempat. "Sampai saat ini belum ada kepedulian dari Pemkab Cianjur untuk mengucurkan biaya pembangunan, padahal jembatan ini sebagai akses pendidikan SDN Cisarakan dan SMPN 3 Cidaun," kata Entang.

Kepala Desa Neglasari, Kecamatan Cidaun, Karmin, 40, mengaku telah menyampaikan permohonan bantuan perbaikan jembatan gantung Rawayan ke Pemkab Cianjur. Menurut dia, perbaikan jembatan tersebut hanya membutuhkan dana sebesar Rp100 juta.

"Kami sudah sampaikan ke pemerintah daerah melalui Kecamatan Cidaun. Tapi, sampai sekarang belum ada konfirmasi lagi bagaimana kelanjutannya," ucapnya.

Diketahui, jembatan rusak parah juga terjadi di Sanghiang, Lebak, Banten. Para siswa SDN 02 Sanghiang Tanjung terpaksa melintasi jembatan tidak layak tersebut menuju sekolah, karena hanya jembatan itu satu-satunya akses yang paling cepat. Jika mereka tidak hati-hati pasti akan tercebur ke Sungai Ciberang, Lebak, yang airnya deras. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8097 seconds (0.1#10.140)