Dua lokasi tanah ambles meluas
A
A
A
Sindonews.com - Amblesan tanah di Dusun Tirisan, Karangwuni, Rongkop, Gunungkidul, Yogyakarta semakin melebar. Pelebaran amblesan juga terjadi di Telaga Motoendro, kecamatan Panggang.
Menurut Dukuh Tiritisan Mugi Basuki, pada mulanya lebar tanah hanya 1,5 meter, kemudian melebar menjadi 3 meter, dan semalam akibat hujan deras bertambah 0,5 meter. "Sejak semalam amblesan melebar akibat hujan, namun kami belum tahu apakah kedalamannya bertmbah," katanya, Selasa (10/1/2012).
Dijelaskannya, masyarakat tidak bisa berbuat banyak, karena takut terjadi amblesan susulan. Dan dikhawatirkan akan memutuskan jalan penghubung antarkampung. "Kami takut amblesan semakin melebar dan mengenai jalan penghubung antardusun yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil pertanian," imbuhnya.
Mugi mengatakan, sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai tindak lanjut dari pemerintah mengenai penanganan fenomena alam yang terjadi di tengah pemukiman warga ini. "Kami mohon segera ada tanggapan dari pemerintah untuk menangani masalah ini agar masyarakat tidak resah," ujarnya.
Secara swadaya, masyarakat menutup lubang dengan menggunakan kayu dan terpal, untuk mengantisipasi warga terperosok di amblesan. Sementara hal serupa terjadi di Telaga Motoendro, Dusun Temuireng Dua, yang airnya habis dalam waktu semalam mengalami pelebaran seluas 1 meter.
Menurut salah seorang warga Sugirin, amblesan bertambah semakin lebar sejak Minggu malam lalu ketika hujan turun. "Lebar amblesan semakin luas sekira 6 meter, dari sebelumnya hanya 5 meter," katanya.
Sugirin menambahkan, warga kemudian berinisiatif memasang rambu di wilayah amblesan. Secara sederhana, mereka memasang rafia berwarna merah putih, dan patok bambu serta diberi tulisan. "Kami takut amblesan semakin meluas, dan membahayakan warga terutama anak-anak," imbuhnya.
Dijelaskannya, warga khawatirkan, jika tidak segera ditangani telaga seluas 30 x 15 meter yang biasa digunakan 300 KK untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak bisa digunakan kembali.
"Belum ada tanggapan dari pemerintah, terhadap penanganan telaga tersebut. Padahal, di musim kemarau mendatang, masyarakat sangat tertopang dengan air di telaga itu," pungkasnya.
Menurut Dukuh Tiritisan Mugi Basuki, pada mulanya lebar tanah hanya 1,5 meter, kemudian melebar menjadi 3 meter, dan semalam akibat hujan deras bertambah 0,5 meter. "Sejak semalam amblesan melebar akibat hujan, namun kami belum tahu apakah kedalamannya bertmbah," katanya, Selasa (10/1/2012).
Dijelaskannya, masyarakat tidak bisa berbuat banyak, karena takut terjadi amblesan susulan. Dan dikhawatirkan akan memutuskan jalan penghubung antarkampung. "Kami takut amblesan semakin melebar dan mengenai jalan penghubung antardusun yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil pertanian," imbuhnya.
Mugi mengatakan, sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai tindak lanjut dari pemerintah mengenai penanganan fenomena alam yang terjadi di tengah pemukiman warga ini. "Kami mohon segera ada tanggapan dari pemerintah untuk menangani masalah ini agar masyarakat tidak resah," ujarnya.
Secara swadaya, masyarakat menutup lubang dengan menggunakan kayu dan terpal, untuk mengantisipasi warga terperosok di amblesan. Sementara hal serupa terjadi di Telaga Motoendro, Dusun Temuireng Dua, yang airnya habis dalam waktu semalam mengalami pelebaran seluas 1 meter.
Menurut salah seorang warga Sugirin, amblesan bertambah semakin lebar sejak Minggu malam lalu ketika hujan turun. "Lebar amblesan semakin luas sekira 6 meter, dari sebelumnya hanya 5 meter," katanya.
Sugirin menambahkan, warga kemudian berinisiatif memasang rambu di wilayah amblesan. Secara sederhana, mereka memasang rafia berwarna merah putih, dan patok bambu serta diberi tulisan. "Kami takut amblesan semakin meluas, dan membahayakan warga terutama anak-anak," imbuhnya.
Dijelaskannya, warga khawatirkan, jika tidak segera ditangani telaga seluas 30 x 15 meter yang biasa digunakan 300 KK untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak bisa digunakan kembali.
"Belum ada tanggapan dari pemerintah, terhadap penanganan telaga tersebut. Padahal, di musim kemarau mendatang, masyarakat sangat tertopang dengan air di telaga itu," pungkasnya.
()