8.000 rumah di Mamasa tak layak huni
A
A
A
Sindonews.com - Kunjungan anggota DPD-RI Asri Anas ke Mamasa, Kabupaten Mamasa, menemukan keadaan memprihatinkan. Sebanyak 8.000 rumah tidak layak huni. Bahkan dalam satu rumah ada yang dihuni empat kepala keluarga.
Selain karena kondisi fisik rumah yang tidak layak huni, sebagian besar juga dibangun di sepanjang bantaran sungai. Sehingga tingkat keselamatan rumah penduduk di Mamasa juga terancam.
Menurut Asri, kondisi kemiskinan yang dialami penduduk Mamasa tidak terlepas dari pendapatan asli daerah dan APBD yang minim. Kondisi anggaran ini berbanding terbalik dengan biaya operasional di Mamasa yang tinggi akibat berada di daerah yang pegunungan yang kondisi sarana infrastuktur jalan yang tidak memadai.
Pengakuan warga, disampaikan Asri, mata pencaharian andalan warga Mamasa yakni kopi sudah tidak ada lagi. Tanaman kopi di Mamasa yang terkenal dengan kopi Robusta itu sudah nyaris punah, padahal jenis tanaman inilah yang paling cocok untuk kontur tanah di Mamasa.
Mereka berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan soal pengembangbiakan tanaman kopi agar warga kembali dapat memiliki harapan penghasilan.
"Dulu, mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya dari hasil penjualan kopi, tapi sekarang tidak dapat lagi. Karena tidak ada lagi tanaman kopi, sudah hampir punah," tutur mantan ketua KNPI Sulbar ini, kemarin.
Akibat kurangnya harapan hidup di Mamasa, imbuh dia, membuat kabupaten ini memiliki angka migrasi yang tinggi di Sulawesi Barat. Bahkan menjadikan berada di peringkat 50 dari 50 kabupaten termiskin di Indonesia.
Putar Polman ini mengaku memiliki keprihatinan yang mendalam dari kondisi yang dialami warga Mamasa. Dia mengaku akan berupayan mencari solusi agar Mamasa bisa mendapat perhatian terutama soal perbaikan rumah tinggal dan peremajaan tanaman kopi.
"Saya akan melakukan espos dihadapan menteri menampilkan kondisi riil yang dialami warga Mamasa. Di kementerian saya mendengar ada program bedah rumah untuk warga miskin sebesar Rp25 juta per rumah. Mudahan-mudahan dengan espos tersebut Mamasa dapat prioritas," aku Asri.
Dia juga berharap agar pejabat di Mamasa lebih meningkatkan kepekaannya dengan tidak terpengaruh hidup mewah agar tidak terlalu mencolok perbedaan sosial yang bisa mengakibatkan kecemburuan sosial.
Selain karena kondisi fisik rumah yang tidak layak huni, sebagian besar juga dibangun di sepanjang bantaran sungai. Sehingga tingkat keselamatan rumah penduduk di Mamasa juga terancam.
Menurut Asri, kondisi kemiskinan yang dialami penduduk Mamasa tidak terlepas dari pendapatan asli daerah dan APBD yang minim. Kondisi anggaran ini berbanding terbalik dengan biaya operasional di Mamasa yang tinggi akibat berada di daerah yang pegunungan yang kondisi sarana infrastuktur jalan yang tidak memadai.
Pengakuan warga, disampaikan Asri, mata pencaharian andalan warga Mamasa yakni kopi sudah tidak ada lagi. Tanaman kopi di Mamasa yang terkenal dengan kopi Robusta itu sudah nyaris punah, padahal jenis tanaman inilah yang paling cocok untuk kontur tanah di Mamasa.
Mereka berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan soal pengembangbiakan tanaman kopi agar warga kembali dapat memiliki harapan penghasilan.
"Dulu, mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya dari hasil penjualan kopi, tapi sekarang tidak dapat lagi. Karena tidak ada lagi tanaman kopi, sudah hampir punah," tutur mantan ketua KNPI Sulbar ini, kemarin.
Akibat kurangnya harapan hidup di Mamasa, imbuh dia, membuat kabupaten ini memiliki angka migrasi yang tinggi di Sulawesi Barat. Bahkan menjadikan berada di peringkat 50 dari 50 kabupaten termiskin di Indonesia.
Putar Polman ini mengaku memiliki keprihatinan yang mendalam dari kondisi yang dialami warga Mamasa. Dia mengaku akan berupayan mencari solusi agar Mamasa bisa mendapat perhatian terutama soal perbaikan rumah tinggal dan peremajaan tanaman kopi.
"Saya akan melakukan espos dihadapan menteri menampilkan kondisi riil yang dialami warga Mamasa. Di kementerian saya mendengar ada program bedah rumah untuk warga miskin sebesar Rp25 juta per rumah. Mudahan-mudahan dengan espos tersebut Mamasa dapat prioritas," aku Asri.
Dia juga berharap agar pejabat di Mamasa lebih meningkatkan kepekaannya dengan tidak terpengaruh hidup mewah agar tidak terlalu mencolok perbedaan sosial yang bisa mengakibatkan kecemburuan sosial.
()