Tak percaya polisi, pengungsi Syiah tolak pulang
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan pengungsi pengikut tokoh Syiah Ustadz Tajul Muluk, yang menjadi korban pembakaran menolak dipulangkan ke kampung halamannya di Desa Karang Gayam, Sampang, Madura.
Mereka lebih memilih bertahan di lokasi penampungan di Lapangan Tenis Indoor Kota Sampang, lantaran tidak percaya dengan polisi terkait jaminan keamanan.
Abdul Halim, petugas dari Kementerian Agama Kabupaten Sampang, menyampaikan rencana pemulangan warga Syiah karena batas waktu penanganan tanggap darurat sudah berakhir hari ini. Hal itu dikemukakannya di hadapan para pengungsi, Rabu (4/1/2012).
Tidak sekadar menolak, bahkan mereka nekat akan tetap bertahan walaupun segala akomodasi termasuk makanan dihentikan oleh pemerintah setempat. Memang, selama ini pemerintah mensuplai kebutuhan para pengungsi tersebut.
Keengganan warga Syiah dipulangkan karena jaminan keamanan yang dilontarkan Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko usai melakukan peninjauan secara langsung ke lokasi pembakaran pada Selasa kemarin, rupanya tidak mereka percayai.
Mereka masih mengkhawatirkan keselamatan jiwanya saat kembali ke rumahnya masing-masing. “Kami menunggu perintah Ustadz Tajul Muluk. Disuruh pulang, kami pulang. Kalau bertahan ya kami tetap bertahan. Apa kata beliau,” tegas Iklil Almilal, seorang pengungsi.
Sementara itu Kepala Sub-Komisi Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM Hesti Armiwulan, yang mengunjungi para pengungsi mengatakan, pihaknya akan mengupayakan secara terus-menerus proses mediasi antara kedua belah pihak.
Kata dia, Komnas HAM juga masih mendalami hasil temuannya di lapangan terkait aksi pembakaran pesantren milik pengikut ajaran Syiah.
Seperti diketahui, sebuah madrasah dan rumah warga Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura dibakar oleh sejumlah massa yang diduga berasal dari kelompok anti-Syiah pada Kamis 29 Desember 2011. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Mereka lebih memilih bertahan di lokasi penampungan di Lapangan Tenis Indoor Kota Sampang, lantaran tidak percaya dengan polisi terkait jaminan keamanan.
Abdul Halim, petugas dari Kementerian Agama Kabupaten Sampang, menyampaikan rencana pemulangan warga Syiah karena batas waktu penanganan tanggap darurat sudah berakhir hari ini. Hal itu dikemukakannya di hadapan para pengungsi, Rabu (4/1/2012).
Tidak sekadar menolak, bahkan mereka nekat akan tetap bertahan walaupun segala akomodasi termasuk makanan dihentikan oleh pemerintah setempat. Memang, selama ini pemerintah mensuplai kebutuhan para pengungsi tersebut.
Keengganan warga Syiah dipulangkan karena jaminan keamanan yang dilontarkan Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko usai melakukan peninjauan secara langsung ke lokasi pembakaran pada Selasa kemarin, rupanya tidak mereka percayai.
Mereka masih mengkhawatirkan keselamatan jiwanya saat kembali ke rumahnya masing-masing. “Kami menunggu perintah Ustadz Tajul Muluk. Disuruh pulang, kami pulang. Kalau bertahan ya kami tetap bertahan. Apa kata beliau,” tegas Iklil Almilal, seorang pengungsi.
Sementara itu Kepala Sub-Komisi Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM Hesti Armiwulan, yang mengunjungi para pengungsi mengatakan, pihaknya akan mengupayakan secara terus-menerus proses mediasi antara kedua belah pihak.
Kata dia, Komnas HAM juga masih mendalami hasil temuannya di lapangan terkait aksi pembakaran pesantren milik pengikut ajaran Syiah.
Seperti diketahui, sebuah madrasah dan rumah warga Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura dibakar oleh sejumlah massa yang diduga berasal dari kelompok anti-Syiah pada Kamis 29 Desember 2011. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
()