Profesor Ini Prediksi Corona Akan Hilang Akhir Mei

Rabu, 01 April 2020 - 18:09 WIB
Profesor Ini Prediksi Corona Akan Hilang Akhir Mei
Profesor Ini Prediksi Corona Akan Hilang Akhir Mei
A A A
YOGYAKARTA - Guru besar Statistik Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM Prof. Dedi Rosadi memprediksikan penyebaran virus corona jenis baru, Corona Virus Disease-19 (COVID-19) akan selesai Akhir Mei 2020.

Dedi Rosadi menjelaskan prediksi ini berdasarkan model probabilistik data-driven model (PPDM). Melalui model itu, diperkirakan penambahan maksimum total penderita COVID -19 pada minggu kedua April 2020 yaitu antara 7 hingga 11 April 2020. Penambahan lebih kurang 740 sampai 800 pasien per 4 hari dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya. (Baca juga: Hindari Penularan Corona, Sebaiknya Rajin Menjemur Uang)

Berdasarkan data yang ada, diperkirakan pandemi akan berakhir 100 hari setelah 2 Maret 2020 atau sekitar 29 Mei 2020. Adapun maksimum total penderita COVID-19 positif diperkirakan mencapai 6.174 kasus.

“Dengan intervensi pemerintah yang berhasil dengan baik, total penderita corona positif minimal di sekitar 6.200 di akhir Pandemi pada akhir Mei 2020," tandas Dedi, Rabu (1/4/2020).

Hasil prediksi ini perlu disampaikan mengingat sejumlah hasil prediksi model matematika dinamik terhadap data penderita positif COVID-19 yang cenderung bombastis dan terlalu berlebihan.

Dedi menambahkan, sejak pertengahan Mei 2020, penambahan total penderita sudah relatif kecil. Mengacu pada hasil ini, dia pun menyarankan untuk tidak melakukan ritual mudik lebaran dan kegiatan tarawih di masjid selama Ramadan.
“Intervensi ketat oleh pemerintah melalui parsial lockdown dan penjarakan fisik yang ketat terus
dilakukan sampai pandemi benar-benar berakhir di awal Juni 2020,” paparnya.

Prediksi tersebut berdasar data penderita hingga Kamis (26/3/2020) dan diasumsikan telah ada intervensi ketat dari pemerintah sejak minggu ketiga Maret 2020. Lebih lanjut, efek pemudik dari kota besar yang terdampak COVID-19 selama masa diberlakukannya aturan jaga jarak fisik sejak minggu ketiga Maret 2020 diasumsikan tidak signifikan.

Dedi mengklaim berdasar model PPDM, rata-rata eror kesalahan prediksi selama dua minggu terakhir hanyalah sebesar 1,5%. Setelah diujikan prediksi selama empat hari terakhir sejak Kamis (26/3/2020), model ini ternyata sangat akurat dengan eror yang dihasilkan selalu di bawah 1%. "Eror maksimum sebesar 0.9% dan minimum 0.18%," ungkapnya.

Keunggulan lainnya adalah model PDDM ini mampu untuk memprediksikan waktu terparah dan waktu berakhirnya pandemi COVID-19 di Indonesia.

Dedi dan tim terus akan memperbarui model PDDM setiap hari sehingga prediksi dari model akan betul-betul mencerminkan perubahan dari data yang ada. Kajian yang mereka sampaikan didasari oleh skenario optimis,
namun dapat pula digunakan untuk menguji berbagai skenario akibat intervensi dan atau pengaruh faktor-faktor penting eksternal.

“Sebagai contoh dengan model ini dapat disimulasikan efek jika terjadi kenaikan penderita COVID-19 pada minggu akhir Maret 2020 dikarenakan banyaknya pemudik dari kota besar yang terdampak COVID-19 ke
daerah-daerah lain,” terangnya.
(nbs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3545 seconds (0.1#10.140)