Suspect Corona di Bali Terus Bertambah, RS Perbanyak Ruang Isolasi

Jum'at, 06 Maret 2020 - 08:14 WIB
Suspect Corona di Bali Terus Bertambah, RS Perbanyak Ruang Isolasi
Suspect Corona di Bali Terus Bertambah, RS Perbanyak Ruang Isolasi
A A A
DENPASAR - Jumlah suspect corona di Bali terus bertambah. Hingga kemarin sebanyak 12 WNA dari berbagai negara menunjukkan gejala terjangkit Covid-19 dan harus diisolasi di sejumlah rumah sakit di Pulau Dewata.

Terbaru empat warga negara asing (WNA) harus diisolasi dan menunggu hasil pemeriksaan laboratorium karena ada indikasi terjangkit Covid-19 yang cukup kuat. Keempat WNA itu terdiri atas 2 orang asal Slowakia dan 2 orang lagi masing-masing dari Inggris dan Denmark. "Mereka masuk dengan gejala demam, batuk, dan sesak napas," kata Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya di Denpasar kemarin.

Dia menjelaskan, keempat WNA itu kini diisolasi di tiga rumah sakit, yaitu RS Sanglah Denpasar, RS Sanjiwani Gianyar, dan RS Siloam Badung. Dengan masuknya empat pasien baru itu kini total ada 12 pasien suspect korona diisolasi. Delapan pasien sebelumnya adalah warga negara Denmark (4 orang), Rusia (1 orang), Jepang (1 orang), dan 2 warga Indonesia.

Dengan tren bertambahnya pasien, Suarjaya mengatakan akan menambah ruang isolasi di RS Sanglah menjadi 18 bed, RS Sanjiwani 10 bed, dan RSUD Tabanan 7 bed. Adapun untuk rencana kontingensi disiapkan RS Universitas Udayana dan RS Bali Mandara. "Dua rumah sakit itu siap dengan 50 bed," ujar Suarjaya.

Sementara itu juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan kondisi global terkait virus corona mengalami perubahan. Di daratan China kondisinya mengalami penurunan, sementara di luar China mengalami kenaikan. (Baca: Di Bali, Suspect Virus Corona Bertambah Jadi 8 Orang)

“Sekarang di Mainlannd China, di daratan Tiongkok sendiri, sudah tapering off. Makin lama makin sedikit, makin sedikit, makin sedikit. Sudah semakin turun dan kita juga pernah melihat di berita rumah sakit daruratnya sudah mulai dibongkar,” katanya di Gedung Bina Graha kemarin.

Dia mengatakan jumlah pasien positif corona di China mencapai 90.000 lebih. Sebanyak 55.000 di antaranya sudah sembuh. Kelompok yang sembuh ini memiliki bentang usia 35 sampai 40 tahun. Sementara yang meninggal memiliki bentang usia 65 sampai 75 tahun dan 70% di antaranya memiliki penyakit kronis sebelum terinfeksi korona. Hal itu memengaruhi daya tahan tubuh mereka. Di antaranya penyakit jantung kronis, diabetes, gagal ginjal kronis, dan beberapa penyakit paru kronis. Ini yang menyebabkan daya tubuhnya rendah sehingga begitu dia terinfeksi Covid-19 akan cepat sekali jatuh dalam kondsi jelek. Ini adalah frekuensi paling banyak pada kasus yang meninggal,” tuturnya.

Sementara itu ada peningkatan di luar China seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, Italia. Bahkan dia menyebut beberapa hari lalu dilaporkan ada 20 negara baru yang ditemukan kasus positif corona. “Ini artinya mobilitas penderita dengan Covid-19 di dalam tubuhnya tidak terdeteksi di pintu masuk negara mana pun. Karena kita tahu deteksi yang dilakukan di negara-negara lain saat ini adalah mengandalkan pada thermal scan,” tuturnya. (Baca juga: Demam Tinggi Sepulang dari Korsel, Satu Keluarga Dirujuk ke RS Singkawang)

Yuri mengungkapkan penyebab virus corona tidak terdeteksi saat lewat thermal scan karena gejalanya semakin ringan. Dengan begitu orang yang positif korona memiliki gejala ringan dan tidak terlalu berat. Bahkan menurutnya ada yang tidak menunjukkan gejala. “Ini bisa dimaknai bahwa virus yang masuk ke dalam dirinya tidak sempat mereplikasi, tidak sempat beranak-pinak. Ada di dalamnya, tetapi tidak beranak-pinak,” jelasnya.

Menurutnya jika virus tersebut berkembang biak, dapat dipastikan orang yang positif korona akan mengalami demam. Jika virus tersebut ada di saluran pernapasan akan membentuk lendir dan merangsang terjadinya batuk. “Tapi begitu masuk di saluran bawah, saluran napas bawah akan terjadi kegagalan pernapasan karena seluruhnya akan dilapisi lendir yang seakan-akan paru-parunya tenggelam. Ini yang disebut pneumonia,” paparnya.

Menurutnya gejala ringan pada pasien positif corona juga disebabkan kondisi daya tahan tubuh yang baik. Menurutnya dengan kondisi tubuh yang bagus, gejala tidak akan muncul meskipun ada virus di dalamnya. “Gambaran ini sebenarnya oleh para ahli sudah diprediksi karena karakter virus corona seperti ini. Kita pernah punya pengalaman di 2002 ada virus korona juga yang kita sebut sebagai SARS. Itu juga virus corona. Setelah setahun lewat sedikit berubah virusnya menjadi seasonal flu. Virusnya masih, tetapi dampak yang dimunculkan adalah flu musiman seperti flu biasa,” katanya.

Di Indonesia, lanjut Yuri, sampai saat ini sudah ada 156 spesimen yang diterima pemerintah untuk diuji. Ke-156 spesimen itu diambil dari pasien dalam pengawasan (PDP). “Itu berasal dari 35 rumah sakit yang tersebar di 23 provinsi. Hasilnya, ini akumulasi, hasilnya 2 positif yang kita sebut sebagai kasus nomor 1 dan kasus nomor 2. Oleh karena itu jangan ditanyakan siapa nomor 1 dan siapa nomor 2. Jangan ditanyakan rumah sakitnya di mana,” katanya.

Dari 156 spesimen tersebut masih ada 9 spesimen yang dilakukan pemeriksaan ulang. Sementara sisanya dipastikan negatif virus corona. Dia mengatakan pemeriksaan ini dilakukan tidak hanya menggunakan satu cara saja. “Jadi tidak hanya menggunakan satu metode PCR saja. Memang PCR adalah reaksi cepat. Kita bisa melakukan itu dan kurang dari 24 jam bisa diketahui hasilnya. Tapi harus dikroscek lagi dengan genome sequencing. Nah genome sequencing membutuhkan waktu 3 hari untuk memastikan ini,” ungkapnya.

Dia mengatakan 8 dari 9 spesimen yang diperiksa ulang ini pernah memiliki kontak langsung dengan kasus nomor 1 dan nomor 2 positif corona. Sementara sisanya tidak berkaitan dengan kedua kasus positif tersebut. “Kasus 1 dan 2 itu close contact. Yang lainnya ini memang betul ada 1 yang tidak terkait dengan kluster ini,” katanya.

Selain pemeriksaan spesimen dari rumah sakit, Kementerian Kesehatan juga memeriksa anak buah kapal (ABK) Kapal World Dream. Sebanyak 188 ABK dinyatakan seluruhnya negatif. “Ada kelompok lagi yang berasal dari Kapal Diamond Princess. Ada 69, nah 68 selesai negatif. Dan 1 kita lakukan pendalaman lagi. Kita kemarin sudah minta diambilkan spesimennya lagi untuk dikirim dan dilakukan pemeriksaan ulang,” tuturnya.

Kemudian pemerintah juga telah melakukan penelusuran kunjungan turis Jepang yang dinyatakan positif korona setelah kembali ke negaranya. Turis tersebut melakukan kunjungan pada 15 sampai 19 Februari lalu. “Contact tracing-nya kita cari selama berada di Bali. Sudah ketemu 11. Sudah kita periksa semuanya dan hasilnya negatif,” katanya. (Chusna Muhammad/Dita Angga)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8653 seconds (0.1#10.140)