Mau Makan Sepuasnya Bayar Seikhlasnya, Datang Saja ke Kedai Ikhlas Kopi Abdullah
A
A
A
SUKOHARJO - Kedai Ikhlas Kopi Abdullah di Goro Assalam, Pabelan, Sukoharjo, menjadi buah bibir setelah mengusung slogan makan sepuasnya bayar seikhlasnya. Jumlah pembeli yang datang menjadi membeludak.
Slogan tersebut benar-benar direalisasikan. Kedai yang secara resmi dibuka 18 Januari 2020 lalu itu didirikan tiga saudara sepupu, yakni Ferdiansyah, Aryanikosa, dan Ingga Pratiwi. Sebelum bernama Kedai Ikhlas Kopi Abdullah, tiga saudara sepupu ini sudah beberapa kali ganti kedai kopi.
“Setelah kedai kopi pertama, kedai kopi kedua, akhirnya ketemu ide mendirikan kedai kopi Abdullah,” kata Aryanikosa, salah satu pengelola Kedai Ikhlas Kopi Abdullah saat ditemui Sindonews, Minggu (9/2/2020).
Pihaknya tidak menyangka mendirikan kedai dengan ide makan sepuasnya bayar seikhlasnya, mendapat respons luar biasa.
Gagasan mendirikan kedai seperti ini adalah untuk pendidikan pengelola kedai dan pelanggan, yakni mencari keikhlasan untuk muamalah. Sehingga point utamanya adalah 100% laba akan didonasikan untuk panti asuhan di Soloraya.Pihaknya ingin menjadi perantara keikhlasan untuk semuanya dengan saling memberi. 100% laba yang dimaksud adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pengeluaran, seperti untuk membayar gaji pegawai.
Sebab manajemen tetap harus dikelola demi keberlangsungannya. Ide makan sepuasnya bayar seikhlasnya juga berangkat dari keresahan mengingat kini kafe makin menjamur.
Orang harus merogoh kocek yang cukup dalam karena menu di kafe dinilai lumayan mahal. Ide itu sendiri tercetus ketika perjalanan bisnis ke Cilacap.
Pada sisi lain, pihaknya melihat orang kalau tidak dipancing tidak mau bereaksi, termasuk dalam hal saling memberi. Sehingga dari keresahan itu terpikir membuat kedai makan sepuasnya bayar seikhlasnya, asalkan mau tertib dan antre.
Pihaknya berpikiran positif dan yakin pengeluaran akan tertutup dengan sendirinya asalnya ikhlas. Entah yang datang membayar sedikit, membayar banyak atau tidak membayar sama sekali.
Nama Abdullah diambil dari nama kakek mereka karena sebagai sosok yang menginspirasi dan memberikan teladan yang baik. Abdullah kakeknya adalah orang asli Palembang dengan sosok yang Islami.
Namun orang sering salah sangka karena mengira adalah Abdullah, Goro Assalam. Sehingga, costumer sering kali bertanya dan pihaknya harus menjelaskan. Saat pekan pertama, pengunjung yang datang masih normal.
Namun ketika informasi itu diunggah ke sosial media, jumlah pengunjung yang datang menjadi luar biasa.
Dalam sehari, terdapat sekitar 30 rombongan yang datang dengan waktu buka mulai pukul 12.30 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Namun diakui, menu biasanya habis setelah waktu salat Ashar. Menu yang disediakan berbagai jenis kopi, berbagai jenis pempek, mie Abdullah, kebab, roti maryam, tahu crispy, mendoan, roti bakar, pisang bakar, sosis bakar, berbagai minuman jus, dan minuman lainnya.
Selama ini, pengeluaran dengan pemasukkannya cukup imbang. Pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap hari rata rata antara Rp1 juta hingga Rp2 juta. Pihaknya berharap sesama customer bisa saling mendukung.
Jika customer yang membutuhkan makan, dipersilahkan membayar seikhlasnya. Sedangkan customer yang memiliki rezeki lebih atau bisa, diharapkan saling mendukung. Sebab tujuannya utamanya adalah saling membantu.
Para pengunjung membludak biasanya ketika akhir pekan, mulai Jumat Sabtu dan Minggu. Sedangkan hari lainnya tidak terlalu membludak karena biasanya yang datang adalah para karyawan.
Karena membludak, kini diberlakukan antrean agar fair siapa yang terlebih dahulu datang. Selain tiga bersaudara sepupu, pengelolaan kedai juga dibantu oleh Mustofa Agung yang sejak awal ikut berkecimpung ketika mendirikan kafe. Serta Niken Raras yang semula mengirim stok makanan. “Tapi ketika melihat konsep kami berubah seperti ini, akhirnya mau ikut terlibat,” urainya.
Ketiga bersaudara sepupu ini dalam keseharian tinggal di dekat Mall Soloparagon, Solo. Mereka rata rata tinggal di Solo baru satu tahun ini.
Ferdiansyah sudah bekerja sebagai PNS dan bertugas di Solo. Sementara Aryanikosa kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta dan tengah menempuh skripsi.
Sedangkan Ingga Pratiwi kuliah di jurusan Ilmu Gizi Universitas Aisyiah Yogyakarta. Dalam keseharian, abangnya Ferdiansyah, memang memiliki kesukaan di bidang kuliner. “Abang itu suka masak dan seneng jajan,” urainya.
Selain menjadi PNS, kakak sepupunya ini juga memiliki bisnis di bidang kuliner, yakni steak dan pempek dan bakso bakar. Selain itu telah memiliki rumah produksi kuliner seperti kebab dan lainnya. Usaha usaha itu juga turut menopang keberadaan Kedai Ikhlas Kopi Abdullah.
Usaha kuliner itu berjalan sekitar satu tahun ini. Justru pertama yang didirikan adalah kafe. Kakaknya itu semula berdinas di Yogyakarta, namun baru beberapa bulan kemudian dipindah ke Solo. Dalam keseharian, kedai dikelola oleh Mustofa Agung mengingat dirinya dan Ingga Pratiwi terkadang harus ke Yogyakarta untuk urusan kuliah. Donasi untuk panti asuhan dari laba Kedai Ikhlas Abdullah, akan dilakukan setiap bulan sekali. Menjelang satu bulan semenjak berdirinya kedai, pihaknya tengah mendata panti asuhan di seputar Soloraya.
Nantinya akan dipilih panti asuhan mana yang harus didahulukan. Dari awal mau buka dengan menyewa di bagian samping kiri pintu masuk Goro Assalam, pihaknya telah meminta pada manajemen Goro agar dapat diperluas lokasinya. Namun dari manajemen Goro hanya bisa memberikan maksimal tiga meter saja. Mengenai kemungkinan untuk pindah atau memperluas kedai mengingat yang datang membludak, pihaknya masih akan melihat perkembangan dengan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) internal.
Mendirikan kedai dengan konsep makan sepuasnya bayar seikhlasnya, diakui awalnya diragukan keluarga besarnya yang tinggal di Musirawas, Palembang. Setelah satu bulan pertama berjalan, ada rencana setiap pekan ada menu khusus, seperti nasi kebuli, kambing dan lainnya.
Terpisah, Renaldio, salah satu pengunjung mengaku tertarik datang karena tahu dari instagram. Kedai diakui menarik dan berbeda dengan lainnya. Terlebih ada niatan baik dari pengelolanya yang akan memberikan laba untuk anak yatim. “Dari segi menu juga menarik dan serba kekinian,” tutur Renaldio. Dirinya tidak bisa memperkirakan nilai menu yang dipesannya jika dihitung dari rupiah. “Saya nggak memperkirakan, bayar seikhlasnya saja,” imbuhnya.
Slogan tersebut benar-benar direalisasikan. Kedai yang secara resmi dibuka 18 Januari 2020 lalu itu didirikan tiga saudara sepupu, yakni Ferdiansyah, Aryanikosa, dan Ingga Pratiwi. Sebelum bernama Kedai Ikhlas Kopi Abdullah, tiga saudara sepupu ini sudah beberapa kali ganti kedai kopi.
“Setelah kedai kopi pertama, kedai kopi kedua, akhirnya ketemu ide mendirikan kedai kopi Abdullah,” kata Aryanikosa, salah satu pengelola Kedai Ikhlas Kopi Abdullah saat ditemui Sindonews, Minggu (9/2/2020).
Pihaknya tidak menyangka mendirikan kedai dengan ide makan sepuasnya bayar seikhlasnya, mendapat respons luar biasa.
Gagasan mendirikan kedai seperti ini adalah untuk pendidikan pengelola kedai dan pelanggan, yakni mencari keikhlasan untuk muamalah. Sehingga point utamanya adalah 100% laba akan didonasikan untuk panti asuhan di Soloraya.Pihaknya ingin menjadi perantara keikhlasan untuk semuanya dengan saling memberi. 100% laba yang dimaksud adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pengeluaran, seperti untuk membayar gaji pegawai.
Sebab manajemen tetap harus dikelola demi keberlangsungannya. Ide makan sepuasnya bayar seikhlasnya juga berangkat dari keresahan mengingat kini kafe makin menjamur.
Orang harus merogoh kocek yang cukup dalam karena menu di kafe dinilai lumayan mahal. Ide itu sendiri tercetus ketika perjalanan bisnis ke Cilacap.
Pada sisi lain, pihaknya melihat orang kalau tidak dipancing tidak mau bereaksi, termasuk dalam hal saling memberi. Sehingga dari keresahan itu terpikir membuat kedai makan sepuasnya bayar seikhlasnya, asalkan mau tertib dan antre.
Pihaknya berpikiran positif dan yakin pengeluaran akan tertutup dengan sendirinya asalnya ikhlas. Entah yang datang membayar sedikit, membayar banyak atau tidak membayar sama sekali.
Nama Abdullah diambil dari nama kakek mereka karena sebagai sosok yang menginspirasi dan memberikan teladan yang baik. Abdullah kakeknya adalah orang asli Palembang dengan sosok yang Islami.
Namun orang sering salah sangka karena mengira adalah Abdullah, Goro Assalam. Sehingga, costumer sering kali bertanya dan pihaknya harus menjelaskan. Saat pekan pertama, pengunjung yang datang masih normal.
Namun ketika informasi itu diunggah ke sosial media, jumlah pengunjung yang datang menjadi luar biasa.
Dalam sehari, terdapat sekitar 30 rombongan yang datang dengan waktu buka mulai pukul 12.30 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Namun diakui, menu biasanya habis setelah waktu salat Ashar. Menu yang disediakan berbagai jenis kopi, berbagai jenis pempek, mie Abdullah, kebab, roti maryam, tahu crispy, mendoan, roti bakar, pisang bakar, sosis bakar, berbagai minuman jus, dan minuman lainnya.
Selama ini, pengeluaran dengan pemasukkannya cukup imbang. Pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap hari rata rata antara Rp1 juta hingga Rp2 juta. Pihaknya berharap sesama customer bisa saling mendukung.
Jika customer yang membutuhkan makan, dipersilahkan membayar seikhlasnya. Sedangkan customer yang memiliki rezeki lebih atau bisa, diharapkan saling mendukung. Sebab tujuannya utamanya adalah saling membantu.
Para pengunjung membludak biasanya ketika akhir pekan, mulai Jumat Sabtu dan Minggu. Sedangkan hari lainnya tidak terlalu membludak karena biasanya yang datang adalah para karyawan.
Karena membludak, kini diberlakukan antrean agar fair siapa yang terlebih dahulu datang. Selain tiga bersaudara sepupu, pengelolaan kedai juga dibantu oleh Mustofa Agung yang sejak awal ikut berkecimpung ketika mendirikan kafe. Serta Niken Raras yang semula mengirim stok makanan. “Tapi ketika melihat konsep kami berubah seperti ini, akhirnya mau ikut terlibat,” urainya.
Ketiga bersaudara sepupu ini dalam keseharian tinggal di dekat Mall Soloparagon, Solo. Mereka rata rata tinggal di Solo baru satu tahun ini.
Ferdiansyah sudah bekerja sebagai PNS dan bertugas di Solo. Sementara Aryanikosa kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta dan tengah menempuh skripsi.
Sedangkan Ingga Pratiwi kuliah di jurusan Ilmu Gizi Universitas Aisyiah Yogyakarta. Dalam keseharian, abangnya Ferdiansyah, memang memiliki kesukaan di bidang kuliner. “Abang itu suka masak dan seneng jajan,” urainya.
Selain menjadi PNS, kakak sepupunya ini juga memiliki bisnis di bidang kuliner, yakni steak dan pempek dan bakso bakar. Selain itu telah memiliki rumah produksi kuliner seperti kebab dan lainnya. Usaha usaha itu juga turut menopang keberadaan Kedai Ikhlas Kopi Abdullah.
Usaha kuliner itu berjalan sekitar satu tahun ini. Justru pertama yang didirikan adalah kafe. Kakaknya itu semula berdinas di Yogyakarta, namun baru beberapa bulan kemudian dipindah ke Solo. Dalam keseharian, kedai dikelola oleh Mustofa Agung mengingat dirinya dan Ingga Pratiwi terkadang harus ke Yogyakarta untuk urusan kuliah. Donasi untuk panti asuhan dari laba Kedai Ikhlas Abdullah, akan dilakukan setiap bulan sekali. Menjelang satu bulan semenjak berdirinya kedai, pihaknya tengah mendata panti asuhan di seputar Soloraya.
Nantinya akan dipilih panti asuhan mana yang harus didahulukan. Dari awal mau buka dengan menyewa di bagian samping kiri pintu masuk Goro Assalam, pihaknya telah meminta pada manajemen Goro agar dapat diperluas lokasinya. Namun dari manajemen Goro hanya bisa memberikan maksimal tiga meter saja. Mengenai kemungkinan untuk pindah atau memperluas kedai mengingat yang datang membludak, pihaknya masih akan melihat perkembangan dengan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) internal.
Mendirikan kedai dengan konsep makan sepuasnya bayar seikhlasnya, diakui awalnya diragukan keluarga besarnya yang tinggal di Musirawas, Palembang. Setelah satu bulan pertama berjalan, ada rencana setiap pekan ada menu khusus, seperti nasi kebuli, kambing dan lainnya.
Terpisah, Renaldio, salah satu pengunjung mengaku tertarik datang karena tahu dari instagram. Kedai diakui menarik dan berbeda dengan lainnya. Terlebih ada niatan baik dari pengelolanya yang akan memberikan laba untuk anak yatim. “Dari segi menu juga menarik dan serba kekinian,” tutur Renaldio. Dirinya tidak bisa memperkirakan nilai menu yang dipesannya jika dihitung dari rupiah. “Saya nggak memperkirakan, bayar seikhlasnya saja,” imbuhnya.
(zil)