Empat Sungai Dangkal, Bekasi Waspada Banjir di 25 Titik
Empat Sungai Dangkal, Bekasi Waspada Banjir di 25 Titik
A
A
A
BEKASI - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bekasi mencatat setidaknya ada 25 titik pada sejumlah aliran sungai yang harus ditangani. Sebab, puluhan titik tersebut terdeteksi sebagai salah satu penyebab banjir akibat luapan air yang membanjiri permukiman warga Kabupaten Bekasi.
Kabid Pengendalian Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bekasi, Nur Khaidir mengatakan, 25 titik banjir di permukiman warga tersebut terindetifikasi berdekatan dengan empat sungai besar yang melintasi wilayah padat permukiman warga.
"Masalah yang menyebabkan banjir terjadi itu karena perlu dinormalisasi dan beberapa tanggul jebol tidak mampu menahan debit air yang tinggi," kata Nur kepada wartawan Rabu (8/1/2020). Empat sungai itu diantaranya, Kali Busa, Kali Jambe, Kali Pisang Batu, Kali Cilemah Abang, serta beberapa tanggul yang jebol di Sukawangi dan Tambun Selatan.
Hanya saja, lanjut dia, penanganan titik penyebab banjir itu tidak termasuk dalam perencanaan pada APBD 2020. Maka dari itu, perlu kebijakan khusus dari pimpinan daerah untuk mengubah."Untuk 25 titik itu tidak termasuk pada rencana program kerja pada tahun 2020," ujarnya.
Khaidir menjelaskan, di luar 25 titik tersebut, sebenarnya Dinas PUPR telah merencanakan normalisasi di 65 titik lainnya dengan anggaran Rp21 miliar. Selain itu, terdapat penguatan tanggul pada saluran sekunder. Kemudian membangun embung air di empat wilayah yang tersebar di empat UPTD.
Rencananya, ada tujuh embung air dibangun dengan anggaran Rp6 miliar. Selain itu, pembangunan drainase utama di lingkungan permukiman dan perumahan sebanyak 15 drainase dengan anggaran Rp 10 miliar dan kolam retensi ada empat wilayah Rp2 miliar dari APBD 2020.
Khaidir mengatakan, sejumlah perbaikan itu dilakukan untuk mencegah banjir. Meski demikian, perlu ada penambahan terutama pada 25 titik yang menyebabkan banjir besar pada momentum pergantian tahun ini."Kami sedang memikirkan anggaran untuk tambahan normalisasi untuk di 25 titik tersebut," tegasnya.
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bekasi, Iman Nugraha menambahkan, selain curah hujan yang tinggi, banjir besar yang menerjang Kabupaten Bekasi pekan lalu disebabkan permukaan sungai yang dangkal."Karena pada tahun lalu tidak ada kegiatan normalisasi sungai," katanya.
Menurut dia, keadaan sungai-sungai di Kabupaten Bekasi yang sudah dangkal dan mengecil, ditambah lagi sistem drainase yang kurang baik. Tidak hanya itu, penumpukan sampah di sepanjang sungai-sungai dan tidak adanya normalisasi sungai sepanjang tahun 2019 menjadi pemicu banjir.
"Kondisi sungai yang ada saat ini sudah dangkal dan mengecil, begitu juga sampah-sampah yang menumpuk di sepanjang sungai," ungkapnya. Melihat hal itu, tahun ini pemerintah sedang bergerak cepat untuk melakukan langkah antisipasi. Sebab, puncak hujan bakal terjadi beberapa pekan kedepan.
"Kita harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan penuh untuk menghadapi cuaca ekstrim ini, mengingat curah hujan tinggi yang berkepanjangan yang terjadi di awal tahun kemarin bukanlah puncaknya," ucapnya.
Kabid Pengendalian Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bekasi, Nur Khaidir mengatakan, 25 titik banjir di permukiman warga tersebut terindetifikasi berdekatan dengan empat sungai besar yang melintasi wilayah padat permukiman warga.
"Masalah yang menyebabkan banjir terjadi itu karena perlu dinormalisasi dan beberapa tanggul jebol tidak mampu menahan debit air yang tinggi," kata Nur kepada wartawan Rabu (8/1/2020). Empat sungai itu diantaranya, Kali Busa, Kali Jambe, Kali Pisang Batu, Kali Cilemah Abang, serta beberapa tanggul yang jebol di Sukawangi dan Tambun Selatan.
Hanya saja, lanjut dia, penanganan titik penyebab banjir itu tidak termasuk dalam perencanaan pada APBD 2020. Maka dari itu, perlu kebijakan khusus dari pimpinan daerah untuk mengubah."Untuk 25 titik itu tidak termasuk pada rencana program kerja pada tahun 2020," ujarnya.
Khaidir menjelaskan, di luar 25 titik tersebut, sebenarnya Dinas PUPR telah merencanakan normalisasi di 65 titik lainnya dengan anggaran Rp21 miliar. Selain itu, terdapat penguatan tanggul pada saluran sekunder. Kemudian membangun embung air di empat wilayah yang tersebar di empat UPTD.
Rencananya, ada tujuh embung air dibangun dengan anggaran Rp6 miliar. Selain itu, pembangunan drainase utama di lingkungan permukiman dan perumahan sebanyak 15 drainase dengan anggaran Rp 10 miliar dan kolam retensi ada empat wilayah Rp2 miliar dari APBD 2020.
Khaidir mengatakan, sejumlah perbaikan itu dilakukan untuk mencegah banjir. Meski demikian, perlu ada penambahan terutama pada 25 titik yang menyebabkan banjir besar pada momentum pergantian tahun ini."Kami sedang memikirkan anggaran untuk tambahan normalisasi untuk di 25 titik tersebut," tegasnya.
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bekasi, Iman Nugraha menambahkan, selain curah hujan yang tinggi, banjir besar yang menerjang Kabupaten Bekasi pekan lalu disebabkan permukaan sungai yang dangkal."Karena pada tahun lalu tidak ada kegiatan normalisasi sungai," katanya.
Menurut dia, keadaan sungai-sungai di Kabupaten Bekasi yang sudah dangkal dan mengecil, ditambah lagi sistem drainase yang kurang baik. Tidak hanya itu, penumpukan sampah di sepanjang sungai-sungai dan tidak adanya normalisasi sungai sepanjang tahun 2019 menjadi pemicu banjir.
"Kondisi sungai yang ada saat ini sudah dangkal dan mengecil, begitu juga sampah-sampah yang menumpuk di sepanjang sungai," ungkapnya. Melihat hal itu, tahun ini pemerintah sedang bergerak cepat untuk melakukan langkah antisipasi. Sebab, puncak hujan bakal terjadi beberapa pekan kedepan.
"Kita harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan penuh untuk menghadapi cuaca ekstrim ini, mengingat curah hujan tinggi yang berkepanjangan yang terjadi di awal tahun kemarin bukanlah puncaknya," ucapnya.
(whb)