Perkenalkan Dunia Kerja ke Mahasiswa, Ini Tips Produktif dari Alumni ITB
A
A
A
BANDUNG - Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (TI ITB) menggelar seminar Professional Development 2019 di kampus ITB Jatinangor, Jawa Barat. Acara dengan peserta sekitar puluhan mahasiswa tersebut berlangsung penuh antusias.
Seminar Professional Development sekitar tiga jam, diisi dengan perkenalan, pemaparan materi dari dua pembicara, dan tanya jawab. Tujuan kegiatan agar mahasiswa mengetahui atmosfer dunia kerja, dan penerapan keilmuan Teknik Industri di dunia kerja.
Dua pembicara merupakan alumni TI ITB, masing-masing Anggita Cremonandra yang kini berkarier di PT Telkom Indonesia, dan Kurnia Prasadi, market analyst di Nielsen Media Research.
Anggita menyebut setidaknya ada tiga hal yang harus dimiliki oleh lulusan Teknik Industri di dunia kerja. Pertama tidak pernah berhenti belajar; memiliki strategi dan melakukan eksekusi sebaik mungkin, serta evaluasi untuk perbaikan berkelanjutan. Menurutnya, kemampuan teknikal saja tidak cukup di dunia kerja, tapi harus mengasah kemampuan leadership.
Alumni TI ITB 2010 itu mengaku selalu berusaha menerapkan prinsip yang disampaikan pendiri Teknik Industri ITB, Prof Dr. Matthias Aroef bahwa seorang teknik industri adalah seorang productivity engineer di mana pun berada.
"Dengan begitu, kita akan punya nilai di lingkup pekerjaan kita. Dan terpenting lakukan pekerjaan dengan totalitas, antusias, dan penuh integritas," terang Anggita yang kini menduduki posisi Kepala Unit Bisnis Telkom Area Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Anggita juga menerangkan soal passion yang menjadi pertanyaan salah satu peserta. Menurutnya, passion memiliki dua pengertian. Pertama dicari lalu menemukannya, kedua ditemukan setelah melakukan aktivitas tertentu secara rutin.
"Jadi passion itu tidak melulu ditemukan di awal. Karena bisa saja kita tahu pekerjaan itu passion setelah melalui perjalanan panjang, setelah kita berdarah-darah, setelah kita melalui hal-hal enggak enak dulu," urai Wakil Duta Telkom 2017 tersebut.
Sementara Kurnia menjelaskan bahwa sikap sangat berperan penting di dalam dunia pekerja. Dengan attitude baik, seseorang akan diterima dengan baik pula di tempatnya bekerja. Di samping itu, ilmu berkomunikasi tak kalah penting.
"Karena kalau pun kamu punya ide besar, tapi tidak bisa mengkomunikasikannya, itu masalah," ujar Kurnia.
Acara berlangsung interaktif dan penuh antusias, karena pembicara memberikan kuis-kuis yang bertujuan mengasah pengetahuan para peserta. Suasana semakin semarak, karena ada hadiah yang disiapkan bagi mahasiswa yang berhasil menjawab dengan tepat dan cepat.
Ketua panitia seminiar Professional Developmet 2019, Muhammad Syifa Nurrahman menjelaskan, gelaran kali ini pesertanya lebih ramai dibanding tahun sebelumnya. Ada empat angkatan TI ITB yang diundang, yakni dari 2016 hingga 2019.
"Alhamdulillah tahun ini lebih ramai, karena kami mengundang empat angkatan. Kalau event sebelumnya, hanya dua angkatan yang diundang, 2016 dan 2017," ujar mahasiswa TI ITB angkatan 2017 tersebut.
Salah satu peserta, Irfan, mengaku jadi memiliki gambaran seperti apa dunia kerja setelah mengikuti seminar tersebut. Dia pun berharap event ini rutin digelar dan diserta dengan studi kasus sederhana agar mahasiswa bisa mengatahui cara penyelesaian masalah dalam satu pekerjaan.
"Mengikuti ini jadi kebayang dunia kerja seperti apa. Ternyata, tools-tools di kelas lumayan terpakai, walau sebenarnya di dunia kerja itu persoalannya ternyata lebih kompleks," ujarnya.
Seminar Professional Development sekitar tiga jam, diisi dengan perkenalan, pemaparan materi dari dua pembicara, dan tanya jawab. Tujuan kegiatan agar mahasiswa mengetahui atmosfer dunia kerja, dan penerapan keilmuan Teknik Industri di dunia kerja.
Dua pembicara merupakan alumni TI ITB, masing-masing Anggita Cremonandra yang kini berkarier di PT Telkom Indonesia, dan Kurnia Prasadi, market analyst di Nielsen Media Research.
Anggita menyebut setidaknya ada tiga hal yang harus dimiliki oleh lulusan Teknik Industri di dunia kerja. Pertama tidak pernah berhenti belajar; memiliki strategi dan melakukan eksekusi sebaik mungkin, serta evaluasi untuk perbaikan berkelanjutan. Menurutnya, kemampuan teknikal saja tidak cukup di dunia kerja, tapi harus mengasah kemampuan leadership.
Alumni TI ITB 2010 itu mengaku selalu berusaha menerapkan prinsip yang disampaikan pendiri Teknik Industri ITB, Prof Dr. Matthias Aroef bahwa seorang teknik industri adalah seorang productivity engineer di mana pun berada.
"Dengan begitu, kita akan punya nilai di lingkup pekerjaan kita. Dan terpenting lakukan pekerjaan dengan totalitas, antusias, dan penuh integritas," terang Anggita yang kini menduduki posisi Kepala Unit Bisnis Telkom Area Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Anggita juga menerangkan soal passion yang menjadi pertanyaan salah satu peserta. Menurutnya, passion memiliki dua pengertian. Pertama dicari lalu menemukannya, kedua ditemukan setelah melakukan aktivitas tertentu secara rutin.
"Jadi passion itu tidak melulu ditemukan di awal. Karena bisa saja kita tahu pekerjaan itu passion setelah melalui perjalanan panjang, setelah kita berdarah-darah, setelah kita melalui hal-hal enggak enak dulu," urai Wakil Duta Telkom 2017 tersebut.
Sementara Kurnia menjelaskan bahwa sikap sangat berperan penting di dalam dunia pekerja. Dengan attitude baik, seseorang akan diterima dengan baik pula di tempatnya bekerja. Di samping itu, ilmu berkomunikasi tak kalah penting.
"Karena kalau pun kamu punya ide besar, tapi tidak bisa mengkomunikasikannya, itu masalah," ujar Kurnia.
Acara berlangsung interaktif dan penuh antusias, karena pembicara memberikan kuis-kuis yang bertujuan mengasah pengetahuan para peserta. Suasana semakin semarak, karena ada hadiah yang disiapkan bagi mahasiswa yang berhasil menjawab dengan tepat dan cepat.
Ketua panitia seminiar Professional Developmet 2019, Muhammad Syifa Nurrahman menjelaskan, gelaran kali ini pesertanya lebih ramai dibanding tahun sebelumnya. Ada empat angkatan TI ITB yang diundang, yakni dari 2016 hingga 2019.
"Alhamdulillah tahun ini lebih ramai, karena kami mengundang empat angkatan. Kalau event sebelumnya, hanya dua angkatan yang diundang, 2016 dan 2017," ujar mahasiswa TI ITB angkatan 2017 tersebut.
Salah satu peserta, Irfan, mengaku jadi memiliki gambaran seperti apa dunia kerja setelah mengikuti seminar tersebut. Dia pun berharap event ini rutin digelar dan diserta dengan studi kasus sederhana agar mahasiswa bisa mengatahui cara penyelesaian masalah dalam satu pekerjaan.
"Mengikuti ini jadi kebayang dunia kerja seperti apa. Ternyata, tools-tools di kelas lumayan terpakai, walau sebenarnya di dunia kerja itu persoalannya ternyata lebih kompleks," ujarnya.
(nag)