Sumpah Pemuda, Mahasiswa Banten Nekat Minum Air Hitam Sungai Ciujung
A
A
A
SERANG - Sejumlah mahasiswa pecinta alam menggelar aksi protes pada perayaan sumpah pemuda terkait pencemaran limbah di Sungai Ciujung, Kabupaten Serang. Sembilan mahasiswa melakukan aksi meminum air sungai Ciujung yang sudah tercemar limbah di depan Kantor Bupati Serang.
Pantauan SINDOnews di depan Kantor Bupati Serang, Senin (28/10/2019) mahasiswa menyiapkan 10 botol minuman yang terisi air dari Sungai Ciujung berwarna hitam pekat. Usai berorasi, sebanyak sembilan mahasiswa secara bersamaan meminumnya.
Kordinator Aksi M Taufik mengatakan, aksi ini sebagai protes kepada pemerintah yang tak kunjung menyelesaikan pencemaran limbah pabrik di aliran sungai Ciujung yang setiap tahun dan musim panas airnya berubah menghitam dan bau.
"Ini bentuk kekecewaan kami dimana Sungai Ciujung sudah lama menghitam, mengeluarkan bau tidak sedap jug. Kalau dugaan tercemar dari limbah industri. Yang jelas masyarakat yang dirugikan," kata Taufik kepada wartawan.
Aksi protes sudah berulang kali dilakukan dari mulai mengibarkan bendera di atas aliran Sungai Ciujung, aksi teatrikal gantung diri. Namun, tak ada tindakan dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut seakan- akan tutup mata.
"Saat kami menanyakan kepada pemerintah, jawabannya lucu, kata mereka limbah ini engga ada mereknya, kalau ada mereknya bisa diketahui limbahnya dari mana," pungkasnya.
Pantauan SINDOnews di depan Kantor Bupati Serang, Senin (28/10/2019) mahasiswa menyiapkan 10 botol minuman yang terisi air dari Sungai Ciujung berwarna hitam pekat. Usai berorasi, sebanyak sembilan mahasiswa secara bersamaan meminumnya.
Kordinator Aksi M Taufik mengatakan, aksi ini sebagai protes kepada pemerintah yang tak kunjung menyelesaikan pencemaran limbah pabrik di aliran sungai Ciujung yang setiap tahun dan musim panas airnya berubah menghitam dan bau.
"Ini bentuk kekecewaan kami dimana Sungai Ciujung sudah lama menghitam, mengeluarkan bau tidak sedap jug. Kalau dugaan tercemar dari limbah industri. Yang jelas masyarakat yang dirugikan," kata Taufik kepada wartawan.
Aksi protes sudah berulang kali dilakukan dari mulai mengibarkan bendera di atas aliran Sungai Ciujung, aksi teatrikal gantung diri. Namun, tak ada tindakan dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut seakan- akan tutup mata.
"Saat kami menanyakan kepada pemerintah, jawabannya lucu, kata mereka limbah ini engga ada mereknya, kalau ada mereknya bisa diketahui limbahnya dari mana," pungkasnya.
(nag)