Desain Ibu Kota Baru Dinilai Ridwan Kamil Banyak Kekurangan
A
A
A
BANDUNG - Meskipun mendukung rencana pembangunan Ibu Kota Baru, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menilai, desain yang dirilis pemerintah pusat itu banyak kekurangan.
"Kalau sudah jadi pertimbangan pemerintah pusat, DPR, saya kira kita dukung. Cuma, sebagai arsitek, saya melihat desain dan asumsi kota baru banyak hal-hal kurang tepat," ungkapnya saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (26/8/2019).
Diketahui, sebelum menjabat sebagai kepala daerah, Ridwan Kamil dikenal sebagai seorang arsitek. Tidak hanya di Indonesia, dia banyak menghasilkan karya arsitektur di berbagai negara, seperti Singapura, Thailand, Bahrain, Cina, Vietnam, Uni Emirat Arab.
Umumnya, proyek arsitektur yang dikerjakannya berupa pengembangan kawasan perkotaan seluas 10-1.000 hektare atau disebut sebagai megaproyek, seperti di antaranya Marina Bay Waterfront Master di Singapura, Sukhotai Urban Resort Master Plan di Bangkok, dan masih banyak karya arsitektur lainnya.
Menurut Ridwan Kamil, lahan yang disiapkan pemerintah pusat untuk Ibu Kota baru seluas 200.000 hektare untuk ditempati 1,5 juta penduduk terlalu luas. Dengan asumsi tersebut, lanjut Ridwan Kamil, pembangunan Ibu Kota baru akan mengalami banyak pemborosan. "Menurut saya boros lahannya," ujarnya
Ridwan Kamil menyebut, dengan jumlah penduduk sebanyak itu, lahan yang disediakan idealnya cukup 35.000 hektare saja. Sehingga, selain bakal ramai, juga tidak menimbulkan pemborosan dalam penyiapan infrastruktur penunjangnya.
"Jadi, kalau 1,5 juta penduduk, tanahnya cukup 35.000 (hektare). Akan dihuni 1,5 juta penduduk, tapi lahannya 200.000 hektare, kebayang borosnya aspal, kabel, infrastruktur, hanya untuk mengakomodir penduduk itu," jelasnya.
"Kalau sudah jadi pertimbangan pemerintah pusat, DPR, saya kira kita dukung. Cuma, sebagai arsitek, saya melihat desain dan asumsi kota baru banyak hal-hal kurang tepat," ungkapnya saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (26/8/2019).
Diketahui, sebelum menjabat sebagai kepala daerah, Ridwan Kamil dikenal sebagai seorang arsitek. Tidak hanya di Indonesia, dia banyak menghasilkan karya arsitektur di berbagai negara, seperti Singapura, Thailand, Bahrain, Cina, Vietnam, Uni Emirat Arab.
Umumnya, proyek arsitektur yang dikerjakannya berupa pengembangan kawasan perkotaan seluas 10-1.000 hektare atau disebut sebagai megaproyek, seperti di antaranya Marina Bay Waterfront Master di Singapura, Sukhotai Urban Resort Master Plan di Bangkok, dan masih banyak karya arsitektur lainnya.
Menurut Ridwan Kamil, lahan yang disiapkan pemerintah pusat untuk Ibu Kota baru seluas 200.000 hektare untuk ditempati 1,5 juta penduduk terlalu luas. Dengan asumsi tersebut, lanjut Ridwan Kamil, pembangunan Ibu Kota baru akan mengalami banyak pemborosan. "Menurut saya boros lahannya," ujarnya
Ridwan Kamil menyebut, dengan jumlah penduduk sebanyak itu, lahan yang disediakan idealnya cukup 35.000 hektare saja. Sehingga, selain bakal ramai, juga tidak menimbulkan pemborosan dalam penyiapan infrastruktur penunjangnya.
"Jadi, kalau 1,5 juta penduduk, tanahnya cukup 35.000 (hektare). Akan dihuni 1,5 juta penduduk, tapi lahannya 200.000 hektare, kebayang borosnya aspal, kabel, infrastruktur, hanya untuk mengakomodir penduduk itu," jelasnya.
(wib)