Aktivis Lintas Generasi Hadiri Launching Buku Bergerak Sampai Akhir
A
A
A
YOGYAKARTA - Sejumlah aktivis lintas generasi menghadiri launching buku "Bergerak sampai Akhir" mengenang 100 hari wafatnya M Yamin Ketua Umum Seknas Jokowi di Rumah Gerakan Gang Rode, Yogyakarta, pada Minggu, 30 Juni 2019. Buku tersebut disusun oleh tim editor Edi Suprapto Imran Hasibuan dan sejarahwan Aris Santosa.
Sejumlah tokoh aktivis yang hadir, di antaranya Hasto Atmojo Ketua LPSK, Abidin Fikri anggota DPR RI, Fadjorel Rahman, Amarsyah, Ifdhal Kasim dan Eko Sulistyo Deputi Kantor Staff Kepresidenan, advokat senior Kemal Firdaus, dan Rambun Tjahjo, istri almarhum yang juga politisi PDIP Yuni Satia Rahayu
"Buku ini untuk mengenang M Yamin sebagai sosok aktivis gerakan sejak dari mahasiswa UII menjadi politikus, anggota parlemen yang sampai akhir hidupnya sebagai Ketua umum Seknas Jokowi dan Koordinator Relawan di TKN Jokowi Amin," ungkap Ketua Panitia dari Keluarga Besar RODE Suprianto.
Fadjroel Rahman, aktivis gerakan mahasiswa ITB tahun 1980-an menuturkan, Yamin dan mahasiswa di Yogyakarta yang beraktivitas di Rumah Rode ini menjalin komunikasi dengan mahasiswa di kota lain, seperti Bandung dan Jakarta.
"Saya sebagai aktivis Mahasiswa di Bandung sering bertemu Yamin dan kawan-kawan di Rode. Saya datang ke rumah Rode untuk berdiskusi dan melakukan aksi advokasi membela rakyat yang ditindas oleh penguasa Orde Baru pada masa itu," tuturnya.
Ifdhal Kasim, mantan Ketua Komnas HAM, mengatakan, tanggung jawab aktivis yang saat ini aktif dalam politik harus terus menyuarakan kebenaran dan mewujudkan suatu tatanan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan dan menyejahterakan rakyat. Jadi jika banyak aktivis mendukung Jokowi dalam pilpres itu karena mempercayai Jokowi dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan pada semua rakyat tanpa diskriminasi suku, agama, dan golongan.
Eko Sulistyo Deputi Kantor Staff Kepresidenan RI memberikan kesaksian pada Pilkada DKI 2012 ketika Jokowi maju, elite PDIP Taufiq Kiemas yang berpengaruh di partai tidak mendukung. Tetapi Yamin sebagai orang dekat Taufiq Kiemas yg mendekatkan hubungan Jokowi dengan Taufiq Kiemas, sehingga akhirnya Taufiq Kiemas dan PDIP mendukung Jokowi dan menang.
Priyambudi Sulistyo, aktivis Rode menambahkan, gerakan demokratisasi di Asia Tenggara termasuk Indonesia pada era 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan puncaknya pada reformasi 1998 menumbangkan rezim militer Orde Baru yg berkuasa merupakan anti-tesa pemerintahan yang korup, represif, pembangunan kapitalistik. Sehingga melahirkan gerakan mahasiswa, gerakan sosial dan gerakan politik yang menginginkan adanya perubahan.
Setelah puluhan tahun reformasi politik tidak menunjukkan tanda ke arah perjalanan bangsa yang maju karena demokrasi politik dihegemoni oleh oligarki politik. Baru pada tahun 2014 ketika para aktivis turun kembali.
"Saya ingat Yamin sangat antusiasme mengorganisir kembali kawan-kawannya membentuk relawan Seknas Jokowi mendorong Jokowi maju Pilpres 2014, harapan mereka mewakili harapan rakyat agar Jokowi dapat menjadi pemimpin negara Indonesia yang membawa kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat. Sehingga cita-cita perjuangan gerakan mahasiswa sejak 80an bisa diwujudkan Jokowi," ucapnya.
Untuk diketahui, Yamin wafat pada Jumat, 22 Maret 2019 lalu. Saat itu, Jokowi mengunjungi kediaman Yamin di Maguwoharjo, Sleman.
Sejumlah tokoh aktivis yang hadir, di antaranya Hasto Atmojo Ketua LPSK, Abidin Fikri anggota DPR RI, Fadjorel Rahman, Amarsyah, Ifdhal Kasim dan Eko Sulistyo Deputi Kantor Staff Kepresidenan, advokat senior Kemal Firdaus, dan Rambun Tjahjo, istri almarhum yang juga politisi PDIP Yuni Satia Rahayu
"Buku ini untuk mengenang M Yamin sebagai sosok aktivis gerakan sejak dari mahasiswa UII menjadi politikus, anggota parlemen yang sampai akhir hidupnya sebagai Ketua umum Seknas Jokowi dan Koordinator Relawan di TKN Jokowi Amin," ungkap Ketua Panitia dari Keluarga Besar RODE Suprianto.
Fadjroel Rahman, aktivis gerakan mahasiswa ITB tahun 1980-an menuturkan, Yamin dan mahasiswa di Yogyakarta yang beraktivitas di Rumah Rode ini menjalin komunikasi dengan mahasiswa di kota lain, seperti Bandung dan Jakarta.
"Saya sebagai aktivis Mahasiswa di Bandung sering bertemu Yamin dan kawan-kawan di Rode. Saya datang ke rumah Rode untuk berdiskusi dan melakukan aksi advokasi membela rakyat yang ditindas oleh penguasa Orde Baru pada masa itu," tuturnya.
Ifdhal Kasim, mantan Ketua Komnas HAM, mengatakan, tanggung jawab aktivis yang saat ini aktif dalam politik harus terus menyuarakan kebenaran dan mewujudkan suatu tatanan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan dan menyejahterakan rakyat. Jadi jika banyak aktivis mendukung Jokowi dalam pilpres itu karena mempercayai Jokowi dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan pada semua rakyat tanpa diskriminasi suku, agama, dan golongan.
Eko Sulistyo Deputi Kantor Staff Kepresidenan RI memberikan kesaksian pada Pilkada DKI 2012 ketika Jokowi maju, elite PDIP Taufiq Kiemas yang berpengaruh di partai tidak mendukung. Tetapi Yamin sebagai orang dekat Taufiq Kiemas yg mendekatkan hubungan Jokowi dengan Taufiq Kiemas, sehingga akhirnya Taufiq Kiemas dan PDIP mendukung Jokowi dan menang.
Priyambudi Sulistyo, aktivis Rode menambahkan, gerakan demokratisasi di Asia Tenggara termasuk Indonesia pada era 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan puncaknya pada reformasi 1998 menumbangkan rezim militer Orde Baru yg berkuasa merupakan anti-tesa pemerintahan yang korup, represif, pembangunan kapitalistik. Sehingga melahirkan gerakan mahasiswa, gerakan sosial dan gerakan politik yang menginginkan adanya perubahan.
Setelah puluhan tahun reformasi politik tidak menunjukkan tanda ke arah perjalanan bangsa yang maju karena demokrasi politik dihegemoni oleh oligarki politik. Baru pada tahun 2014 ketika para aktivis turun kembali.
"Saya ingat Yamin sangat antusiasme mengorganisir kembali kawan-kawannya membentuk relawan Seknas Jokowi mendorong Jokowi maju Pilpres 2014, harapan mereka mewakili harapan rakyat agar Jokowi dapat menjadi pemimpin negara Indonesia yang membawa kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat. Sehingga cita-cita perjuangan gerakan mahasiswa sejak 80an bisa diwujudkan Jokowi," ucapnya.
Untuk diketahui, Yamin wafat pada Jumat, 22 Maret 2019 lalu. Saat itu, Jokowi mengunjungi kediaman Yamin di Maguwoharjo, Sleman.
(wib)