Patung Sultan Ageng Diresmikan, Budayawan: Banten Kaya Narasi Sejarah
A
A
A
JAKARTA - Kehadiran patung Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten dianggap mempunyai banyak narasi sejarah bisa digali menjadi destinasi pengetahuan dan wisata masyarakat. Karena itulah pemerintah bersama-sama masyarakat harus peka dan mau mencarinya.
"Misalnya ada Narasi Multatuli di Rangkasbitung, kemudian di Anyer juga ada sejarah dunia yang bisa dijadikan narasi yaitu tempat pertama tokoh terkenal Deandles mendarat di Indonesia," kata Sejarawan yang juga Budayawan nasional Bonnie Triyana dalam keterangannya yang diterima wartawan, Jumat (24/5/2019).
Bonnie yang juga Founder majalah sejarah Historia ini mengatakan, dengan narasi yang terkenal dan mendunia itu bisa menarik orang untuk datang. Sultan Ageng Tirtayasa misalnya bisa dikembangkan karena sosoknya yang terkenal di Indonesia. "Dengan demikian orang bisa tertarik dan mau berkunjung ke Banten," jelas Bonnie.
Bonnie yang menjadi salah satu kurator museum di Belanda ini kemudian mencontohkan, Musuem Multatuli yang mendapatkan perhatian luas bukan hanya di Indonesia namun juga di dunia internasional karena Narasi tentang multatuli yang cukup kuat. Dengan bangunan narasi tersebut akan terbentuk ekosistem budaya yang memiliki dampak ekonomi terhadap warga di sekelilingnya.
Bonnie menambahkan ribuan benda bersejarah Indonesia yang memiliki narasi itu dijarah oleh Belanda saat mereka menjajah Indonesia.
"Saat dulu ke Banten mereka hancurkan, ambil sesuatu kemudian pergi ke Aceh, ke Banjarmasin, Lombok dan mereka selalu melakukan ekspedisi militer saat kalah mereka ambil dan mereka simpen di Belanda. Jumlahnya ribuan," ungkap Bonnie.
Bonnie mengatakan, saat ini Belanda ingin mengembalikan benda-benda jarahan kepada Indonesia. "Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi. Dan Pemerintah Indonesia sudah menyampaikan tidak ingin asal dibalikin. Namun harus ada penelitian dan riset-riset sehingga menghasilkan narasi," ungkap Bonnie.
Sekadar diketahui, Patung Sultan Ageng Tirtayasa yang terletak di Kelurahan Banjarasari, Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten, itu diresmikan pada Rabu 22 Mei 2019. Saat peresmian patung juga digelar diskusi dan peluncuran Sultan Center. Bonnie menjadi salah satu pembicara pada acara itu.
Selain Bonnie hadir dalam diskusi itu Budayawan dan Wartawan Senior Jodhi Yudhono dan Penyair Toto St Radik yang menyampaikan orasi budaya. Jodhi menyebut, pendirian patung bisa menggerakan ruang dan waktu khususnya masyarakat di sekitarnya.
"Ciri orang yang kreatif dan berbudaya adalah karyanya menggerakan ruang dan waktu, dan pendirian patung ini saya yakin bisa menggerakkan ruang dan waktu itu," jelas Jodhi.
Peresmian Patung Sultan Ageng Tirtayasa itu merupakan inisiatif Aji Bahroji, salah seorang praktisi komunikasi asal Banten. Bahroji menyebut tujuannya mendirikan patung Sultan Ageng dikantornya adalah untuk mengambil semangat dan kegigihan Sultan Ageng.
"Ini sebenarnya adalah cara kami memupuk rasa semangat dan perjuangan Sultan Ageng dalam membela masyarakat. Mungkin cara perjuangannya yang berbeda. Saat ini kita dengan kreativitas dan perusahaan kami juga namanya SultanComm," jelas Aji, sapaan akrabnya.
Aji bercerita bahwa patung yang didirikannya tadinya terletak di tengah-tengah kota. Tahun 2003 patung pahlawan nasional dirobohkan oleh pemerintah daerah.
"Setelah hampir 16 tahun kemudian puing-puingnya (tinggal badannya) teronggok dipinggir sungai dan ditemukan oleh wartawan dan teman-teman. Akhirnya saya putuskan untuk dibawa disini," ungkap Aji.
"Misalnya ada Narasi Multatuli di Rangkasbitung, kemudian di Anyer juga ada sejarah dunia yang bisa dijadikan narasi yaitu tempat pertama tokoh terkenal Deandles mendarat di Indonesia," kata Sejarawan yang juga Budayawan nasional Bonnie Triyana dalam keterangannya yang diterima wartawan, Jumat (24/5/2019).
Bonnie yang juga Founder majalah sejarah Historia ini mengatakan, dengan narasi yang terkenal dan mendunia itu bisa menarik orang untuk datang. Sultan Ageng Tirtayasa misalnya bisa dikembangkan karena sosoknya yang terkenal di Indonesia. "Dengan demikian orang bisa tertarik dan mau berkunjung ke Banten," jelas Bonnie.
Bonnie yang menjadi salah satu kurator museum di Belanda ini kemudian mencontohkan, Musuem Multatuli yang mendapatkan perhatian luas bukan hanya di Indonesia namun juga di dunia internasional karena Narasi tentang multatuli yang cukup kuat. Dengan bangunan narasi tersebut akan terbentuk ekosistem budaya yang memiliki dampak ekonomi terhadap warga di sekelilingnya.
Bonnie menambahkan ribuan benda bersejarah Indonesia yang memiliki narasi itu dijarah oleh Belanda saat mereka menjajah Indonesia.
"Saat dulu ke Banten mereka hancurkan, ambil sesuatu kemudian pergi ke Aceh, ke Banjarmasin, Lombok dan mereka selalu melakukan ekspedisi militer saat kalah mereka ambil dan mereka simpen di Belanda. Jumlahnya ribuan," ungkap Bonnie.
Bonnie mengatakan, saat ini Belanda ingin mengembalikan benda-benda jarahan kepada Indonesia. "Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi. Dan Pemerintah Indonesia sudah menyampaikan tidak ingin asal dibalikin. Namun harus ada penelitian dan riset-riset sehingga menghasilkan narasi," ungkap Bonnie.
Sekadar diketahui, Patung Sultan Ageng Tirtayasa yang terletak di Kelurahan Banjarasari, Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten, itu diresmikan pada Rabu 22 Mei 2019. Saat peresmian patung juga digelar diskusi dan peluncuran Sultan Center. Bonnie menjadi salah satu pembicara pada acara itu.
Selain Bonnie hadir dalam diskusi itu Budayawan dan Wartawan Senior Jodhi Yudhono dan Penyair Toto St Radik yang menyampaikan orasi budaya. Jodhi menyebut, pendirian patung bisa menggerakan ruang dan waktu khususnya masyarakat di sekitarnya.
"Ciri orang yang kreatif dan berbudaya adalah karyanya menggerakan ruang dan waktu, dan pendirian patung ini saya yakin bisa menggerakkan ruang dan waktu itu," jelas Jodhi.
Peresmian Patung Sultan Ageng Tirtayasa itu merupakan inisiatif Aji Bahroji, salah seorang praktisi komunikasi asal Banten. Bahroji menyebut tujuannya mendirikan patung Sultan Ageng dikantornya adalah untuk mengambil semangat dan kegigihan Sultan Ageng.
"Ini sebenarnya adalah cara kami memupuk rasa semangat dan perjuangan Sultan Ageng dalam membela masyarakat. Mungkin cara perjuangannya yang berbeda. Saat ini kita dengan kreativitas dan perusahaan kami juga namanya SultanComm," jelas Aji, sapaan akrabnya.
Aji bercerita bahwa patung yang didirikannya tadinya terletak di tengah-tengah kota. Tahun 2003 patung pahlawan nasional dirobohkan oleh pemerintah daerah.
"Setelah hampir 16 tahun kemudian puing-puingnya (tinggal badannya) teronggok dipinggir sungai dan ditemukan oleh wartawan dan teman-teman. Akhirnya saya putuskan untuk dibawa disini," ungkap Aji.
(mhd)