Pembangunan Bandara Baru NYIA Didesain Anti Tsunami
A
A
A
YOGYAKARTA - Pembangunan bandara baru New Yogyakarta International Air Port (NYIA) di Kulonprogo terus dikebut. PT Angkasa Pura I mengklaim desain NYIA sudah disesuaikan dengan wilayah dan Anti tsunami.
Perwakilan PT Angkasa Pura I Yogyakarta, Danny Setiawan, mengatakan, proyek pembangunan bandara NYIA di Kulonprogo sejak awal perencanaan telah memperhitungan beberapa aspek untuk menghasilkan proyek berstandar internasional. Di antaranya adalah panjang landasan yang sangat memadai dan jauh lebih panjang. Selain itu juga perhitungan wilayah sehingga didesain anti tsunami. (Baca Juga: April 2019, Bandara Baru Yogyakarta Layani Penerbangan Internasional)
"Bandara telah didesain untuk menghadapi bencana tsunami dengan ketinggian sampai dengan 15 meter. Demikian pula pengaruh gempa tektonik yang sering terjadi di daerah selatan DIY, termasuk di lokasi NYIA telah diperhitungkan dengan matang," terangnya saat seminar New Yogyakarta International Airport (NYIA) DI Auditorium Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (UCY) pada Sabtu (30/3/ 2019).
Dijelaskannya, keberadaan NYIA juga diyakini akan berdampak positif pada perekonomian daerah dan pengembangan pariwisata. Hal ini lantaran NYIA menjadi wilayah strategis dengan disiapkan jalur menuju kawasan wisata terkemuka seperti candi Borobudur.
"Turis domestik maupun mancanegara akan mudah mengakses sekaligus akan makin meningkat jumlah kunjungan ke Borobudur melalui NYIA," tandasnya.
Dekan Fakultas Teknik UCY, Erlina mengatakan, seminar mengenai NYIA ini merupakan upaya memadukan antara teori di kampus dengan lapangan. Dengan menghadirkan beberapa pembicara menjadikan wawasan mahasiswa semakin luas.
"Acara seperti ini perlu dilakukan menerus agar ada link and match antara teori di kelas dan kondisi senyatanya dilapangan, oleh karena itu selain kegiatan seminar ini juga akan dilakukan kunjungan lapangan," katanya.
Selain berbicara kondisi NYIA seminar tersebut juga membahas mengenai konstruksi. Perwakilan dari PT cakarbumi Mitrabeni, dalam kesempatan tersebut membahas konstruksi cakar ayam. Konstruksi ini dikenal lentur tapi rigit.
Dikatakannya, penemuan pondasi Cakar Ayam sejak tahun1961 lalu. Konstruksi ini digunakan sebagai pondasi tower transmisi tegangan tinggi di atas tanah lunak, rawa-rawa yang kemudian 1989 diaplikasikan di jalan tol Sitiawan & Melaka, Malaysia.
"Konsep dasarnya pelat tebal merupakan pelat tipis ditambah pipa dengan beban maksimal 10 Ton, dimana cakar ayam berfungsi sebagai angker. Pada tahun 1979, konstruksi cakar ayam diaplikasikan pada pembangunana apron Bandara Internasional Juanda dan tahun 1984 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta," ungkapnya.
Perwakilan PT Angkasa Pura I Yogyakarta, Danny Setiawan, mengatakan, proyek pembangunan bandara NYIA di Kulonprogo sejak awal perencanaan telah memperhitungan beberapa aspek untuk menghasilkan proyek berstandar internasional. Di antaranya adalah panjang landasan yang sangat memadai dan jauh lebih panjang. Selain itu juga perhitungan wilayah sehingga didesain anti tsunami. (Baca Juga: April 2019, Bandara Baru Yogyakarta Layani Penerbangan Internasional)
"Bandara telah didesain untuk menghadapi bencana tsunami dengan ketinggian sampai dengan 15 meter. Demikian pula pengaruh gempa tektonik yang sering terjadi di daerah selatan DIY, termasuk di lokasi NYIA telah diperhitungkan dengan matang," terangnya saat seminar New Yogyakarta International Airport (NYIA) DI Auditorium Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (UCY) pada Sabtu (30/3/ 2019).
Dijelaskannya, keberadaan NYIA juga diyakini akan berdampak positif pada perekonomian daerah dan pengembangan pariwisata. Hal ini lantaran NYIA menjadi wilayah strategis dengan disiapkan jalur menuju kawasan wisata terkemuka seperti candi Borobudur.
"Turis domestik maupun mancanegara akan mudah mengakses sekaligus akan makin meningkat jumlah kunjungan ke Borobudur melalui NYIA," tandasnya.
Dekan Fakultas Teknik UCY, Erlina mengatakan, seminar mengenai NYIA ini merupakan upaya memadukan antara teori di kampus dengan lapangan. Dengan menghadirkan beberapa pembicara menjadikan wawasan mahasiswa semakin luas.
"Acara seperti ini perlu dilakukan menerus agar ada link and match antara teori di kelas dan kondisi senyatanya dilapangan, oleh karena itu selain kegiatan seminar ini juga akan dilakukan kunjungan lapangan," katanya.
Selain berbicara kondisi NYIA seminar tersebut juga membahas mengenai konstruksi. Perwakilan dari PT cakarbumi Mitrabeni, dalam kesempatan tersebut membahas konstruksi cakar ayam. Konstruksi ini dikenal lentur tapi rigit.
Dikatakannya, penemuan pondasi Cakar Ayam sejak tahun1961 lalu. Konstruksi ini digunakan sebagai pondasi tower transmisi tegangan tinggi di atas tanah lunak, rawa-rawa yang kemudian 1989 diaplikasikan di jalan tol Sitiawan & Melaka, Malaysia.
"Konsep dasarnya pelat tebal merupakan pelat tipis ditambah pipa dengan beban maksimal 10 Ton, dimana cakar ayam berfungsi sebagai angker. Pada tahun 1979, konstruksi cakar ayam diaplikasikan pada pembangunana apron Bandara Internasional Juanda dan tahun 1984 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta," ungkapnya.
(rhs)