Menyusuri Way Kunjir, Desa Terparah Dihantam Tsunami Selat Sunda
A
A
A
LAMPUNG SELATAN - Anak Gunung Krakatau tampak berkabut dari Desa Way Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Senin (24/12/2018). Desa ini merupakan wilayah terparah dihantam tsunami Selat Sunda. Hampir semua rumah rata dengan tanah. Korban meninggal belum diketahui pasti.
"Keponakan saya tiga hilang. Alhamdulillah anak saya selamat karena berada di lantai 2," kata Supomo, korban selamat tsunami ditemui di depan rumahnya.
Supomo saat terjadi tsunami, Sabtu (22/12/2018) malam, berada di desa sebelah. Begitu mengetahui terjadi tsunami, Supomo berlarian menuju rumahnya yang berada di tepi pantai. "Tiga anak saya selamat karena berada di lantai dua rumah," kata Supomo sambil memandang anak Gunung Krakatau di seberang pantai.
Tampak petir beberapa kali menyambar dari puncak anak Krakatau. Asap hitam membumbung dari anak Krakatau. "Barusan orang yang memantau anak Krakatau beri kabar letusan susulan. Kita diminta waspada," katanya.
Supomo dan korban selamat lainnya dalam kondisi siaga. Wajah-wajah mereka tampak kelelahan. Pada saat bersamaan, petugas sudah mulai membuka akses jalan dari Kecamatan Kalianda menuju Kecamatan Rajabasa. Alat berat sudah masuk hingga halaman rumah Supomo. Ada satu alat berat yang bekerja menyingkirkan tumpukan kayu, tembok, mobil, dan sampah.
Aswan, warga Dusun Way Lubuk, Desa Way Kunjir menuturkan, ibunya baru saja teridentifikasi di RSUD Bob Bazaar. Ibunya dikenali melalui sidik jari. "Ibu saya namanya Zulaikha. Langsung teridentifikasi. Saat ini saya mencari keponakan saya," kata Aswan.
Pada bagian lain, warga Lampung Selatan menggelar pengumpulan dana di beberapa perempatan jalan. Mereka membuka posko bantuan sambil menyodorkan kotak kardus kepada para pengguna jalan. Posko tersebut di antaranya di Jalan Trans Sumatera menuju Kalianda.
Di desa-desa juga tampak penggalangan dana yang dimotori perangkat desa. Seperti di Desa Pasemah, Kecamatan Palas, Desa Maja, Kecamatan Kalianda. Dan beberapa desa di Kecamatan Sragi.
"Keponakan saya tiga hilang. Alhamdulillah anak saya selamat karena berada di lantai 2," kata Supomo, korban selamat tsunami ditemui di depan rumahnya.
Supomo saat terjadi tsunami, Sabtu (22/12/2018) malam, berada di desa sebelah. Begitu mengetahui terjadi tsunami, Supomo berlarian menuju rumahnya yang berada di tepi pantai. "Tiga anak saya selamat karena berada di lantai dua rumah," kata Supomo sambil memandang anak Gunung Krakatau di seberang pantai.
Tampak petir beberapa kali menyambar dari puncak anak Krakatau. Asap hitam membumbung dari anak Krakatau. "Barusan orang yang memantau anak Krakatau beri kabar letusan susulan. Kita diminta waspada," katanya.
Supomo dan korban selamat lainnya dalam kondisi siaga. Wajah-wajah mereka tampak kelelahan. Pada saat bersamaan, petugas sudah mulai membuka akses jalan dari Kecamatan Kalianda menuju Kecamatan Rajabasa. Alat berat sudah masuk hingga halaman rumah Supomo. Ada satu alat berat yang bekerja menyingkirkan tumpukan kayu, tembok, mobil, dan sampah.
Aswan, warga Dusun Way Lubuk, Desa Way Kunjir menuturkan, ibunya baru saja teridentifikasi di RSUD Bob Bazaar. Ibunya dikenali melalui sidik jari. "Ibu saya namanya Zulaikha. Langsung teridentifikasi. Saat ini saya mencari keponakan saya," kata Aswan.
Pada bagian lain, warga Lampung Selatan menggelar pengumpulan dana di beberapa perempatan jalan. Mereka membuka posko bantuan sambil menyodorkan kotak kardus kepada para pengguna jalan. Posko tersebut di antaranya di Jalan Trans Sumatera menuju Kalianda.
Di desa-desa juga tampak penggalangan dana yang dimotori perangkat desa. Seperti di Desa Pasemah, Kecamatan Palas, Desa Maja, Kecamatan Kalianda. Dan beberapa desa di Kecamatan Sragi.
(amm)