Jalur Rel Ganda KA Solo-Sragen Beroperasi Awal 2019
A
A
A
SOLO - Jalur rel ganda kereta api (KA) Solo-Kedung Banteng diproyeksikan beroperasi awal 2019. Progres pembangunan telah mencapai 95% dan dalam proses tindaklanjut hasil pengujian pertama dan tes comisioniong.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek pembangunan rel ganda kereta api (KA) Solo-Kedung Banteng Arief Sudiatmoko mengatakan, nilai strategis proyek jalur ganda KA Solo-Kedung Banteng diharapkan meningkatkan keselamatan transportasi dan kapasitas lintas jalur. Sehingga semakin terwujud rasa aman dan nyaman menggunakan transportasi umum bagi masyarakat.
“Setelah jalur ganda beroperasi nantinya, bakal memberikan manfaat serta nilai ekonomis bagi penumpang,” kata Arief Sudiatmoko saat meninjau pembangunan proyek jalur ganda Solo-Kedung Banteng, tepatnya di jembatan KA yang melintas di atas Sungai Bengawan Solo, di kawasan Jurug, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (27/11/2018).
Arief menjelaskan, KA merupakan alternatif moda transportasi massal yang murah dan ekonomis. Baik dari jarak jauh maupun komuter serta jaminan kepastian terhadap waktu tempuh. Masyarakat di sekitarnya juga mendapatkan manfaat serta nilai ekonomis karena potensi meningkatnya harga jual lahan dengan dibangunan fasilitas naik turun penumpang di stasiun stasiun, di antara Solo dan Kedung Banteng. “Mobilitas masyarakat di wilayah Sragen, Solo, dan Yogyakarta, berpotensi untuk meningkat,” urainya.
Dari sisi ketepatan waktu, lanjutnya, jarak antara Kedung Banteng di Kabupaten Sragen hingga Solo mencapai 42 kilometer. Dengan kecepatan normal 80 km/jam dan kecepatan maksimal 100 km/jam, jarak tempuh membutuhkan waktu 32 menit.Dengan adanya jalur ganda, waktu yang dibutuhkan menjadi 28 menit tanpa adanya kekhawatiran kemacetan. Selain itu juga tidak ada lagi silang maupun memperkecil susul dengan KA lainnya. Harga relatif lebih murah dibandingkan kendaraan pribadi yang rata rata waktu tempuh 1-1,5 jam.
Sebagai perbandingan menggunakan KA Prameks antara Stasiun Purwosari di Kota Solo hingga Stasiun Prambanan di Kabupaten Klaten dengan jarak 44 km. Biayanya hanya sekitar Rp8.000 hingga 10.000 dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Sementara jika menggunakan bus tarifnya sekitar Rp20-25.000 dengan waktu tempuh 1 jam hingga 1,5 jam.
“Untuk mengembangkan kereta komuter antara Solo-Sragen, saat ini hanya dilayani KA jarak jauh. Dengan terbangunnya rel ganda, diharapkan operator dapat membuka pangsa pasar komuter yang cocok untuk angkutan perkotaan,” bebernya.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Wilayah Jawa Bagian Tengah, Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, Joko Prahoro melanjutkan, dengan selesainya jalur ganda maka kapasitas lintas juga akan meningkat dua kali lipat. Yakni dari 91 KA/hari menjadi 182 KA/hari, sehingga pertumbuhan pengguna KA komuter dapat seperti KA Pramek.
“KA komuter rata-rata memiliki kapasitas tempat duduk 200/trainshet dengan okupansi 80%. Apabila sehari ada enam kali perjalanan, berarti hampir 960 penumpang/hari,” terang Joko. Dalam membangun jalur ganda Solo-Sragen, permasalah yang dihadapi adalah klasik, yakni pembebasan lahan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek pembangunan rel ganda kereta api (KA) Solo-Kedung Banteng Arief Sudiatmoko mengatakan, nilai strategis proyek jalur ganda KA Solo-Kedung Banteng diharapkan meningkatkan keselamatan transportasi dan kapasitas lintas jalur. Sehingga semakin terwujud rasa aman dan nyaman menggunakan transportasi umum bagi masyarakat.
“Setelah jalur ganda beroperasi nantinya, bakal memberikan manfaat serta nilai ekonomis bagi penumpang,” kata Arief Sudiatmoko saat meninjau pembangunan proyek jalur ganda Solo-Kedung Banteng, tepatnya di jembatan KA yang melintas di atas Sungai Bengawan Solo, di kawasan Jurug, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (27/11/2018).
Arief menjelaskan, KA merupakan alternatif moda transportasi massal yang murah dan ekonomis. Baik dari jarak jauh maupun komuter serta jaminan kepastian terhadap waktu tempuh. Masyarakat di sekitarnya juga mendapatkan manfaat serta nilai ekonomis karena potensi meningkatnya harga jual lahan dengan dibangunan fasilitas naik turun penumpang di stasiun stasiun, di antara Solo dan Kedung Banteng. “Mobilitas masyarakat di wilayah Sragen, Solo, dan Yogyakarta, berpotensi untuk meningkat,” urainya.
Dari sisi ketepatan waktu, lanjutnya, jarak antara Kedung Banteng di Kabupaten Sragen hingga Solo mencapai 42 kilometer. Dengan kecepatan normal 80 km/jam dan kecepatan maksimal 100 km/jam, jarak tempuh membutuhkan waktu 32 menit.Dengan adanya jalur ganda, waktu yang dibutuhkan menjadi 28 menit tanpa adanya kekhawatiran kemacetan. Selain itu juga tidak ada lagi silang maupun memperkecil susul dengan KA lainnya. Harga relatif lebih murah dibandingkan kendaraan pribadi yang rata rata waktu tempuh 1-1,5 jam.
Sebagai perbandingan menggunakan KA Prameks antara Stasiun Purwosari di Kota Solo hingga Stasiun Prambanan di Kabupaten Klaten dengan jarak 44 km. Biayanya hanya sekitar Rp8.000 hingga 10.000 dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Sementara jika menggunakan bus tarifnya sekitar Rp20-25.000 dengan waktu tempuh 1 jam hingga 1,5 jam.
“Untuk mengembangkan kereta komuter antara Solo-Sragen, saat ini hanya dilayani KA jarak jauh. Dengan terbangunnya rel ganda, diharapkan operator dapat membuka pangsa pasar komuter yang cocok untuk angkutan perkotaan,” bebernya.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Wilayah Jawa Bagian Tengah, Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, Joko Prahoro melanjutkan, dengan selesainya jalur ganda maka kapasitas lintas juga akan meningkat dua kali lipat. Yakni dari 91 KA/hari menjadi 182 KA/hari, sehingga pertumbuhan pengguna KA komuter dapat seperti KA Pramek.
“KA komuter rata-rata memiliki kapasitas tempat duduk 200/trainshet dengan okupansi 80%. Apabila sehari ada enam kali perjalanan, berarti hampir 960 penumpang/hari,” terang Joko. Dalam membangun jalur ganda Solo-Sragen, permasalah yang dihadapi adalah klasik, yakni pembebasan lahan.
(wib)