KBI Gelar Pelatihan Juru Bicara Pancasila di 25 Provinsi
A
A
A
YOGYAKARTA - Pemahaman tehadap Pancasila sebagai nilai dan ideologi bangsa harus terus dipupuk. Hal ini penting agar tidak ada lagi yang membelokkan atau bahkan punya keinginan untuk mengganti ideologi bangsa karena Pancasila adalah final. Menguatnya politisasi agama belakangan ini juga mengindikasikan bahwa falsafah kebangsaan yang dirumuskan para pendiri bangsa, mulai tergerus.
Untuk menjawab keprihatinan tersebut, Komunitas Bela Indonesia (KBI) melakukan aksi nyata dengan menggelar pelatihan juru bicara Pancasila di 25 provinsi. Di setiap daerah, peserta yang lolos sebanyak 40 orang untuk mengikuti pelatihan intensif mengenai penulisan, berdebat, dan manajemen media sosial selama empat hari.
Yogyakarta menjadi kota ke-18 pelatihan juru bicara Pancasila yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Gesikan. Pelatihan ini digelar di Hotel Horaios sejak Jumat-Senin 16-19 November 2018.
KBI sebagai penyelenggara telah lebih dahulu membuat buku rujukan berjudul “Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia” karya Denny JA bersama tim. Pelatihan ini melibatkan berbagai elemen bangsa yang peduli pada penguatan keberagamaan dan kehidupan bangsa yang damai.
Diharapkan peserta bisa turut terlibat dan berkontribusi aktif dalam proses kampanye positif, terutama di dunia maya. ”Pertarungan kita sekarang ini di media sosial. Di sanalah awal dan muaranya ujaran kebencian, hoaks, dan narasi negatif yang harus kita perangi bersama,” ujar Milastri Muzakkar, fasilitator pelatihan.
Sementara itu, sambutan hangat disampaikan ketua panitia lokal dan juga pengurus Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Gesikan, Beny Susanto. Dia mengapresiasi animo masyarakat yang ingin bergabung dalam pelatihan juru bicara Pancasila. Bahkan ada calon peserta yang mendaftar dari Kalimantan, Bali, dan Sumatera. “Senang sekali kita bisa dilibatkan bersama KBI,” ujarnya.
Sementara itu, di hari terakhir pelatihan, Senin (19/11/2018), para juru bicara Pancasila Yogyakarta menyatakan kesiapannya untuk selalu menjaga Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu, juga siap menolak segala bentuk ujaran kebencian yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia. Komitmen selanjutnya yaitu menghargai perbedaan karena Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk menjawab keprihatinan tersebut, Komunitas Bela Indonesia (KBI) melakukan aksi nyata dengan menggelar pelatihan juru bicara Pancasila di 25 provinsi. Di setiap daerah, peserta yang lolos sebanyak 40 orang untuk mengikuti pelatihan intensif mengenai penulisan, berdebat, dan manajemen media sosial selama empat hari.
Yogyakarta menjadi kota ke-18 pelatihan juru bicara Pancasila yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Gesikan. Pelatihan ini digelar di Hotel Horaios sejak Jumat-Senin 16-19 November 2018.
KBI sebagai penyelenggara telah lebih dahulu membuat buku rujukan berjudul “Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia” karya Denny JA bersama tim. Pelatihan ini melibatkan berbagai elemen bangsa yang peduli pada penguatan keberagamaan dan kehidupan bangsa yang damai.
Diharapkan peserta bisa turut terlibat dan berkontribusi aktif dalam proses kampanye positif, terutama di dunia maya. ”Pertarungan kita sekarang ini di media sosial. Di sanalah awal dan muaranya ujaran kebencian, hoaks, dan narasi negatif yang harus kita perangi bersama,” ujar Milastri Muzakkar, fasilitator pelatihan.
Sementara itu, sambutan hangat disampaikan ketua panitia lokal dan juga pengurus Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Gesikan, Beny Susanto. Dia mengapresiasi animo masyarakat yang ingin bergabung dalam pelatihan juru bicara Pancasila. Bahkan ada calon peserta yang mendaftar dari Kalimantan, Bali, dan Sumatera. “Senang sekali kita bisa dilibatkan bersama KBI,” ujarnya.
Sementara itu, di hari terakhir pelatihan, Senin (19/11/2018), para juru bicara Pancasila Yogyakarta menyatakan kesiapannya untuk selalu menjaga Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu, juga siap menolak segala bentuk ujaran kebencian yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia. Komitmen selanjutnya yaitu menghargai perbedaan karena Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika.
(sms)