Rumah Rode Bakal Dijadikan Cagar Budaya

Selasa, 20 November 2018 - 08:46 WIB
Rumah Rode Bakal Dijadikan Cagar Budaya
Rumah Rode Bakal Dijadikan Cagar Budaya
A A A
YOGYAKARTA - Rumah tempat berdiskusinya sejumlah aktivis mahasiswa di Jalan Sultan Agung Gang Rode No 610, Yogyakarta, diwacanakan menjadi cagar budaya. Di rumah yang akrab disebut Rumah Rode inilah muncul para aktivis gerakan. Dari Rode inilah muncul gerakan mahasiswa yang mampu menumbangkan rezim Orde Baru.

Sejarawan, Hilmar Farid yang juga menjabat sebagai Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Nasional mengatakan, Rumah Rode sampai kini masih menjadi basis aktivis gerakan mahasiswa. Bahkan, posisi bangunan hingga kini tidak berubah. “Di rumah inilah menjadi tempat diskusi dan belajar politik para aktivis mahasiswa di Yogyakarta dan kota besar di Indonesia,” katanya.

Eko Sulistyo, Deputi IV Kantor Staff Presiden RI menuturkan, keberadaan Rumah Rode ini satu-satunya yang ada di Indonesia. Aktivitas mahasiswa dan rumah menyatu dalam sebuah dinamika politik selama 30 tahun lamanya melakukan regenerasi.

"Saya dulu dari solo selalu mampir ke rumah ini kalau ada konsolidasi gerakan melawan rezim Orde Baru," ujar Eko yang dulu aktivis mahasiswa UNS Surakarta dalam siaran persnya, Senin 19 November 2018.

Budiman Sudjatmiko menambahkan, Rumah Rode mempunyai kenangan tersendiri karena menjadi tempat awal belajar politik. "Saya belajar politik di Rumah Rode sejak SMA dan awal masuk kampus UGM. Rode menjadi tempat baca buku, diskusi, rapat aksi demonstrasi sampai melakukan advokasi buruh dan petani," ujar anggota DPR ini.

Ifdhal Kasim, mantan Ketua Komnas HAM RI dan kini menjadi Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI merupakan penghuni dari generasi pertama rumah rode saat masih menjadi aktivis mahasiswa UII tahun 1988. "Saya rasa tidak berlebihan jika Rumah Rode ditetapkan menjadi cagar budaya oleh pemerintah," ucapnya.

Sementara Ketua Umum Seknas Jokowi, Muhammad Yamin yang juga jebolan Rode mengaku, gerakan intoleran yang mengancam demokrasi serta politik yg menghalalkan berbagai macam cara seperti menyebar berita hoaks dan fitnah hingga menjadi gaduh adalah kemunduran. "Seperti meributkan politik sontoloyo itu merupakan kemunduran dalam kehidupan politik kita saat ini,” terang Wakil Direktur Relawan TKN Jokowi- Ma'ruf Amin ini.

Sejumlah aktivis berkumpul dalam acara Rembug Nasional Gerakan Pro Demokrasi dalam rangka 30 tahun RODE Rumah Perjuangan, para aktivis juga mendoakan para pejuang demokrasi dan HAM yang sudah wafat. Mereka adalah Adnan Buyung, Mulyana Kusumah, mahasiswa korban peristiwa Tri Sakti dan Semanggi serta Wiji Tukul.

Ketua Panitia Rembuk Nasional 30 Tahun Rode, Suprianto Antok mengatakan, setiap dua tahun sekali kelompok Rode dari periode awal sampai generasi zaman now selalu mengadakan pertemuan. "Selain bersilaturahmi seperti layaknya keluarga besar sambil mendiskusikan situasi politik nasional,” katanya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2950 seconds (0.1#10.140)