Parikesit ERV, Mobil Listrik Karya Siswa SMK Kurang Respons Pemerintah
A
A
A
MAJALENGKA - Prestasi tidak melulu menjadi milik sekolah yang ada di kota atau pusat kota saja. Bagi sekolah yang jauh dari perkotaan pun, jika memiliki semangat yang tinggi, mereka bisa mensejajarkan diri, atau bahkan mengungguli prestasi dari sekolah-sekolah di perkotaan.
Hal itu dibuktikan oleh pelajar SMKN I Lemahsugih, Kabupaten Majalengka. Terletak di pinggiran Kabupaten Majalengka, dengan jarak tempuh dari Majalengka Kota sekitar dua jam (menggunakan sepeda motor), mereka sukses menorehkan prestasi, setelah mampu menciptakan sebuah mobil listrik.
Parikesit ERV, demikian nama untuk mobil listrik dari para siswa jurusan otomotif, Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMKN I Lemahsugih, dengan pendampingan dari para guru mereka.
"Biasanya kan kita akan dilirik ketika berprestasi, ada karya yang bisa dilihat. Nah, ini lah yang kami lakukan di sini, di daerah perbatasan, jauh dari kota, tapi kami bisa menghasilkan karya mobil listrik," kata Kepsek SMKN I Majalegka, Ahdin, saat berbincang dengan SINDOnews, di SMKN I Lemahsugih, Jalan Raya Padarek, Kecamatan Lemahsugih, Senin (16/11/2018).
Prestasi yang ditorehkan oleh para siswa di sekolah itu, tidak hanya dalam bentuk mobil yang sudah jadi saja. Dalam perjalanannya, untuk kebutuhan membuat mobil yang mirip dengan Karimun itu, sebagian besar mereka rancang sendiri, tidak beli dari toko otomotif.
"Mesin dan komponen untuk membuat mobil ini, sebagian besar dirancang sendiri. Dalam perjalanannya, anak-anak hanya didampingi oleh guru mereka, tidak ada pendampingan tim ahli dari luar," jelas dia.
Terkait mobil listrik sebagai pilihan, Ahdin menjelaskan hal itu atas pertimbangan fakta di lapangan bahwa hingga saat ini belum ada SMK yang mampu membuat karya jenis itu.
"Dari mobil listrik ini, ada sesuatu yang bermakna. Sekolah ini kan dibiayai APBD, maka harus dimanfaatkan untuk menoreh prestasi," tegas dia.
Terkait pemilihan Parikesit sebagai nama, dia menegaskan hal itu tidak terlepas dari kondisi sekolah mereka yang memang jauh dari pusat kota.
"Parikseit kan tokoh kesatria dari keturunan Pandawa Lima, Arjuna. Dia hidup di daerah pinggiran. Harapannya, Parikesit ini pun jadi Kesatria. Kami ambil filosopinya. Kami SMKN I Lemahsugih juga letaknya di pinggiran Kabupaten Majalengka," papar dia.
Sementara itu, secara resmi, Parikesit telah dilaunching pada 27 Oktober 2018 kemarin. Dalam perjalanannya, kehadiran Parikesit produk siswa SMKN I Lemahsugih itu sukses menyedot perhatian dari banyak kalangan. Hal itu terlihat saat Parikesit dibawa ke acara pameran di Garut, belum lama ini.
"Waktu expo, apresiasi dari pengunjung cukup bagus. Tidak kurang dari 1200 pengunjung yang melihat karya kami. Namun kami kalah, masuk lima besar pun, tidak. Padahal salah satu kriterianya, dilihat dari jumlah pengunjung. Secara keseluruhan, banyak apresiasi dari pengunjung," ungkap Ahdin.
Namun sayang, apresiasi dari masyarakat itu, bertolak belakang dengan respons pemerintah yang dinilai dingin.
Bahkan, saat lauching pun, tidak ada pemerintah yang datang menghadiri acara peluncuran karya anak bangsa itu. Begitu juga dengan Disdik Provinsi, yang membawahi langsung sekolah tingkat SLTA.
"Belum ada respons dari pemerintah. Saat launching, kami undang, tapi tidak datang. Yang datang hanya dari pihak kecamatan (Lemahsugih)" jelas dia.
"Makanya ke depan, mau dibagaimanakan mobil ini, kami tidak menaruh harapan kepada pemerintah. Kalau kerjasama dengan pihak kampus, kami masih percaya. Mungkin nantinya akan ada pengembangan," kata dia.
Hal itu dibuktikan oleh pelajar SMKN I Lemahsugih, Kabupaten Majalengka. Terletak di pinggiran Kabupaten Majalengka, dengan jarak tempuh dari Majalengka Kota sekitar dua jam (menggunakan sepeda motor), mereka sukses menorehkan prestasi, setelah mampu menciptakan sebuah mobil listrik.
Parikesit ERV, demikian nama untuk mobil listrik dari para siswa jurusan otomotif, Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMKN I Lemahsugih, dengan pendampingan dari para guru mereka.
"Biasanya kan kita akan dilirik ketika berprestasi, ada karya yang bisa dilihat. Nah, ini lah yang kami lakukan di sini, di daerah perbatasan, jauh dari kota, tapi kami bisa menghasilkan karya mobil listrik," kata Kepsek SMKN I Majalegka, Ahdin, saat berbincang dengan SINDOnews, di SMKN I Lemahsugih, Jalan Raya Padarek, Kecamatan Lemahsugih, Senin (16/11/2018).
Prestasi yang ditorehkan oleh para siswa di sekolah itu, tidak hanya dalam bentuk mobil yang sudah jadi saja. Dalam perjalanannya, untuk kebutuhan membuat mobil yang mirip dengan Karimun itu, sebagian besar mereka rancang sendiri, tidak beli dari toko otomotif.
"Mesin dan komponen untuk membuat mobil ini, sebagian besar dirancang sendiri. Dalam perjalanannya, anak-anak hanya didampingi oleh guru mereka, tidak ada pendampingan tim ahli dari luar," jelas dia.
Terkait mobil listrik sebagai pilihan, Ahdin menjelaskan hal itu atas pertimbangan fakta di lapangan bahwa hingga saat ini belum ada SMK yang mampu membuat karya jenis itu.
"Dari mobil listrik ini, ada sesuatu yang bermakna. Sekolah ini kan dibiayai APBD, maka harus dimanfaatkan untuk menoreh prestasi," tegas dia.
Terkait pemilihan Parikesit sebagai nama, dia menegaskan hal itu tidak terlepas dari kondisi sekolah mereka yang memang jauh dari pusat kota.
"Parikseit kan tokoh kesatria dari keturunan Pandawa Lima, Arjuna. Dia hidup di daerah pinggiran. Harapannya, Parikesit ini pun jadi Kesatria. Kami ambil filosopinya. Kami SMKN I Lemahsugih juga letaknya di pinggiran Kabupaten Majalengka," papar dia.
Sementara itu, secara resmi, Parikesit telah dilaunching pada 27 Oktober 2018 kemarin. Dalam perjalanannya, kehadiran Parikesit produk siswa SMKN I Lemahsugih itu sukses menyedot perhatian dari banyak kalangan. Hal itu terlihat saat Parikesit dibawa ke acara pameran di Garut, belum lama ini.
"Waktu expo, apresiasi dari pengunjung cukup bagus. Tidak kurang dari 1200 pengunjung yang melihat karya kami. Namun kami kalah, masuk lima besar pun, tidak. Padahal salah satu kriterianya, dilihat dari jumlah pengunjung. Secara keseluruhan, banyak apresiasi dari pengunjung," ungkap Ahdin.
Namun sayang, apresiasi dari masyarakat itu, bertolak belakang dengan respons pemerintah yang dinilai dingin.
Bahkan, saat lauching pun, tidak ada pemerintah yang datang menghadiri acara peluncuran karya anak bangsa itu. Begitu juga dengan Disdik Provinsi, yang membawahi langsung sekolah tingkat SLTA.
"Belum ada respons dari pemerintah. Saat launching, kami undang, tapi tidak datang. Yang datang hanya dari pihak kecamatan (Lemahsugih)" jelas dia.
"Makanya ke depan, mau dibagaimanakan mobil ini, kami tidak menaruh harapan kepada pemerintah. Kalau kerjasama dengan pihak kampus, kami masih percaya. Mungkin nantinya akan ada pengembangan," kata dia.
(sms)