Detik-detik Penyergapan Terorisme di Bandara Jenderal Ahmad Yani
A
A
A
SEMARANG - Suasana Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/10/2018) mendadak mencekam. Hal ini menyusul terjadinya aksi terorisme dengan melakukan penyanderaan sejumlah penumpang dan petugas bandara.
Tapi kejadian ini hanya gambaran awal simulasi terorisme yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama TNI, Polri serta instansi lain. Dalam simulasi diskenariokan, berdasarkan informasi intelijen sekelompok teroris diduga memiliki rencana untuk menyerang bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani.
Sebuah mobil yang mencurigakan menerobos lampu merah dan pos penjagaan bandara dan langsung menuju ke pintu masuk bandara. Petugas keamanan bandara mencoba menghentikan pelaku, tetapi pelaku malah menodongkan senjata dan menyandera petugas.
Kemudian, anggota satuan tugas pengamanan bandara melaporkan kejadian tersebut kepada GM Angkasa Pura I Bandara Jenderal Ahmad Yani. Laporan lalu dilanjutkan ke Danlanumad Ahmad Yani sebagai Dansatgaspam yang bertanggung jawab penuh atas keamanan bandara.
Karena aksi tersebut dinilai sangat berbahaya, akhirnya berkoordinasi dengan Pangdam IV Diponegoro dan Kapolda Jawa Tengah untuk kemudian berkoordinasi dengan BNPT. Negosiasi pun berlangsung buntu, sehingga satuan khusus dari TNI yang terdiri dari Yonif 400 Raider dan Den Bravo 90 Paskhas TNI AU serta Densus Anti Teror Polri diterjunkan melakukan penyerangan. Tak berselang lama para teroris berhasil dilumpuhkan.
Menurut Kepala BNPT, Suhardi Alius, simulasi penanggulangan terorisme di bandara Internasional Ahmad Yani ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan terorisme, khususnya di lingkungan bandara.
“Posisi bandara merupakan poin strategis yang dituju kelompok terorisme dalam melakukan aksinya sehingga dengan kesiapan diharapkan bisa menanggulangi tindak terorisme dengan baik,” kata Suhardi.
Dia menyatakan, melalui simulasi terintegrasi ini diharapkan akan menyamakan persepsi dalam penindakan terorisme dengan menyatukan SOP dari masing-masing satuan untuk menjadi sebuah sistem prosedur.
"Bagaimana kita mengatur taktik teknik masing-masing instansi dan sudah dilatihkan berulang-ulang mudah-mudahan menjadi satu pemahaman yang utuh sehingga jika terjadi kejadian tidak saling menunggu dan bertindak sesuai peran masing-masing," pungkasnya.
Tapi kejadian ini hanya gambaran awal simulasi terorisme yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama TNI, Polri serta instansi lain. Dalam simulasi diskenariokan, berdasarkan informasi intelijen sekelompok teroris diduga memiliki rencana untuk menyerang bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani.
Sebuah mobil yang mencurigakan menerobos lampu merah dan pos penjagaan bandara dan langsung menuju ke pintu masuk bandara. Petugas keamanan bandara mencoba menghentikan pelaku, tetapi pelaku malah menodongkan senjata dan menyandera petugas.
Kemudian, anggota satuan tugas pengamanan bandara melaporkan kejadian tersebut kepada GM Angkasa Pura I Bandara Jenderal Ahmad Yani. Laporan lalu dilanjutkan ke Danlanumad Ahmad Yani sebagai Dansatgaspam yang bertanggung jawab penuh atas keamanan bandara.
Karena aksi tersebut dinilai sangat berbahaya, akhirnya berkoordinasi dengan Pangdam IV Diponegoro dan Kapolda Jawa Tengah untuk kemudian berkoordinasi dengan BNPT. Negosiasi pun berlangsung buntu, sehingga satuan khusus dari TNI yang terdiri dari Yonif 400 Raider dan Den Bravo 90 Paskhas TNI AU serta Densus Anti Teror Polri diterjunkan melakukan penyerangan. Tak berselang lama para teroris berhasil dilumpuhkan.
Menurut Kepala BNPT, Suhardi Alius, simulasi penanggulangan terorisme di bandara Internasional Ahmad Yani ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan terorisme, khususnya di lingkungan bandara.
“Posisi bandara merupakan poin strategis yang dituju kelompok terorisme dalam melakukan aksinya sehingga dengan kesiapan diharapkan bisa menanggulangi tindak terorisme dengan baik,” kata Suhardi.
Dia menyatakan, melalui simulasi terintegrasi ini diharapkan akan menyamakan persepsi dalam penindakan terorisme dengan menyatukan SOP dari masing-masing satuan untuk menjadi sebuah sistem prosedur.
"Bagaimana kita mengatur taktik teknik masing-masing instansi dan sudah dilatihkan berulang-ulang mudah-mudahan menjadi satu pemahaman yang utuh sehingga jika terjadi kejadian tidak saling menunggu dan bertindak sesuai peran masing-masing," pungkasnya.
(thm)