Minum Teh Poci Jadi Kenangan Terakhir Marwandi dengan Anak Sulungnya
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Tragedi pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat menyisakan duka mendalam bagi Marwandi. Anak sulungnya, Herjuno merupakan salah satu penumpang pesawat nahas tersebut. Meski begitu, Kepala SD Negeri di Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut terlihat tetap tegar menahan duka serta tangis pilu.
Berbeda dengan istrinya, Nasiah yang tak henti-hentinya menitikan air mata karena mengetahui kemungkinan Herjuno selamat dari kecelakaan pesawat semakin menipis. Hanya mukjizat Tuhan yang bisa membalikkan keadaan.
Marwandi menuturkan, dua pekan sebelum tragedi Lion Air, Herjuno yang saat ini menjabat Deputy Manager Operasi dan Teknik Cabang Pelabuhan Pangkal Balam, pulang kampung ke Dusun Nogosari 1, Desa Bandung, Kecamatan Playen menemui dirinya. Tidak seperti biasa, ia pulang sendiri, tidak mampir rumahnya di Tangerang, Banten.
"Waktu itu rumah kosong, dia langsung menuju rumah adiknya di dekat kecamatan dan mengajak kami mencari teh poci di pinggir Jalan Wonosari. Suasananya menyenangkan waktu itu, kami minum teh bersama-sama, istilah jawa wedangan moci," kata Marwandi, Rabu (31/10/2018).
Minum teh hangat di pinggir jalan pada malam hari itu ternyata menjadi kenangan terakhir Marwandi bersama putra sulungnya. Kaget, tidak percaya, dan menerima kenyataan, campur aduk menjadi satu. "Biasanya dia pulang dengan anak istrinya. Tapi dua minggu yang lalu, dia hanya telepon istrinya, aku pulang ke Wonosari ke rumah bapak ibu," ucap Mawardi menirukan Herjuno saat menelepon istrinya.
Marwandi lalu berusaha mencari foto keluarga yang juga ada gambar Herjuno. "Februari dia naik pangkat dan ditempatkan di Pangkal Balam," tuturnya sambil menunjukkan foto keluarga lengkap dengan Herjuno beserta istri dan anak semata wayangnya. (Baca Juga: Hari Ketiga, Basarnas Kembali Sisir Lokasi Jatuhnya Lion Air JT 610
Bagi Marwandi, Herjuno adalah sosok anak rajin. Sejak bangku SD hingga SMA, prestasinya lumayan bagus. "Dia juga mampu menjadi contoh bagi adik-adiknya, saya bangga dengan dia," katanya sambil mengajak wartawan melihat foto yang dipangkunya di kursi roda.
Salah satu teman sekolah Herjuno, Kusumaningsih berusaha menghibur istri Herjuno, Marti Faidah. Tanpa firasat apapun istrinya melepas suaminya dan hingga kini masih belum jelas kondisinya. "Seumpama ditemukan dan dalam keadaan meninggal dunia, jenazah akan dibawa ke kampung halaman di Gunungkidul," katanya melalui sambungan telepon seluler.
Menurut Kusumaningsih, Herjuno memang tidak terbiasa berangkat ke Pangkalpinang di hari Senin. Biasanya hari Minggu sore berangkat dan Jumat sore sudah berada di Tangerang bersama keluarga. "Namun kata istrinya, dia ingin mengantar anaknya ke sekolah karena mau studi tur ke Bandung, akhirnya memilih berangkat pagi hari," kata Kusumaningsih yang menjadi teman Herjuno sejak di bangku SMP.
Kabar Herjuno menjadi salah korban jatuhnya pesawat Lion Air Jt-610 pun terus tersiar. Para tetangga dan handai taulan Marwandi pun berdatangan dan menyampaikan bela sungkawa. (Baca Juga: Tim SAR Temukan Lokasi Dugaan Kuat Badan Pesawat Lion Air JT 610(amm)
Berbeda dengan istrinya, Nasiah yang tak henti-hentinya menitikan air mata karena mengetahui kemungkinan Herjuno selamat dari kecelakaan pesawat semakin menipis. Hanya mukjizat Tuhan yang bisa membalikkan keadaan.
Marwandi menuturkan, dua pekan sebelum tragedi Lion Air, Herjuno yang saat ini menjabat Deputy Manager Operasi dan Teknik Cabang Pelabuhan Pangkal Balam, pulang kampung ke Dusun Nogosari 1, Desa Bandung, Kecamatan Playen menemui dirinya. Tidak seperti biasa, ia pulang sendiri, tidak mampir rumahnya di Tangerang, Banten.
"Waktu itu rumah kosong, dia langsung menuju rumah adiknya di dekat kecamatan dan mengajak kami mencari teh poci di pinggir Jalan Wonosari. Suasananya menyenangkan waktu itu, kami minum teh bersama-sama, istilah jawa wedangan moci," kata Marwandi, Rabu (31/10/2018).
Minum teh hangat di pinggir jalan pada malam hari itu ternyata menjadi kenangan terakhir Marwandi bersama putra sulungnya. Kaget, tidak percaya, dan menerima kenyataan, campur aduk menjadi satu. "Biasanya dia pulang dengan anak istrinya. Tapi dua minggu yang lalu, dia hanya telepon istrinya, aku pulang ke Wonosari ke rumah bapak ibu," ucap Mawardi menirukan Herjuno saat menelepon istrinya.
Marwandi lalu berusaha mencari foto keluarga yang juga ada gambar Herjuno. "Februari dia naik pangkat dan ditempatkan di Pangkal Balam," tuturnya sambil menunjukkan foto keluarga lengkap dengan Herjuno beserta istri dan anak semata wayangnya. (Baca Juga: Hari Ketiga, Basarnas Kembali Sisir Lokasi Jatuhnya Lion Air JT 610
Bagi Marwandi, Herjuno adalah sosok anak rajin. Sejak bangku SD hingga SMA, prestasinya lumayan bagus. "Dia juga mampu menjadi contoh bagi adik-adiknya, saya bangga dengan dia," katanya sambil mengajak wartawan melihat foto yang dipangkunya di kursi roda.
Salah satu teman sekolah Herjuno, Kusumaningsih berusaha menghibur istri Herjuno, Marti Faidah. Tanpa firasat apapun istrinya melepas suaminya dan hingga kini masih belum jelas kondisinya. "Seumpama ditemukan dan dalam keadaan meninggal dunia, jenazah akan dibawa ke kampung halaman di Gunungkidul," katanya melalui sambungan telepon seluler.
Menurut Kusumaningsih, Herjuno memang tidak terbiasa berangkat ke Pangkalpinang di hari Senin. Biasanya hari Minggu sore berangkat dan Jumat sore sudah berada di Tangerang bersama keluarga. "Namun kata istrinya, dia ingin mengantar anaknya ke sekolah karena mau studi tur ke Bandung, akhirnya memilih berangkat pagi hari," kata Kusumaningsih yang menjadi teman Herjuno sejak di bangku SMP.
Kabar Herjuno menjadi salah korban jatuhnya pesawat Lion Air Jt-610 pun terus tersiar. Para tetangga dan handai taulan Marwandi pun berdatangan dan menyampaikan bela sungkawa. (Baca Juga: Tim SAR Temukan Lokasi Dugaan Kuat Badan Pesawat Lion Air JT 610(amm)