Dikunjungi Jokowi, KH Ubaidillah Shodaqoh Tak Mau Pemimpin Kasar

Sabtu, 20 Oktober 2018 - 15:26 WIB
Dikunjungi Jokowi, KH...
Dikunjungi Jokowi, KH Ubaidillah Shodaqoh Tak Mau Pemimpin Kasar
A A A
SEMARANG - Presiden Joko Widodo mengunjungi Pondok Pesantren Al Itqon Bugen, Tlogosari, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (20/10/2018). Presiden yang didampingi sejumlah menteri kabinet kerja disambut hangat pengasuh ponpes, KH Ubaidillah Shodaqoh dan santriwan-santriwati.

Di hadapan ribuan santri dan pengajar, Kiai Ubaidillah berkisah kali pertama pertemuannya dengan Presiden Jokowi. Waktu itu, Jokowi meminta pertimbangan kepadanya sebagai ahli hukum Islam (fiqih) terkait kebijakan yang bakal dia terapkan.

Kiai Ubaidillah mengatakan pertemuan itu terjadi tatkala Joko Widodo masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Sebagai dasar untuk mengeluarkan kebijakan, Jokowi berkonsultasi dengan PCNU Surakarta yang kemudian mengarahkan kepada KH Ubaidillah Shodaqoh, yang saat itu menjadi kader Syuriah PWNU Jawa Tengah.

"Beliau sangat taat hukum. Meskipun banyak fitnah dan rintangan beliau tetap sabar tekun, lembut, dan kasih sayang terhadap rakyat," katanya.

Menurut Kiai Ubaidillah, di balik kesuksesan Jokowi hingga menjadi presiden tak bisa dilepaskan dari peran perempuan yang mendampingi. Di belakang lelaki adil itu, kata Kiai Ubaidillah, pasti ada wanita baik.

"Di balik kejujuran dan ketokohan Pak Jokowi ada yang berperan, siapa? Bu Iriana. Beliau begitu teguh dan kukuh menjalani seorang presiden, di baliknya ada doa dan peran ibu. Maka sowan ke ibu Jokowi," tuturnya.

Kedatangan Jokowi memberi makna besar bagi Ponpes Al Itqon. Jokowi adalah satu-satunya presiden yang mau mengunjungi pesantren yang berada di Bugen, Tlogosari, Semarang ini. Karena itu, Kiai Ubaidillah mendoakan kesuksesan bagi Jokowi.

"Ya Allah jangan kuasakan pada kami pemimpin yang kasar dan kuasakan pada kami pemimpin yang lembut mencintai rakyatnya," ujarnya.

Menurut Kiai Ubaidillah, pondoknya mengajarkan tafaqquh fiddin, yakni tidak menjadikan agama Islam sebagai ajaran-ajaran instan, tekstual, dan harfiah. Yang merupakan benih-benih ekstremis.

Sementara itu, Presiden Jokowi menitip pesan kepada pengajar dan santri agar terus belajar di pondok dengan telaten dan jangan cepat puas merasa telah menguasai ilmu agama. "Mari kita bangun SDM yang berkarakter, ponpes ini membangun santri berakhlakul karimah dan mencintai negara," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1444 seconds (0.1#10.140)