Survei: 70,4% Warga Jateng Pilih Jokowi dan 38,5% Coblos PDIP
A
A
A
SEMARANG - DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah mengusung optimisme tinggi memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 mendatang. Optimisme tersebut berdasarkan hasil survei internal. Hasil survei kedua Pemilu 2019 yang dilakukan awal Oktober 2018 menunjukkan bahwa masyarakat Jateng yang memilih Capres Joko Widodo (Jokowi) sebesar 70,40% dan yang memilih PDIP 38,5%.
Menurut Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto, gambaran survei tersebut menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi hampir dua kali lipat dari PDIP. "Akan tetapi, jika dilihat dari survei yang dilakukan dengan responden kader dan simpatisan PDIP, elektabilitas Jokowi 95,7% yang artinya ada 4,3% responden yang memiliki pilihan lain," kata Bambang Wuryanto yang didampingi Sekretaris Bambang Kusriyanto dan Bendahara Agustin Wilujeng dalam jumpa pers di Kantor DPD PDIP Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/10/2018).
Namun demikian, Bambang mengaku belum melakukan pengecekan secara detail apa penyebab 4,3% responden tak memilih Jokowi. Menurutnya, angka 95,7% tersebut sangat tinggi dan belum pernah ada capaian setinggi itu dalam survei sebelumnya. Bambang yang juga Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jateng mencontohkan, dalam survei terakhir Ganjar Pranowo pada Pilgub Jateng 2018 hanya mencapai 78% dan Ahok pada Pilgub DKI Jakarta 93%.
Apabila dilihat secara keseluruhan, elektabilitas Jokowi yang mencapai 70,4% itu artinya banyak kader parpol lain yang memberikan suara dukungannya. Belum diketahui apakah dari parpol koalisi ataukah dari parpol koalisi lawan.
Melalui survei rutin yang dilakukan, PDIP Jateng ingin meningkatkan suara dukungan masyarakat Jateng untuk Joko Widodo atau minimal sama dengan jumlah dukungan pada saat Pilpres 2014 dengan raihan suara 66,65%. Karena itu, pihaknya tak ingin persentase dukungan turun dibanding Pilpres 2014. "Jika turun, hanya ada dua kemungkinan. Pertama, kerja PDIP yang lemah atau faktor kedua adalah kerja musuh yang jauh lebih bagus," katanya.
Pria yang akrab disapa Bambang Patjul itu menjelaskan, mengacu hasil survei elektabilitas Jokowi dan PDIP itu bisa jadi nantinya akan ada Jokowi effect. Yakni popularitas Jokowi yang ikut menaikkan suara PDIP. Meskipun elektabilitas PDIP sebesar 38,5%, angka itu jauh mengungguli parpol pesaing lainnya. "Kalau nanti suara PDIP nambah dan swing voters masuk PDIP maka ada Jokowi effect. Elektabilitas PDIP saat ini tertinggi," ujar Patjul.
Menurut Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto, gambaran survei tersebut menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi hampir dua kali lipat dari PDIP. "Akan tetapi, jika dilihat dari survei yang dilakukan dengan responden kader dan simpatisan PDIP, elektabilitas Jokowi 95,7% yang artinya ada 4,3% responden yang memiliki pilihan lain," kata Bambang Wuryanto yang didampingi Sekretaris Bambang Kusriyanto dan Bendahara Agustin Wilujeng dalam jumpa pers di Kantor DPD PDIP Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/10/2018).
Namun demikian, Bambang mengaku belum melakukan pengecekan secara detail apa penyebab 4,3% responden tak memilih Jokowi. Menurutnya, angka 95,7% tersebut sangat tinggi dan belum pernah ada capaian setinggi itu dalam survei sebelumnya. Bambang yang juga Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jateng mencontohkan, dalam survei terakhir Ganjar Pranowo pada Pilgub Jateng 2018 hanya mencapai 78% dan Ahok pada Pilgub DKI Jakarta 93%.
Apabila dilihat secara keseluruhan, elektabilitas Jokowi yang mencapai 70,4% itu artinya banyak kader parpol lain yang memberikan suara dukungannya. Belum diketahui apakah dari parpol koalisi ataukah dari parpol koalisi lawan.
Melalui survei rutin yang dilakukan, PDIP Jateng ingin meningkatkan suara dukungan masyarakat Jateng untuk Joko Widodo atau minimal sama dengan jumlah dukungan pada saat Pilpres 2014 dengan raihan suara 66,65%. Karena itu, pihaknya tak ingin persentase dukungan turun dibanding Pilpres 2014. "Jika turun, hanya ada dua kemungkinan. Pertama, kerja PDIP yang lemah atau faktor kedua adalah kerja musuh yang jauh lebih bagus," katanya.
Pria yang akrab disapa Bambang Patjul itu menjelaskan, mengacu hasil survei elektabilitas Jokowi dan PDIP itu bisa jadi nantinya akan ada Jokowi effect. Yakni popularitas Jokowi yang ikut menaikkan suara PDIP. Meskipun elektabilitas PDIP sebesar 38,5%, angka itu jauh mengungguli parpol pesaing lainnya. "Kalau nanti suara PDIP nambah dan swing voters masuk PDIP maka ada Jokowi effect. Elektabilitas PDIP saat ini tertinggi," ujar Patjul.
(amm)