Penghuni Lapas Palu Kabur Akibat Tembok Roboh dan Keluarnya Air dari Dalam Tanah
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Palu kabur dari tempat penahanan setelah tembok penjara roboh akibat gempa bumi pada Jumat 28 September 2018. Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS), Sri Puguh Budi Utami, menceritakan sebelumnya Kalapas beserta jajaran Lapas Palu mengumpulkan warga binaan Pemasyarakatan di tengah lapangan Lapas Palu.
"Kondisi awalnya kondusif, walaupun pagar yang melingkupi lapas semua roboh. Tak lama mereka berkumpul air keluar dari dalam tanah. Warga binaan Pemasyarakatan panik. Kemudian disusul dengan robohnya blok di sisi kiri, dua blok roboh. Teman-teman UPT di Lapas Palu masih mencoba untuk memberikan arahan agar tenang," ujar Utami di kantor Ditjen PAS, Jakarta, Senin (1/10/2018).
"Begitu disusul gempa berikutnya mereka sudah tidak sabar dan lari menuju ke dua blok yang bobol, hampir semuanya tidak perlu juga berdesak-desakan karena robohnya cukup luas menuju jalan dan memang tidak semuanya," timpalnya.
Dirjen PAS perempuan pertama ini menjelaskan, pada hari Minggu 30 September 2018 dirinya yang berkunjung langsung ke Lapas Palu, melihat masih ada sekitar 102 warga binaan perempuan anak dan narapidana dewasa yang masih ada di lapas.
"Koordinasi dengan instansi terkait sudah dilakukan, tapi memang sampai dengan hari Minggu kemarin bahan makanan sudah tidak ada, tapi kami tetap mengupayakan sisa yang ada dimasak dan kebetulan kemarin emang masih ada beberapa toko yang buka maka kami mengusahakan itu untuk memenuhi hari Minggu kemarin dan mudah-mudahan hari ini masih ada," jelas Utami.
Dikutip dari Antara, Kepala Lapas Palu Adhi Yan Ricoh pada Sabtu (29/9/2018), mengatakan jumlah warga binaan di lembaga pemasyarakatan 560 orang dan separuh lebih dari mereka pergi setelah tembok-tembok roboh.
Adhi mengatakan, petugas penjara kesulitan mencegah mereka kabur karena sebagian petugas juga panik saat gempa ditambah kondisinya gelap setelah lampu padam.
Lembaga Pemasyarakatan, menurut Adhi, saat ini belum memikirkan pencarian karena semua petugas, termasuk aparat kepolisian, sedang sibuk mengurus para korban gempa.
"Kondisi awalnya kondusif, walaupun pagar yang melingkupi lapas semua roboh. Tak lama mereka berkumpul air keluar dari dalam tanah. Warga binaan Pemasyarakatan panik. Kemudian disusul dengan robohnya blok di sisi kiri, dua blok roboh. Teman-teman UPT di Lapas Palu masih mencoba untuk memberikan arahan agar tenang," ujar Utami di kantor Ditjen PAS, Jakarta, Senin (1/10/2018).
"Begitu disusul gempa berikutnya mereka sudah tidak sabar dan lari menuju ke dua blok yang bobol, hampir semuanya tidak perlu juga berdesak-desakan karena robohnya cukup luas menuju jalan dan memang tidak semuanya," timpalnya.
Dirjen PAS perempuan pertama ini menjelaskan, pada hari Minggu 30 September 2018 dirinya yang berkunjung langsung ke Lapas Palu, melihat masih ada sekitar 102 warga binaan perempuan anak dan narapidana dewasa yang masih ada di lapas.
"Koordinasi dengan instansi terkait sudah dilakukan, tapi memang sampai dengan hari Minggu kemarin bahan makanan sudah tidak ada, tapi kami tetap mengupayakan sisa yang ada dimasak dan kebetulan kemarin emang masih ada beberapa toko yang buka maka kami mengusahakan itu untuk memenuhi hari Minggu kemarin dan mudah-mudahan hari ini masih ada," jelas Utami.
Dikutip dari Antara, Kepala Lapas Palu Adhi Yan Ricoh pada Sabtu (29/9/2018), mengatakan jumlah warga binaan di lembaga pemasyarakatan 560 orang dan separuh lebih dari mereka pergi setelah tembok-tembok roboh.
Adhi mengatakan, petugas penjara kesulitan mencegah mereka kabur karena sebagian petugas juga panik saat gempa ditambah kondisinya gelap setelah lampu padam.
Lembaga Pemasyarakatan, menurut Adhi, saat ini belum memikirkan pencarian karena semua petugas, termasuk aparat kepolisian, sedang sibuk mengurus para korban gempa.
(sms)