Terus Erupsi, Nelayan Diimbau Tak Dekati Gunung Anak Krakatau
A
A
A
KALIANDA - Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda Provinsi Lampung masih terus berlangsung. Gunung yang terletak di Selat Sunda antara Provinsi Banten dan Lampung terus erupsi. Terakhir pada Senin kemarin terpantau sejak pukul 15.05 hingga 15.37 WIB bahkan hingga menjelang malam.
Kanit Basarnas Provinsi Lampung Pos Bakauheni Rahmat Afrizal mengatakan, berdasarkan pantauan dari radius 3 kilometer tinggi letusan bervariasi dari 100 meter hingga 500 meter dengan interval waktu sekitar 15 menit hingga 30 menit. Suara dentuman cukup keras bahkan menyertai ketika letusan terjadi dengan arah material letusan mengarah ke barat.
“Asap tebal berwarna hitam membubung ke angkasa disertai guguran material panas berasap terlihat menyebar dari puncak kawah turun area Gunung Anak Krakatau. Namun sejumlah nelayan tradisional asal wilayah pesisir Kalianda dan Rajabasa Lampung Selatan terlihat masih nekat melakukan aktivitas menangkap ikan di dekat Pulau Panjang, Pulau Sertung dan Pulau Rakata Besar yang berada tak jauh dari Gunung Anak Krakatau,” kata Rahmat Afrizal.
Dua nelayan asal Kalianda yang ditemui di sekitar GAK mengaku nekat mencari ikan meski tahu ada imbauan dari instansi terkait agar tidak mendekati kawasan tersebut.
Kantor Basarnas Provinsi Lampung Pos Bakauheni telah berkoordinasi dengan Petugas Pos Pengamatan GAK yang ada di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang mengetahui status terkini gunung api di Selat Sunda hari ini mengimbau nelayan agar tidak mendekat ke GAK.
Imbauan dikeluarkan kepada nelayan untuk mengantisipasi letusan lebih besar yang berpotensi mengeluarkan material vulkanik berupa pasir batu apung, debu dan awan panas yang bisa membahayakan.
“Dikhawatirkan jika nelayan melakukan aktivitas di dekat GAK dengan peralatan tradisional akan sulit menjauhi lokasi saat letusan besar terjadi,” ungkapnya.
Kanit Basarnas Provinsi Lampung Pos Bakauheni Rahmat Afrizal mengatakan, berdasarkan pantauan dari radius 3 kilometer tinggi letusan bervariasi dari 100 meter hingga 500 meter dengan interval waktu sekitar 15 menit hingga 30 menit. Suara dentuman cukup keras bahkan menyertai ketika letusan terjadi dengan arah material letusan mengarah ke barat.
“Asap tebal berwarna hitam membubung ke angkasa disertai guguran material panas berasap terlihat menyebar dari puncak kawah turun area Gunung Anak Krakatau. Namun sejumlah nelayan tradisional asal wilayah pesisir Kalianda dan Rajabasa Lampung Selatan terlihat masih nekat melakukan aktivitas menangkap ikan di dekat Pulau Panjang, Pulau Sertung dan Pulau Rakata Besar yang berada tak jauh dari Gunung Anak Krakatau,” kata Rahmat Afrizal.
Dua nelayan asal Kalianda yang ditemui di sekitar GAK mengaku nekat mencari ikan meski tahu ada imbauan dari instansi terkait agar tidak mendekati kawasan tersebut.
Kantor Basarnas Provinsi Lampung Pos Bakauheni telah berkoordinasi dengan Petugas Pos Pengamatan GAK yang ada di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang mengetahui status terkini gunung api di Selat Sunda hari ini mengimbau nelayan agar tidak mendekat ke GAK.
Imbauan dikeluarkan kepada nelayan untuk mengantisipasi letusan lebih besar yang berpotensi mengeluarkan material vulkanik berupa pasir batu apung, debu dan awan panas yang bisa membahayakan.
“Dikhawatirkan jika nelayan melakukan aktivitas di dekat GAK dengan peralatan tradisional akan sulit menjauhi lokasi saat letusan besar terjadi,” ungkapnya.
(sms)