Berisiko Tinggi, Hindari Bantuan Susu Formula untuk Bayi Korban Gempa

Sabtu, 11 Agustus 2018 - 23:25 WIB
Berisiko Tinggi, Hindari Bantuan Susu Formula untuk Bayi Korban Gempa
Berisiko Tinggi, Hindari Bantuan Susu Formula untuk Bayi Korban Gempa
A A A
JAKARTA - Dampak gempa 7 skala richter (SR) yang diikuti ratusan gempa susulan telah meluluhlantakkan Lombok. Saat ini ratusan ribu korban gempa masih berada di lokasi pengungsian yang memerlukan banyak bantuan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, saat ini terdapat 387.067 jiwa pengungsi yang tersebar di ribuan titik. Pengungsi memerlukan bantuan karena belum seluruh kebutuhan dasar mereka terpenuhi.

Bahkan, hingga Sabtu (11/8/2018) masih terdapat pengungsi yang sama sekali belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsian. Pengungsi saat ini tersebar di ribuan titik yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara sebanyak 198.846 orang, Kota Mataram 20.343 orang, Lombok Barat 91.372 orang, dan Lombok Timur 76.506 orang.

Dari 387.067 jiwa pengungsi tersebut, terdapat bayi dan anak-anak yang perlu mendapat perlakuan khususi. "Bayi dan anak termasuk kelompok rentan bersama dengan ibu hamil, lansia, dan disabilitas. Mereka perlu mendapat perlakuan khusus karena rentan selama di pengungsian," ujar Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/8/2018).

Hingga saat ini, memang belum ada data berapa jumlah bayi dan anak-anak dari 387.067 jiwa pengungsi tersebut. Tetapi diperkirakan jumlahnya mencapai puluhan ribu jiwa. Data sementara di Kabupaten Lombok Utara terdapat 1.991 jiwa balita berusia nol sampai lima tahun dan 2.641 jiwa anak-anak berusia enam sampai sebelas tahun.

Menurut Sutopo, pemberian bantuan berupa makanan untuk bayi dan balita tidak dapat dilakukan sembarangan di pengungsian. Ibu dan bayi yang masih menyusui harus mendapat perhatian khsusus. Air susu ibu merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi.

Oleh karena itu, menyusui walaupun dalam kondisi darurat harus terus dilakukan oleh ibu kepada bayi hingga usia dua tahun atau lebih. Artinya, air susu ibu tidak bisa digantikan dengan susu formula. Sebab sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, alat memasak, botol steril, dan lainnya, sangat terbatas di lokasi pengungsian.

Kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula justru dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu. Bahkan pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya kekurangan gizi dan kematian bayi.

Dalam beberapa pengalaman saat terjadi bencana, kata Sutopo, susu formula dan susu bubuk adalah bantuan umum yang diberikan dalam keadaan darurat. Sayangnya, produk-produk tersebut seringkali dibagikan tanpa kajian dan pemantauan yang baik, sehingga dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih perlu disusui.

UNICEF dan WHO sebagai Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah mengingatkan akan bahaya pemberian susu formula di pengungsian. Banyak kasus saat bencana di dunia, pemberian susu formula kepada balita dan anak-anak justru meningkatkan penderita sakit dan kematian.

Di Indonesia, kasus pascabencana gempa di Bantul Yogyakarta, hendaklah dijadikan pelajaran. Pemberian susu formula kala itu justru meningkatkan terjadinya diare pada anak di bawah usia dua tahun. Di mana ternyata 25 persen dari penderita itu meminum susu formula.

Oleh karena itu, BNPB mengimbau kepada masyarakat, lembaga, maupun relawan tanggap gempa, agar tidak menyalurkan donasi susu formula dan produk bayi lainnya, seperti botol, dot, empeng tanpa persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota setempat.

"Ibu yang menyusui anaknya harus diberikan dukungan dan bantuan praktis untuk meneruskan menyusui. Mereka tidak boleh sembarang diberikan bantuan susu formula dan susu bubuk," paparnya.

Meski demikian, ada pengecualian pada bayi yang tidak bisa disusui. Bayi tersebut harus diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut tetapi di bawah pengawasan yang ketat oleh tim dokter dan kondisi kesehatan bayi harus tetap dimonitor.

Saat ini, kebutuhan mendesak bagi korban gempa adalah tenda, selimut, makanan siap saji, beras, MCK portable, air minum, air bersih, tendon air, pakaian, terpal/alas tidur, alat penerang/listrik, layanan kesehatan dan trauma healing.

"Diimbau kepada masyarakat dan semua pihak untuk memerhatikan jenis bantuan yang diperlukan. Niat baik untuk membantu sesama agar justru tidak menimbulkan masalah baru, khususnya bagi bayi dan balita di pengungsian," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7304 seconds (0.1#10.140)