Tanggap Darurat Gempa Lombok, Warga Butuh Tenda Semipermanen

Jum'at, 10 Agustus 2018 - 09:46 WIB
Tanggap Darurat Gempa Lombok, Warga Butuh Tenda Semipermanen
Tanggap Darurat Gempa Lombok, Warga Butuh Tenda Semipermanen
A A A
LOMBOK - Gempa berkekuatan 7.0 skala richter yang mengguncang Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), telah meluluhlantakkan ribuan rumah, khususnya di Kabupaten Lombok Utara yang menjadi wilayah terdampak gempa paling parah.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB Rosiady Husaenie Sayuti mengungkapkan, dalam masa tanggap darurat saat ini, warga terdampak gempa sangat membutuhkan tenda semipermanen yang bisa ditinggali hingga enam bulan ke depan.

"Yang mendesak buat kami adalah rumah atau tempat penampungan sementara yang agak permanen untuk ditempati empat, lima, hingga enam bulan ke depan," ungkap Husaenie seusai menerima penyerahan bantuan dari Pemprov Jawa Barat di Kantor Gubernur NTB, Jalan Pejanggik, Mataram, NTB, Kamis (9/8/2018).

Husaenie mengatakan, dua kecamatan di Kabupaten Lombok Utara, yakni Kecamatan Kayangan dan Pemenang, mengalami dampak gempa paling parah. Hampir seluruh rumah di kedua wilayah tersebut tak bisa lagi ditinggali warganya.

"Di dua kecamatan itu hampir merata, hampir semua rumah kena. Jumlah warga terdampak lebih dari 100.000 kepala keluarga," sebutnya.

Menurut Husaenie, warga pun khawatir gempa susulan kembali terjadi. Sehingga, mereka memilih tinggal di tenda-tenda yang dibangun seadanya. Oleh karenanya, pihaknya mengharapkan bantuan tenda semipermanen tersebut.

Tidak hanya untuk ditinggali warga, tenda-tenda semipermanen pun dibutuhkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar anak-anak sekolah yang kini tak bisa lagi bersekolah karena gedung sekolahnya rusak, bahkan rata dengan tanah. Pihaknya menargetkan, kegiatan belajar mengajar akan kembali normal pekan depan.

"Proses belajar mengajar anak-anak sekolah ini harus kita selamatkan, kita juga koordinasi dengan TNI tenda komando untuk anak sekolah," ujarnya.

Disinggung soal ketersediaan kebutuhan pokok, dia memastikan kebutuhan pokok, seperti makanan dan minuman cukup. Bahkan, dia meyakinkan, distribusi bahan pokok kepada warga terdampak pun sudah berjalan baik.

"Ada dua kategori warga terdampak, ada yang di lapangan, ini membutuhkan dapur umum. Ada juga kategori pengungsi dekat rumahnya atau kampungnya, mereka memiliki alat masak jadi kita drop bahan mentanya. Itu sudah berjalan baik, tinggal menjamin (ketersediaan) bahan mentahnya," papar Husaenie.

Lebih jauh Husaenie mengatakan, berkaca pada gempa besar yang melanda Lombok, 1979 silam, pemerintah sebenarnya sudah mengimbau warga mendirikan bangunan tahan gempa. Dengan kembali terjadinya gempa besar di Lombok saat ini, pihaknya akan kembali menyosialisasikan bangunan tahan gempa kepada seluruh masyarakat Lombok.

"Itu sudah 40 tahun berlalu, mungkin warga sudah lupa. Nanti kita hidupkan lagi supaya bangunan rumah, sekolah, berpatokan pada bangunan tahan gempa," katanya.

Sementara, untuk penanganan dampak gempa jangka panjang, pihaknya fokus pada perbaikan rumah-rumah warga yang rusak dan hancur akibat gempa. Selain mengandalkan bantuan dana dari pemerintah pusat, pihaknya pun akan mengalokasikan anggaran untuk proses recovery pascagempa tersebut.

"Dananya sudah kami rencanakan, yang sudah pasti kan bantuan dari Presiden, lima puluh juta untuk rumah yang rusak berat. Rehabilitasi pascabencana ini seterusnya sampai selesai semuanya," tutup Husaenie.

Diketahui, gempa susulan terus mengguncang Lombok. Terakhir, gempa susulan dengan kekuatan hingga 6,2 skala richter kembali terjadi Kamis (9/8/2018) siang. Gempa susulan membuat warga trauma dan memilih tinggal di tenda-tenda seadanya di daerah yang dianggap aman.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6292 seconds (0.1#10.140)