Shake Detector Lini Bell, Alat Deteksi Gempa Hasil Kreativitas Warga KBB

Kamis, 09 Agustus 2018 - 20:35 WIB
Shake Detector Lini Bell, Alat Deteksi Gempa Hasil Kreativitas Warga KBB
Shake Detector Lini Bell, Alat Deteksi Gempa Hasil Kreativitas Warga KBB
A A A
BANDUNG - Seorang warga Kampung Hegarmanah RT 02/01, Desa Nyenang, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Agus Obrek (43) berupaya menciptakan produk inovatif pendeteksi gempa. Alat yang diberi nama Shake Detector Lini Bell ini mampu mendeteksi dan mengeluarkan bunyi ketika ada guncangan.

"Alat ini mampu mendeteksi adanya getaran dengan sesitiviti terendah 2 skala richter," katanya saat ditemui di sela kegiatan Teknologi Tepat Guna Tingkat Provinsi Jawa Barat dan KBB di Lapangan Kecamatan Cipeundeuy, KBB, Kamis (9/8/2018).

Dia menjelaskan, produknya dapat mendeteksi kejadian bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi, seperti gempa bumi, tsunami, dan lain lain. Alat ini juga bisa mendeteksi atau menjaga rumah dari ancaman pencuri dengan mengeluarkan bunyi saat timbul getaran atau adanya sentuhan. Sehingga bisa memberikan peringatan dini kepada penghuni rumah agar waspada ketika sirine dari alat ini berbunyi.

Dirinya mulai mencoba bereksperimen membuat alat ini pada 2009 pascagempa besar yang terjadi di Tasikmalaya saat malam hari. Kemudian dikembangkan dan disempurnakan lagi pada tahun 2012. Awalnya dengan membuat alat pendeteksi gempa berbahan dasar kayu, lalu kini mulai dimodifikasi kembali dengan menggunakan bahan dasar plastik yang berukuran sekitar 10x15 sentimeter.

Alat pendeteksi gempa dengan menggunakan tenaga dua batu baterai 9 volt ini, ketika ada guncangan akibat efek gempa langsung berbunyi dengan power out suara 5 watt. Ukurannya yang kecil memungkinkan alat ini bisa ditempelkan atau digantung di dinding.

Sensitivitasnya yang tinggi membuat alat ini cukup hanya dipasang satu unit dengan coverage area seluruh ruangan rumah.

"Saya belum produksi masal alat ini karena masih sulit untuk pemasarannya. Tapi kalau ada yang minat beli, nilainya dihargai Rp175 ribu/unit," sebutnya.

Menurutnya, satu alat pendeteksi gempa memakan waktu pembuatannya satu hingga dua hari. Untuk mendapatkan bahan baku alat pendeteksi ini, dia sengaja datang ke Kota Bandung untuk mencarinya sekaligus mencari bahan-bahan elektronik. Ini dikarenakan kesehariannya yang berprofesi sebagai seorang service elektronik.

"Selama ini saya sering terkendala masalah bahan yang sebagian ada yang diproduksi dari luar," keluhnya.

Diungkapkannya, Pj Gubernur Jawa Barat, Mochamad Iriawan yang sempat meninjau ke stand alat pendeteksi gempa miliknya, langsung tertarik.

Bahkan dia langsung memerintahkan kepada ajudannya untuk membeli semua alat pendeteksi gempa yang dipamerkan olehnya. Hal itu jadi pertanda baik mengingat kendala yang selalu dihadapinya adalah soal pemasaran.

"Jika ada yang butuh alat ini mereka langsung kontak saya. Saat ini baru BMKG Tasikmalaya dan Sukabumi yang sudah menyatakan ketertarikan," pungkasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8364 seconds (0.1#10.140)