RSOP Solo Kirim Tim Tangani Korban Patah Tulang Gempa Lombok
A
A
A
SOLO - Rumah Sakit Ortopedi Profesor Dr Soeharso (RSOP) Solo mengirimkan tim khusus untuk membantu menangani korban gempa Lombok. Mereka akan bekerja membantu sekitar 300 korban yang mengalami trauma patah tulang.
Direktur Medik dan Keperawatan RSOP Solo, Romaniyanto mengatakan, tim dokter ahli ortopedi berjumlah enam orang akan diberangkatkan setelah berkoordinasi dengan tim kesehatan lain yang melakukan pemetaan, menginventaris korban, dan mencatat kebutuhan. Keberangkatan tim RSOP akan membawa perlengkapan dan kebutuhan operasi lengkap. "Sehingga di lapangan kami langsung bekerja," kata Romaniyanto di Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/8/2018).
Bantuan pengabdian masyarakat RSOP, merupakan kerja sama dengan RSUD Dr Moewardi Solo, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK-UNS) Solo, dan Persatuan Bedah Ortopedi Indonesia (PBOI). Sehingga diharapkan, para penderita trauma korban gempa dapat segera ditangani. Sebab dalam peristiwa itu dipastikan banyak kasus trauma yang memerlukan penanganan operasi khusus. Saat ini, di Lombok terdapat sekitar 300 korban menunggu penanganan para ahli ortopedi untuk operasi penyambungan tulang.
Romaniyanto yang juga menjadi ketua tim, menyebut jumlah korban yang memerlukan tindakan operasi baru data sementara. Sebab di lapangan masih disisir korban yang mengalami trauma. Sedangkan korban dengan trauma patah tulang yang sudah tertangani baru sekitar 100 orang. "Pengiriman tim ortopedi akan dilaksanakan dalam tiga gelombang," katanya. Masing-masing tim bertugas selama lima hari.
Tim yang akan bertolak dari Solo ke Lombok dengan pesawat udara dilengkapi perbekalan untuk kebutuhan operasi. Di antaranya yang terbanyak berupa implan dari besi untuk penyambung tulang. Selain itu juga dibawa instrumen alat operasi, baju operasi sekali pakai, pen penyambung tulang, obat bius, anti biotik, sarung tangan dan benang jahit yang sudah steril.
Semua perlengkapan disiapkan dari Solo karena banyak alat seperti implan di sana sudah habis. Berdasarkan pengalaman penanganan korban gempa Yogyakarta, pasien yang harus segera dioperasi adalah yang mengalami trauma patah tulang terbuka. Sedangkan penderita trauma tertutup harus melalui observasi.
Jika kondisi traumanya berat, seperti patah tulang belakang, kemungkinan harus dirujuk ke RSOP. RS Ortopedi Profesor Dr Soeharso Solo merupakan rujukan nasional bagi pasien patah tulang. Masalah terbesar di lapangan adalah kebutuhan kamar operasi. Sementara, yang melakukan operasi hanya RS pemerintah. Padahal, kamar operasi RSUD Provinsi di Mataram hanya delapan ruang, sehingga overload dan operasi harus bergiliran.
Hasil koordinasi terakhir, pihaknya mendapat kepastian sudah ada penambahan dua kamar operasi di RSUD Kota Mataram, Selain itu, RSPAD Gatot Soebroto juga membuka RS lapangan dengan ruang operasi darurat. Sedangkan kebutuhan alat untuk operasi, termasuk persediaan implan untuk menangani sekitar 200 kasus trauma, diperkirakan masih cukup untuk pelaksanaan tugas gelombang pertama.
Direktur Medik dan Keperawatan RSOP Solo, Romaniyanto mengatakan, tim dokter ahli ortopedi berjumlah enam orang akan diberangkatkan setelah berkoordinasi dengan tim kesehatan lain yang melakukan pemetaan, menginventaris korban, dan mencatat kebutuhan. Keberangkatan tim RSOP akan membawa perlengkapan dan kebutuhan operasi lengkap. "Sehingga di lapangan kami langsung bekerja," kata Romaniyanto di Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/8/2018).
Bantuan pengabdian masyarakat RSOP, merupakan kerja sama dengan RSUD Dr Moewardi Solo, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK-UNS) Solo, dan Persatuan Bedah Ortopedi Indonesia (PBOI). Sehingga diharapkan, para penderita trauma korban gempa dapat segera ditangani. Sebab dalam peristiwa itu dipastikan banyak kasus trauma yang memerlukan penanganan operasi khusus. Saat ini, di Lombok terdapat sekitar 300 korban menunggu penanganan para ahli ortopedi untuk operasi penyambungan tulang.
Romaniyanto yang juga menjadi ketua tim, menyebut jumlah korban yang memerlukan tindakan operasi baru data sementara. Sebab di lapangan masih disisir korban yang mengalami trauma. Sedangkan korban dengan trauma patah tulang yang sudah tertangani baru sekitar 100 orang. "Pengiriman tim ortopedi akan dilaksanakan dalam tiga gelombang," katanya. Masing-masing tim bertugas selama lima hari.
Tim yang akan bertolak dari Solo ke Lombok dengan pesawat udara dilengkapi perbekalan untuk kebutuhan operasi. Di antaranya yang terbanyak berupa implan dari besi untuk penyambung tulang. Selain itu juga dibawa instrumen alat operasi, baju operasi sekali pakai, pen penyambung tulang, obat bius, anti biotik, sarung tangan dan benang jahit yang sudah steril.
Semua perlengkapan disiapkan dari Solo karena banyak alat seperti implan di sana sudah habis. Berdasarkan pengalaman penanganan korban gempa Yogyakarta, pasien yang harus segera dioperasi adalah yang mengalami trauma patah tulang terbuka. Sedangkan penderita trauma tertutup harus melalui observasi.
Jika kondisi traumanya berat, seperti patah tulang belakang, kemungkinan harus dirujuk ke RSOP. RS Ortopedi Profesor Dr Soeharso Solo merupakan rujukan nasional bagi pasien patah tulang. Masalah terbesar di lapangan adalah kebutuhan kamar operasi. Sementara, yang melakukan operasi hanya RS pemerintah. Padahal, kamar operasi RSUD Provinsi di Mataram hanya delapan ruang, sehingga overload dan operasi harus bergiliran.
Hasil koordinasi terakhir, pihaknya mendapat kepastian sudah ada penambahan dua kamar operasi di RSUD Kota Mataram, Selain itu, RSPAD Gatot Soebroto juga membuka RS lapangan dengan ruang operasi darurat. Sedangkan kebutuhan alat untuk operasi, termasuk persediaan implan untuk menangani sekitar 200 kasus trauma, diperkirakan masih cukup untuk pelaksanaan tugas gelombang pertama.
(amm)