Pikachu, Makanan Bergizi yang Cocok untuk Anak Autis dan ADHD
A
A
A
SURABAYA - Anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tumbuh dengan autis dan hiperakif (ADHD), memang membutuhkan perhatian khusus. Salah satu yang penting adalah asupan gizi mereka. Apalagi jika anak tersebut susah untuk mengkonsumsi makanan.
Kondisi itulah yang menginspirasi tiga mahasiswi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya , Vika Ramadhana Fitriyani, Zakiyah, dan Ainiyatul Luluk Atul Lababah. Mereka menciptakan inovasi makanan ringan free gluten dan kasein serta bergizi dengan tampilan yang menarik bernama pikachu.
Pikachu, kata Vika, adalah singkatan dari pizza kacang hijau. Tampilan pizza yang disajikan unik ini diyakini mampu mencuri perhatian anak-anak khususnya penyandang autis dan hiperaktif. “Kami sengaja membuat tampilan menarik supaya diminati anak-anak,” terangnya, Sabtu (4/8/2018).
Mahasiswi cantik ini menjelaskan, pikachu dibuat dengan bahan baku yang aman dan diperlukan oleh anak autism dan ADHD. Bahan-bahan yang diolah di antaranya tepung kacang hijau, tepung kentang, minyak biji bunga matahari.
Lalu, garam Himalaya, daging cincang, Buah Bit sebagai pengganti saos, dan sayur sayuran. “Bahan-bahan ini rendah gluten dan kasein, termasuk garam Himalaya. Garam tersebut tidak terlalu asin, jadi aman,” sebutnya.
Kehadiran inovasi makanan khas Eropa berbahan kacang ijo ini diharapkan supaya anak auits dan hiperaktif juga bisa memakan pizza layaknya anak normal lainnya. “Jika Pikachu ini tidak cocok bagi anak autis mereka akan terkena diare”, pungkasnya.
Sejumlah penelitian mencatat beberapa makanan yang harus dihindari anak penyandang autis di antaranya ;
1. Gluten. Gluten adalah protein yang terkandung dalam gandum, mi, roti, pasta, dan tepung terigu. Gluten adalah jenis protein yang susah dicerna atau diurai oleh tubuh. Hindari makanan tersebut dengan membiarkan Si Kecil mengonsumsi sumber karbohidrat lain dari ubi, singkong, jagung, atau bihun.
2. Kasein. Protein yang ditemukan pada banyak produk makanan. Semua produk susu mengandung kasein termasuk keju, yogurt, susu sapi, mentega, dan es krim. Mengonsumsi makanan yang mengandung kasein bisa menyebabkan gejala sulit berkomunikasi dan sulit melakukan kontak sosial.
3. Gula dan makanan yang berkadar gula tinggi. Termasuk juga karbohidrat seperti nasi putih yang mengandung kadar gula tinggi. Kenaikan dan penurunan kadar gula darah akan memicu anak autis menjadi lebih hiperaktif dan agresif. Selain itu mengonsumsi gula juga dapat memicu pertumbuhan jamur di dalam saluran pencernaan. Jika pertumbuhan jamur berlebih dapat menimbulkan perilaku agresif, hiperaktif, dan sulit berkonsentrasi.
4. Ragi dan makanan hasil fermentasi. Dengan mengonsumsi ragi dan makanan hasil fermentasi juga dapat memperparah saluran pencernaan anak penderita autis. Ragi biasanya ditemukan dalam roti, tape, tempe, dan kecap. Untuk mengatasi penyakit ini, anak autis disarankan mengonsumsi minuman probiotik yang di dalamnya mengandung bakteri baik.
5. Zat aditif makanan. Zat aditif makanan juga perlu dihindari oleh anak penyandang autis. Yang termasuk zat aditif adalah pengawet, pewarna, pemanis, dan penyedap rasa. Pada dasarnya zat aditif dibagi menjadi dua macam yaitu zat aditif buatan dan alami. Zat aditif buatan inilah yang sering ‘dituduh’ sebagai penyebab perilaku hiperaktif anak. Zat aditif buatan biasanya sering ditambahkan dalam makanan kemasan.
Kondisi itulah yang menginspirasi tiga mahasiswi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya , Vika Ramadhana Fitriyani, Zakiyah, dan Ainiyatul Luluk Atul Lababah. Mereka menciptakan inovasi makanan ringan free gluten dan kasein serta bergizi dengan tampilan yang menarik bernama pikachu.
Pikachu, kata Vika, adalah singkatan dari pizza kacang hijau. Tampilan pizza yang disajikan unik ini diyakini mampu mencuri perhatian anak-anak khususnya penyandang autis dan hiperaktif. “Kami sengaja membuat tampilan menarik supaya diminati anak-anak,” terangnya, Sabtu (4/8/2018).
Mahasiswi cantik ini menjelaskan, pikachu dibuat dengan bahan baku yang aman dan diperlukan oleh anak autism dan ADHD. Bahan-bahan yang diolah di antaranya tepung kacang hijau, tepung kentang, minyak biji bunga matahari.
Lalu, garam Himalaya, daging cincang, Buah Bit sebagai pengganti saos, dan sayur sayuran. “Bahan-bahan ini rendah gluten dan kasein, termasuk garam Himalaya. Garam tersebut tidak terlalu asin, jadi aman,” sebutnya.
Kehadiran inovasi makanan khas Eropa berbahan kacang ijo ini diharapkan supaya anak auits dan hiperaktif juga bisa memakan pizza layaknya anak normal lainnya. “Jika Pikachu ini tidak cocok bagi anak autis mereka akan terkena diare”, pungkasnya.
Sejumlah penelitian mencatat beberapa makanan yang harus dihindari anak penyandang autis di antaranya ;
1. Gluten. Gluten adalah protein yang terkandung dalam gandum, mi, roti, pasta, dan tepung terigu. Gluten adalah jenis protein yang susah dicerna atau diurai oleh tubuh. Hindari makanan tersebut dengan membiarkan Si Kecil mengonsumsi sumber karbohidrat lain dari ubi, singkong, jagung, atau bihun.
2. Kasein. Protein yang ditemukan pada banyak produk makanan. Semua produk susu mengandung kasein termasuk keju, yogurt, susu sapi, mentega, dan es krim. Mengonsumsi makanan yang mengandung kasein bisa menyebabkan gejala sulit berkomunikasi dan sulit melakukan kontak sosial.
3. Gula dan makanan yang berkadar gula tinggi. Termasuk juga karbohidrat seperti nasi putih yang mengandung kadar gula tinggi. Kenaikan dan penurunan kadar gula darah akan memicu anak autis menjadi lebih hiperaktif dan agresif. Selain itu mengonsumsi gula juga dapat memicu pertumbuhan jamur di dalam saluran pencernaan. Jika pertumbuhan jamur berlebih dapat menimbulkan perilaku agresif, hiperaktif, dan sulit berkonsentrasi.
4. Ragi dan makanan hasil fermentasi. Dengan mengonsumsi ragi dan makanan hasil fermentasi juga dapat memperparah saluran pencernaan anak penderita autis. Ragi biasanya ditemukan dalam roti, tape, tempe, dan kecap. Untuk mengatasi penyakit ini, anak autis disarankan mengonsumsi minuman probiotik yang di dalamnya mengandung bakteri baik.
5. Zat aditif makanan. Zat aditif makanan juga perlu dihindari oleh anak penyandang autis. Yang termasuk zat aditif adalah pengawet, pewarna, pemanis, dan penyedap rasa. Pada dasarnya zat aditif dibagi menjadi dua macam yaitu zat aditif buatan dan alami. Zat aditif buatan inilah yang sering ‘dituduh’ sebagai penyebab perilaku hiperaktif anak. Zat aditif buatan biasanya sering ditambahkan dalam makanan kemasan.
(vhs)