Turis Asal China Tewas saat Snorkeling di Pulau Mapur
A
A
A
TANJUNG PINANG - Turis asan China, Jianguo Cui (65), tewas saat snorkeling di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Kamis 2 Agustus 2018 pagi. Jianguo diduga menghembuskan napas terakhirnya karena penyakit jantung yang diidapnya kambuh.
Informasi yang dihimpun, Jianguo bersama keluarganya tiba di Bintan pada 1 Agustus 2018. Kemudian, mereka menginap di Bintan Agro Beach Resort, Jalan Trikora Km 36 Bintan, Kecamatan Gunung Kijang. Sebelum mengalami kejang-kejang saat snorkeling, pihak Bintan Agro Beach Resort telah melarang Jianguo untuk snorkeling. Namun, korban tetap bersikeras agar tetap ikut snorkeling.
Humas Imigrasi Tanjungpinang Said Noviansyah membenarkan, adanya laporan turis asal China meninggal dunia. Dia menyampaikan, turis bersangkutan merupakan tamu Bintan Agro Beach Resort. Korban diketahui meninggal dunia karena penyakit jantung.
"Kita sudah terima laporannya dari pihak resort, informasi kematian korban karena sakit jantung," kata Said saat dikonfirmasi, Jumat (3/8/2018).
Said menyampaikan, korban meninggal dunia sedang snorkeling di Pulau Mapur. Padahal, pihak resort telah melarang korban untuk snorkeling. Setelah kejadian itu, jasad korban langsung dilarikan ke kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Tanjungpinang.
"Hasil keterangan dokter bahwa korban karena sakit jantung. Informasinya jasad korban akan dikremasi di Tanjungpinang," kata dia.
Terpisah, Manejer Humas Bintan Agro Beach Resort Reynaldi mengatakan, awalnya pihaknya telah melarang korban untuk snorkeling. Korban dilarang snorkeling melihat usianya. Jianguo juga memiliki riwayat penyakit jantung. "Kita sudah larang dan sampaikan pada keluarganya, tapi yang bersangkutan bersikeras," katanya.
Dia menjelaskan korban awalnya mengalami kejang-kejang saat snorkeling. Lalu, mengambang di pantai. Saat snorkeling korban mengenakan life jacket. Atas kejadian ini, kata Reynaldi, keluarga tidak mempermasalahkannya.
Menurut dia, pihak keluarga korban sudah mengerti dan tidak mempermasalahkan kejadian tersebut. "Baru sekitar lima menit di dalam air, korban kejang-kejang dan mengambang. Saat itu korban tidak bisa ditolong lagi," tutup Reynaldi.
Informasi yang dihimpun, Jianguo bersama keluarganya tiba di Bintan pada 1 Agustus 2018. Kemudian, mereka menginap di Bintan Agro Beach Resort, Jalan Trikora Km 36 Bintan, Kecamatan Gunung Kijang. Sebelum mengalami kejang-kejang saat snorkeling, pihak Bintan Agro Beach Resort telah melarang Jianguo untuk snorkeling. Namun, korban tetap bersikeras agar tetap ikut snorkeling.
Humas Imigrasi Tanjungpinang Said Noviansyah membenarkan, adanya laporan turis asal China meninggal dunia. Dia menyampaikan, turis bersangkutan merupakan tamu Bintan Agro Beach Resort. Korban diketahui meninggal dunia karena penyakit jantung.
"Kita sudah terima laporannya dari pihak resort, informasi kematian korban karena sakit jantung," kata Said saat dikonfirmasi, Jumat (3/8/2018).
Said menyampaikan, korban meninggal dunia sedang snorkeling di Pulau Mapur. Padahal, pihak resort telah melarang korban untuk snorkeling. Setelah kejadian itu, jasad korban langsung dilarikan ke kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib Tanjungpinang.
"Hasil keterangan dokter bahwa korban karena sakit jantung. Informasinya jasad korban akan dikremasi di Tanjungpinang," kata dia.
Terpisah, Manejer Humas Bintan Agro Beach Resort Reynaldi mengatakan, awalnya pihaknya telah melarang korban untuk snorkeling. Korban dilarang snorkeling melihat usianya. Jianguo juga memiliki riwayat penyakit jantung. "Kita sudah larang dan sampaikan pada keluarganya, tapi yang bersangkutan bersikeras," katanya.
Dia menjelaskan korban awalnya mengalami kejang-kejang saat snorkeling. Lalu, mengambang di pantai. Saat snorkeling korban mengenakan life jacket. Atas kejadian ini, kata Reynaldi, keluarga tidak mempermasalahkannya.
Menurut dia, pihak keluarga korban sudah mengerti dan tidak mempermasalahkan kejadian tersebut. "Baru sekitar lima menit di dalam air, korban kejang-kejang dan mengambang. Saat itu korban tidak bisa ditolong lagi," tutup Reynaldi.
(wib)