Golkar Jabar Siapkan Program Satu Desa, Satu Hafidz Alquran
A
A
A
PURWAKARTA - DPD Partai Golkar Jabar mengklaim memiliki cetak biru pembangunan Jabar di segala bidang. Termasuk salah satunya menyiapkan program satu desa, satu hafidz Alquran
Secara institusi, Golkar Jabar pun membuka ruang diskusi atas cetak biru tersebut.
“Kami persilakan digunakan oleh berbagai jenjang pemerintahan. Ini sumbangsih Golkar Jabar demi kesinambungan pembangunan di Jawa Barat," kata Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, Jumat (20/7/2018).
Mantan Bupati Purwakarta itu menjelaskan, sebuah daerah dapat berkembang dengan baik saat basis teritorial daerah itu dimaksimalkan.
Menurut Dedi, cetak biru yang digagas oleh partai berlambang pohon beringin ini juga memperhatikan kebutuhan dasar rakyat. Sektor kesehatan, pendidikan dan religi sampai penciptaan lapangan kerja turut menjadi sorotan.
“Pola kerja dokter harus diubah, tidak boleh didatangi pasien. Tetapi, dokter harus mendatangi pasien di rumah. Purwakarta sudah berhasil mengembangkan ini. Alhamdulillah, publik merasa terlayani,” ucapnya.
Pendalaman kitab agama menjadi jurus andalan pengembangan kehidupan religi. Ditambah, pembelajaran kitab kuning di sekolah dikhususkan bagi pelajar muslim. Bahkan, tersedia program satu desa satu hafidz Alquran.
"Saya dengar pak gubernur terpilih juga ingin ada satu desa satu hafidz. Kemarin saat kampanye pilgub saya menyosialisasikan program ini ke pesantren-pesantren. Alhamdulillah, kenapa tidak, kalau untuk kemaslahatan warga Jabar,” katanya.
Pengembangan satu desa satu hafidz Alquran dalam persfektif Dedi harus berkesinambungan dengan peningkatan strata pendidikan formal. Para hafidz dan pelajar yang berasal dari keluarga pra sejahtera harus mengenyam pendidikan sampai S1 dan S2.
Dedi membagi Jawa Barat menjadi tiga wilayah utama, Selatan, Tengah dan Utara.
Untuk Jabar selatan, konsentrasi terhadap sektor pertanian dan perikanan harus dilakukan. Kondisi tanah dan iklim yang sangat mendukung dapat menjadikan dua sektor itu unggul di Jawa Barat. Wilayah pesisir Jabar selatan juga cocok untuk pengembangan pariwisata.
“Jabar selatan selama ini kurang diperhatikan. Kalau ingin ekonomi riil tumbuh di sana, maka sektor pertanian dan perikanan harus menjadi unggulan. Dua sektor ini ditopang dengan maksimalisasi potensi wisata di pesisir Jabar selatan,” ujarnya.
Sektor pariwisata juga potensial berkembang di kawasan Jabar tengah. Efeknya, tumbuh industri UMKM sampai wisata kuliner di wilayah tersebut. Buktinya, sejak menjadi destinasi wisata, Purwakarta juga mengalami peningkatan omset produk kuliner seperti sate maranggi.
“Produk kearifan masyarakat setempat bisa diperkenalkan. Selain memiliki nilai ekonomi, ini juga penting dalam rangka pewarisan nilai-nilai untuk generasi muda. Anak-anak muda tidak boleh lupa pada kearifan daerahnya sendiri,” tuturnya.
Sementara itu, wilayah Jabar utara dapat fokus mengembangkan sektor industri. Sebagai sosok peduli lingkungan, Dedi memberikan catatan. Setiap daerah yang dibuka untuk kawasan industri tidak boleh ada potensi kerusakan lingkungan di dalamnya. Analisis mengenai dampak lingkungan menjadi penting.
Secara institusi, Golkar Jabar pun membuka ruang diskusi atas cetak biru tersebut.
“Kami persilakan digunakan oleh berbagai jenjang pemerintahan. Ini sumbangsih Golkar Jabar demi kesinambungan pembangunan di Jawa Barat," kata Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, Jumat (20/7/2018).
Mantan Bupati Purwakarta itu menjelaskan, sebuah daerah dapat berkembang dengan baik saat basis teritorial daerah itu dimaksimalkan.
Menurut Dedi, cetak biru yang digagas oleh partai berlambang pohon beringin ini juga memperhatikan kebutuhan dasar rakyat. Sektor kesehatan, pendidikan dan religi sampai penciptaan lapangan kerja turut menjadi sorotan.
“Pola kerja dokter harus diubah, tidak boleh didatangi pasien. Tetapi, dokter harus mendatangi pasien di rumah. Purwakarta sudah berhasil mengembangkan ini. Alhamdulillah, publik merasa terlayani,” ucapnya.
Pendalaman kitab agama menjadi jurus andalan pengembangan kehidupan religi. Ditambah, pembelajaran kitab kuning di sekolah dikhususkan bagi pelajar muslim. Bahkan, tersedia program satu desa satu hafidz Alquran.
"Saya dengar pak gubernur terpilih juga ingin ada satu desa satu hafidz. Kemarin saat kampanye pilgub saya menyosialisasikan program ini ke pesantren-pesantren. Alhamdulillah, kenapa tidak, kalau untuk kemaslahatan warga Jabar,” katanya.
Pengembangan satu desa satu hafidz Alquran dalam persfektif Dedi harus berkesinambungan dengan peningkatan strata pendidikan formal. Para hafidz dan pelajar yang berasal dari keluarga pra sejahtera harus mengenyam pendidikan sampai S1 dan S2.
Dedi membagi Jawa Barat menjadi tiga wilayah utama, Selatan, Tengah dan Utara.
Untuk Jabar selatan, konsentrasi terhadap sektor pertanian dan perikanan harus dilakukan. Kondisi tanah dan iklim yang sangat mendukung dapat menjadikan dua sektor itu unggul di Jawa Barat. Wilayah pesisir Jabar selatan juga cocok untuk pengembangan pariwisata.
“Jabar selatan selama ini kurang diperhatikan. Kalau ingin ekonomi riil tumbuh di sana, maka sektor pertanian dan perikanan harus menjadi unggulan. Dua sektor ini ditopang dengan maksimalisasi potensi wisata di pesisir Jabar selatan,” ujarnya.
Sektor pariwisata juga potensial berkembang di kawasan Jabar tengah. Efeknya, tumbuh industri UMKM sampai wisata kuliner di wilayah tersebut. Buktinya, sejak menjadi destinasi wisata, Purwakarta juga mengalami peningkatan omset produk kuliner seperti sate maranggi.
“Produk kearifan masyarakat setempat bisa diperkenalkan. Selain memiliki nilai ekonomi, ini juga penting dalam rangka pewarisan nilai-nilai untuk generasi muda. Anak-anak muda tidak boleh lupa pada kearifan daerahnya sendiri,” tuturnya.
Sementara itu, wilayah Jabar utara dapat fokus mengembangkan sektor industri. Sebagai sosok peduli lingkungan, Dedi memberikan catatan. Setiap daerah yang dibuka untuk kawasan industri tidak boleh ada potensi kerusakan lingkungan di dalamnya. Analisis mengenai dampak lingkungan menjadi penting.
(vhs)