Jadi Wabup Termuda, Gus Ipin Tak Mau Korbankan Masa Muda dengan Korupsi
A
A
A
JAKARTA - Menjabat Wakil Bupati Trenggalek di usia 25 tahun, Mochamad Nur Arifin menjadi yang termuda se-Indonesia. Usia muda juga yang membuat Gus Ipin, sapaan akrabnya, tidak ingin main-main dalam memimpin kabupaten di pesisir selatan Jawa Timur tersebut.
“Kalau benihnya busuk. Misalnya saya korupsi, saya purna tugas di usia 30 tahun, karier saya bisa selesai di angka 30 tahun,” kata Gus Ipin dalam workshop ‘Kaderisasi PDI Perjuangan Memenangkan Hati Rakyat’ di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (9/7/2018). Acara ini juga menghadirkan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo dan Bupati Semarang Mundjirin.
Selain itu, lanjut politikus muda PDIP ini, memimpin kabupaten di usia muda juga membuat masyarakat tidak sungkan untuk mengkritiknya. “Kalau bupatinya agak sepuh, gimana mau ngata-ngatain?” kata Gus Ipin yang tak lama lagi akan menggantikan Emil Dardak sebagai Bupati Trenggalek.
Sebaliknya, dengan usia muda Gus Ipin ingin menjadi pemimpin yang progresif dan revolusioner. “Progresif artinya menurut Bung Karno mengabdi sebesar-besarnya untuk rakyat,” ujar pencinta Bung Karno ini. “Oleh karenanya, anak-anak muda jangan takut mulai satu langkah kecil untuk memulai langkah besar,”
Perkenalan Gus Ipin dengan politik dimulai dengan kondisi ekonomi keluarganya yang jauh dari kata cukup. Ayahnya hanya tukang becak, sementara ibunya adalah buruh cuci. Sementara Gus Ipin adalah anak tertua yang ikut menanggung beban keluarga.
“Saat mau merangkak bikin usaha tahun 1998 eh malah krismon. Di usia 17 tahun, ayah saya meninggal,” kenang Gus Ipin.
Politik, dalam benak Gus Ipin, adalah cara yang bisa mengubah kondisi keluarga-keluarga yang senasib dengannya. Atas dorongan itu, dia aktif di dunia pergerakan mahasiswa sampai akhirnya menjadi kader PDIP.
Pengkaderan di PDIP yang membuat niat dan tekadnya semakin besar. “Jika dulu mahasiswa kita mendambakan revolusi dari bawah, sekarang saya sudah di pemerintahan. Pemerintah punya kuasa untuk melakukan top-down revolution,” kata Gus Ipin tentang revolusi dari dalam sistem.
“Kalau benihnya busuk. Misalnya saya korupsi, saya purna tugas di usia 30 tahun, karier saya bisa selesai di angka 30 tahun,” kata Gus Ipin dalam workshop ‘Kaderisasi PDI Perjuangan Memenangkan Hati Rakyat’ di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (9/7/2018). Acara ini juga menghadirkan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo dan Bupati Semarang Mundjirin.
Selain itu, lanjut politikus muda PDIP ini, memimpin kabupaten di usia muda juga membuat masyarakat tidak sungkan untuk mengkritiknya. “Kalau bupatinya agak sepuh, gimana mau ngata-ngatain?” kata Gus Ipin yang tak lama lagi akan menggantikan Emil Dardak sebagai Bupati Trenggalek.
Sebaliknya, dengan usia muda Gus Ipin ingin menjadi pemimpin yang progresif dan revolusioner. “Progresif artinya menurut Bung Karno mengabdi sebesar-besarnya untuk rakyat,” ujar pencinta Bung Karno ini. “Oleh karenanya, anak-anak muda jangan takut mulai satu langkah kecil untuk memulai langkah besar,”
Perkenalan Gus Ipin dengan politik dimulai dengan kondisi ekonomi keluarganya yang jauh dari kata cukup. Ayahnya hanya tukang becak, sementara ibunya adalah buruh cuci. Sementara Gus Ipin adalah anak tertua yang ikut menanggung beban keluarga.
“Saat mau merangkak bikin usaha tahun 1998 eh malah krismon. Di usia 17 tahun, ayah saya meninggal,” kenang Gus Ipin.
Politik, dalam benak Gus Ipin, adalah cara yang bisa mengubah kondisi keluarga-keluarga yang senasib dengannya. Atas dorongan itu, dia aktif di dunia pergerakan mahasiswa sampai akhirnya menjadi kader PDIP.
Pengkaderan di PDIP yang membuat niat dan tekadnya semakin besar. “Jika dulu mahasiswa kita mendambakan revolusi dari bawah, sekarang saya sudah di pemerintahan. Pemerintah punya kuasa untuk melakukan top-down revolution,” kata Gus Ipin tentang revolusi dari dalam sistem.
(poe)