Jas Merah Peringati Hari Lahir Bung Karno di Kantor Pos Surabaya
A
A
A
SURABAYA - Hari ini, 117 tahun lalu, seorang lelaki yang menjadi bagian penting sejarah perjalanan Republik ini dilahirkan, Bung Karno, proklamator, Presiden Pertama Republik Indonesia, Bapak Bangsa Indonesia.
6 Juni 1901, di Kota Surabaya, Bung Karno dilahirkan. Sepanjang nafas kehidupannya adalah perjuangan untuk Indonesia. Dari penjara ke penjara, dari pembuangan ke pembuangan, hingga saat Sang Khalik menjemputnya, Bung Karno ada di “tempat pengasingan.”
Duta Arsip Nasional dan Duta Pos Indonesia Rieke Diah Pitaloka, Rabu (6/6/2018) di Surabaya bercerita, Bung Karno, mencita-citakan Indonesia tidak hanya merdeka dari penjajahan. “Seluruh nafas perjuangannya adalah untuk mewujudkan adil dan makmur, makmur dan adil bagi seluruh Rakyat Indonesia. Itulah inti dari demokrasi Pancasila. Demokrasi, yang bukan hanya pada bidang politik, tapi juga membuka ruang kemerdekaan Rakyat atas ekonomi di tanah air Indonesia,” ujar Rieke.
Bung Karno, lanjutnya, telah mengajarkan pada kita, keadilan sosial tidak turun dari langit, tapi harus diperjuangkan oleh seluruh Rakyat. Berjuanglah untuk Republik ini, dengan segala daya upaya, kerahkan seluruh kemampuan dan tenaga, dengan tidak menghitung untung rugi bagi dirimu sendiri. Yang kita lakukan hari ini, menentukan masa depan anak cucu kita di masa yang akan datang. Tentu, kita tidak ingin Indonesia porak poranda. Dan, jelas untuk Merdeka, mengisi kemerdekaan, serta mampu berdiri tegak sebagai Negara merdeka, dibutuhkan persatuan.
“Pancasila, selain sebagai Dasar Negara, juga adalah alat pemersatu. Dan, siapa tidak mengerti perlunya persatuan, siapa tidak mengerti bahwa kita hanya dapat Merdeka dan berdiri tegak merdeka, jika kita bersatu. Siapa yang tidak mengerti itu, tidak akan mengeri Pancasila. Kejadian-kejadian akhir-akhir ini, membuktikan sejelas-jelasnya, bahwa jika tidak di atas dasar Pancasila, kita pasti terpecah belah. Membuktikan dengan jelas bahwa hanya Pancasila yang dapat mengutuhkan negara kita, tetap dapat menyelamatkan negara kita. Ingat selalu kepada latar belakang yang saya berikan kepad saudara-saudara, bahwa kita membutuhkan persatuan. Dan, bahwa Pancasila, selain sebagai Dasar Negara adalah satu alat pemersatu dari Rakyat Indonesia yang aneka warna ini!,” papar Rieke Diah Pitaloka.
Memperingati bulan Bapak Bangsa ini, Jas Merah bersama PT Pos Indonesia dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) juga mengadakan pameran arsip Bapak Bangsa Bung Karno, pembagian Prangko Bung Karno di Sidang BPUPK, Prangko tulisan Bung Karno "Tjamkan Pantja Sila" dan Sampul Peringatan 73 Tahun Lahirnya Pancasila dan 117 Tahun Bung Karno di Surabaya pada 6 Juni 2018. Sebelumnya pada 31 Mei di Gedung Filateli Jakarta.
Hadir Wakil Ketua MPR RI DR Ahmad Basarah, Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini, Direksi Pos Indonesia dan Duta Arsip Nasional dan Duta Pos Indonesia Rieke Diah Pitaloka.
Rangkaian acara ini berlangsung dari tanggal 31 Mei - 3 Juni 2018 di Gedung Filateli Jakarta, dan 6 Juni 2018 di Kantor Pos Kota Jalan Kebon Rojo, Surabaya, Jawa Timur.
Wali Kota Surabaya Risma mengatakan tidak ingin ngapalin Pancasila, tapi ingin menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
"Bapak ibu tahu sejak kejadian bom kemarin? Surabaya langsung menjadi sepi. Ini akibat dari terorisme yang memunculkan sikap bermusuhan dan nihilnya nilai Persatuan Indonesia dalam Pancasila. Saya berusaha kalau ada bencana apapun di luar daerah, kami warga Surabaya ingin selalu menjadi yang pertama dalam mengirim bantuan. Selama ini kami dibantu oleh PT Pos Indonesia dalam pengiriman bantuan ini," tukasnya.
Acara bulan Bapak Bangsa Bung Karno didukung oleh ANRI & PT Pos Indonesia, selain Pameran Arsip Bung Karno Bapak Bangsa, peringatan ini juga disertai dengan Pembagian Prangko Bung Karno di Sidang BPUPK, Prangko Tulisan Tangan Bung Karno "Tjamkan Pantja Sila" & Sampul Peringatan 73 Tahun Lahirnya Pancasila GRATIS!*
Dalam acara dibarengi dengan pembagian koleksi prangko gratis untuk pengunjung dan Buku "Tjamkan Pantja Sila".
6 Juni 1901, di Kota Surabaya, Bung Karno dilahirkan. Sepanjang nafas kehidupannya adalah perjuangan untuk Indonesia. Dari penjara ke penjara, dari pembuangan ke pembuangan, hingga saat Sang Khalik menjemputnya, Bung Karno ada di “tempat pengasingan.”
Duta Arsip Nasional dan Duta Pos Indonesia Rieke Diah Pitaloka, Rabu (6/6/2018) di Surabaya bercerita, Bung Karno, mencita-citakan Indonesia tidak hanya merdeka dari penjajahan. “Seluruh nafas perjuangannya adalah untuk mewujudkan adil dan makmur, makmur dan adil bagi seluruh Rakyat Indonesia. Itulah inti dari demokrasi Pancasila. Demokrasi, yang bukan hanya pada bidang politik, tapi juga membuka ruang kemerdekaan Rakyat atas ekonomi di tanah air Indonesia,” ujar Rieke.
Bung Karno, lanjutnya, telah mengajarkan pada kita, keadilan sosial tidak turun dari langit, tapi harus diperjuangkan oleh seluruh Rakyat. Berjuanglah untuk Republik ini, dengan segala daya upaya, kerahkan seluruh kemampuan dan tenaga, dengan tidak menghitung untung rugi bagi dirimu sendiri. Yang kita lakukan hari ini, menentukan masa depan anak cucu kita di masa yang akan datang. Tentu, kita tidak ingin Indonesia porak poranda. Dan, jelas untuk Merdeka, mengisi kemerdekaan, serta mampu berdiri tegak sebagai Negara merdeka, dibutuhkan persatuan.
“Pancasila, selain sebagai Dasar Negara, juga adalah alat pemersatu. Dan, siapa tidak mengerti perlunya persatuan, siapa tidak mengerti bahwa kita hanya dapat Merdeka dan berdiri tegak merdeka, jika kita bersatu. Siapa yang tidak mengerti itu, tidak akan mengeri Pancasila. Kejadian-kejadian akhir-akhir ini, membuktikan sejelas-jelasnya, bahwa jika tidak di atas dasar Pancasila, kita pasti terpecah belah. Membuktikan dengan jelas bahwa hanya Pancasila yang dapat mengutuhkan negara kita, tetap dapat menyelamatkan negara kita. Ingat selalu kepada latar belakang yang saya berikan kepad saudara-saudara, bahwa kita membutuhkan persatuan. Dan, bahwa Pancasila, selain sebagai Dasar Negara adalah satu alat pemersatu dari Rakyat Indonesia yang aneka warna ini!,” papar Rieke Diah Pitaloka.
Memperingati bulan Bapak Bangsa ini, Jas Merah bersama PT Pos Indonesia dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) juga mengadakan pameran arsip Bapak Bangsa Bung Karno, pembagian Prangko Bung Karno di Sidang BPUPK, Prangko tulisan Bung Karno "Tjamkan Pantja Sila" dan Sampul Peringatan 73 Tahun Lahirnya Pancasila dan 117 Tahun Bung Karno di Surabaya pada 6 Juni 2018. Sebelumnya pada 31 Mei di Gedung Filateli Jakarta.
Hadir Wakil Ketua MPR RI DR Ahmad Basarah, Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini, Direksi Pos Indonesia dan Duta Arsip Nasional dan Duta Pos Indonesia Rieke Diah Pitaloka.
Rangkaian acara ini berlangsung dari tanggal 31 Mei - 3 Juni 2018 di Gedung Filateli Jakarta, dan 6 Juni 2018 di Kantor Pos Kota Jalan Kebon Rojo, Surabaya, Jawa Timur.
Wali Kota Surabaya Risma mengatakan tidak ingin ngapalin Pancasila, tapi ingin menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
"Bapak ibu tahu sejak kejadian bom kemarin? Surabaya langsung menjadi sepi. Ini akibat dari terorisme yang memunculkan sikap bermusuhan dan nihilnya nilai Persatuan Indonesia dalam Pancasila. Saya berusaha kalau ada bencana apapun di luar daerah, kami warga Surabaya ingin selalu menjadi yang pertama dalam mengirim bantuan. Selama ini kami dibantu oleh PT Pos Indonesia dalam pengiriman bantuan ini," tukasnya.
Acara bulan Bapak Bangsa Bung Karno didukung oleh ANRI & PT Pos Indonesia, selain Pameran Arsip Bung Karno Bapak Bangsa, peringatan ini juga disertai dengan Pembagian Prangko Bung Karno di Sidang BPUPK, Prangko Tulisan Tangan Bung Karno "Tjamkan Pantja Sila" & Sampul Peringatan 73 Tahun Lahirnya Pancasila GRATIS!*
Dalam acara dibarengi dengan pembagian koleksi prangko gratis untuk pengunjung dan Buku "Tjamkan Pantja Sila".
(sms)