Revolusi Industri Ancam Keberadaan Perguruan Tinggi
A
A
A
SLEMAN - Arus globalisasi sudah tidak terbendung masuk ke Indonesia. Disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia kini memasuki era revolusi industri 4.0, yakni menekankan pada pola digital atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan mendasar industri, strategi bisnis dan terciptanya pasar baru. Termasuk di dunia pendidikan. Dengan adanya perubahan tersebut, juga akan berubah jenis pekerjaaan dan peran sumber daya manusia (SDM).
Khusus di duna pendidikan, dengan adanya disrupsi ini, bukan hanya akan mengubah proses belajar mengajar namun juga soal peran, strategi, orientasi dan tata-kelola perguruan tinggi.
“Karena itu, perguruang tinggi harus responsif dengan adanya perubahan ini. Termasuk UNY juga harus berubah dan responsi terhadap perubahan IPTEK yang sangat cepat tersebut,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti menyampaikan orasi ilmiah saat Dies Natalis UNY ke 54 di auditorium kampus setempat, Senin
(21/05/2018)
Ali Ghufron menegaskan perguruan tinggi (PT) yang tidak bisa responsif dan melakukan perubahan selain akan ketinggalan, juga bisa mengancam keberadaannya sendiri. Untuk itu, jalan satu-satunya yaitu dengan merespon dan melakuka perubahan serta antisipasi.
“Dies merupakan momentum untuk perubahan ini, Perguruan tinggi ranking atas dunia sudah mulai melakukan perubahan itu” tandasnya.
Ali Ghufron mencontohkan Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang merupakan PT Teknik ranking atas dunia, sudah menawarkan inovasi sistem pendidik berkelanjutan MOOCs (Massive Online Open Course) dengan standar kualitas kurikulum, modul dan proses pembelajaran atau platform pembelajaran canggih seperti edX dan Start-up Cousera dan Udacity.
Dalam hal ini yang menarik kursus berkualitas tersebut gratis. Sekarang ini yang merupakan pengembangan SPADA ( SistemPembelajaran Daring Indonesia) yang sudah menyediakan 1268 modul dan 51 PT. Kemudian disempurnakan dengan IdRen (Indonesia Research and Education Network) yang sudah ada partisipasi 80 PT, baik PTN atau PT swasta di Indonesia.
“Kemenristekdikti sekarang sedang mengembangkan apa yang disebut Cyber Institute of Indonesia,” jelasnya.
Rektor UNY Sutrisna Wibawa menyatakan UNY siap menaklukkan era disrupsi dan revolusi industri 4.0 dengan berinovasi. Yaitu dengan cara melakukan pekerjaan dengan cara baru yang lebih efisien, efektif
dengan mempertimbangkan skala prioritas.
“Berinovasi merupakan pilihan atau choices, bukan semata karena kepatuhan atau compliance. Oleh karena itu segenap pimpinan UNY menerapkan pendekatan kepemimpinan transformatif, kolegial dan
partisipatif untuk memajukan universitas,” paparnya.
Gubernur DIY Hamengkubowono (HB) X menegaskan bahwa perguruan tinggi berperan strategis dalam konteks pembangunan kapasitas dan peningkatan keahlian, kompetensi profesional dan kemahiran teknikal. Bangsa yang mempunyai banyak manusia terdidik, berpengetahuan dan menguasai teknologi pasti memiliki daya saing kuat dalam kompetisi global.
Perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi tulang punggung utama transformasi sosial dan peningkatan daya saing bangsa dengan membentuk manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
“Pendidikan di DIY telah menjadi salah satu pilar selain pariwisata dan budaya. Ketiga pilar ini menjadi prioritas pembangunan Pemda DIY, untuk itu perguruan tinggi harus berperan guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah,” kata HBX yang dalam sambutan tertulis yang dibacakan wakil gubenur DIY Paku Alam (PA) X.
Khusus di duna pendidikan, dengan adanya disrupsi ini, bukan hanya akan mengubah proses belajar mengajar namun juga soal peran, strategi, orientasi dan tata-kelola perguruan tinggi.
“Karena itu, perguruang tinggi harus responsif dengan adanya perubahan ini. Termasuk UNY juga harus berubah dan responsi terhadap perubahan IPTEK yang sangat cepat tersebut,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti menyampaikan orasi ilmiah saat Dies Natalis UNY ke 54 di auditorium kampus setempat, Senin
(21/05/2018)
Ali Ghufron menegaskan perguruan tinggi (PT) yang tidak bisa responsif dan melakukan perubahan selain akan ketinggalan, juga bisa mengancam keberadaannya sendiri. Untuk itu, jalan satu-satunya yaitu dengan merespon dan melakuka perubahan serta antisipasi.
“Dies merupakan momentum untuk perubahan ini, Perguruan tinggi ranking atas dunia sudah mulai melakukan perubahan itu” tandasnya.
Ali Ghufron mencontohkan Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang merupakan PT Teknik ranking atas dunia, sudah menawarkan inovasi sistem pendidik berkelanjutan MOOCs (Massive Online Open Course) dengan standar kualitas kurikulum, modul dan proses pembelajaran atau platform pembelajaran canggih seperti edX dan Start-up Cousera dan Udacity.
Dalam hal ini yang menarik kursus berkualitas tersebut gratis. Sekarang ini yang merupakan pengembangan SPADA ( SistemPembelajaran Daring Indonesia) yang sudah menyediakan 1268 modul dan 51 PT. Kemudian disempurnakan dengan IdRen (Indonesia Research and Education Network) yang sudah ada partisipasi 80 PT, baik PTN atau PT swasta di Indonesia.
“Kemenristekdikti sekarang sedang mengembangkan apa yang disebut Cyber Institute of Indonesia,” jelasnya.
Rektor UNY Sutrisna Wibawa menyatakan UNY siap menaklukkan era disrupsi dan revolusi industri 4.0 dengan berinovasi. Yaitu dengan cara melakukan pekerjaan dengan cara baru yang lebih efisien, efektif
dengan mempertimbangkan skala prioritas.
“Berinovasi merupakan pilihan atau choices, bukan semata karena kepatuhan atau compliance. Oleh karena itu segenap pimpinan UNY menerapkan pendekatan kepemimpinan transformatif, kolegial dan
partisipatif untuk memajukan universitas,” paparnya.
Gubernur DIY Hamengkubowono (HB) X menegaskan bahwa perguruan tinggi berperan strategis dalam konteks pembangunan kapasitas dan peningkatan keahlian, kompetensi profesional dan kemahiran teknikal. Bangsa yang mempunyai banyak manusia terdidik, berpengetahuan dan menguasai teknologi pasti memiliki daya saing kuat dalam kompetisi global.
Perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi tulang punggung utama transformasi sosial dan peningkatan daya saing bangsa dengan membentuk manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
“Pendidikan di DIY telah menjadi salah satu pilar selain pariwisata dan budaya. Ketiga pilar ini menjadi prioritas pembangunan Pemda DIY, untuk itu perguruan tinggi harus berperan guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah,” kata HBX yang dalam sambutan tertulis yang dibacakan wakil gubenur DIY Paku Alam (PA) X.
(don)