PT PJB Keluhkan Harga Gas

Rabu, 09 Mei 2018 - 18:37 WIB
PT PJB Keluhkan Harga Gas
PT PJB Keluhkan Harga Gas
A A A
GRESIK - Mahalnya harga gas nasional menjadi alasan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) tetap menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Karena ada penghematan antara 10 persen hingga 15 persen.

“Kami cukup memahami dengan konsekuensi penggunaan bahan bakar batubara. Karena memang ada penghematan yang cukup signifikan,” ujar General Manager PT PJB Unit Pembangkitan Gresik, Ompang Reski Hasibuan usai menjadi pemateri Lokakarya Media Bersama FKKIHM di Graha Mandala Praja Kantor Bupati Gresik, Rabu (9/5/2018),

Pejabat yang kerap disapa Ompang itu menjelaskan, bila saat ini harga gas berkisar USD 6,8 per mmbtu. Sedangkan harga batubara khusus untuk pembangkit listrik sesuai keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ditetapkan sebesar US$ 70 perton.

“Nah, kami di PJB UP Gresik kalau membandingkan ada perbedaan yang lumayan. Sehingga, kalau saat-saat beban puncak dapat dihemat,” tegasnya lagi.

Meski secara khusus Ompang tidak meminta agar ada perlakukan atau kebijakan yang sama dari pemerintah seperti harga batubara untuk pembangkitan listrik. Namun, pihaknya mengaku cukup tertolong dari sisi produksi, bila perlakukan yang sama diberlakukan untuk pasokan gas ke pembangkitan listrik.

“Ya, selama ini PJB UP Gresik merupang penopang saat-saat pembangkitan lain di Jawa-Bali sedang down. Pasokan listriknya dibebankan ke PJB UP Gresik,” kata dia.

Meski begitu, Ompang menambahkan, bila cukup berterima kasih dengan Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Jawa Bali dan Nusatenggara (Jabanusa). Sebab, untuk menghasilkan daya maksimum 1.953 megawatt memerlukan pasokan gas yang maksimum dari dukungan SKK Migas.

“Saat ini kebutuhan pasokan maksimum gas kami sebesar 332 ribu mmbtu perhari. Dan, alhamdulilah mampu terpasok dari beberapa KKKS (kontrak kontraktor kerja sama) sebesar 268 ribu mmbtu,” akunya.

Dijelaskan, bila secara keseluruhan kebutuhan maksimum gas PJB UP Gresik sebesar 425 ribu mmbtu. Dari jumlah itu, ada lima pihak yang memasoknya. Diantaranya, dari PT Surya Cipta Internusa (SCI) sebesar 10 ribu mmbtu, PT Petrogas Jatim Utama (PJU) sebesar 43 mmbtu.

Kemudian, masih kata Ompang, sisanya dipasok dari tiga KKKS. Yaitu; dari Kangean Energy (KEI) Ltd sebanyak 70 ribu mmbtu, PHE MWO sebesar 100 ribu mmbtu, dan terakhir dari PGN Saka sebesar 70 ribu mmbtu.

“Adapun kekurangannya sampai saat ini kami masih menunggu pasokan dari KKKS lainnya, termasuk meminta harga yang tidak terlalu mahal. Hanya untuk mensiasati kekuranganya kami menggunakan bahan bakar batubara,” pungkasnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3885 seconds (0.1#10.140)