Dibantu Sang Anak, Salasiyah Sulap Purun Jadi Kerajinan Bernilai Jual Tinggi

Senin, 30 April 2018 - 22:29 WIB
Dibantu Sang Anak, Salasiyah Sulap Purun Jadi Kerajinan Bernilai Jual Tinggi
Dibantu Sang Anak, Salasiyah Sulap Purun Jadi Kerajinan Bernilai Jual Tinggi
A A A
BANJAR - Salasiyah (56) warga Kampung Purun, Kelurahan Palam, Banjar Baru, Kalimantan Selatan, sebagai perajin purun, mengaku usahanya terus berkembang.

"Kami sudah tidak terpaku lagi dari hasil penjualan ladang, karena ada ini (purun). Alhamdulillah ekonomi semakin membaik," tutur Salasiyah, di Kampung Purun, Kelurahan Palam, Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Senin (30/4/2018).

Meski mudah mendapat bahan purun, lanjut Acil, proses pembuatan kerajinan tangan tak semudah yang dipikirkan. Sebab setelah Purun dicabut dari lahan gambut, perajin harus menjemurnya selama tiga hari. Kemudian menghaluskan menggunakan mesin, lalu dianyam sesuai jenis pesanan.

"Susah itu pas lagi hujan enggak ada matahari bisa lama keringnya. Kalau sudah jadi tas harganya macam-macam, sesuai model dari Rp20-150.000. Kalau sehari bisa menghasilkan 20 tas tetapi bisa lebih tergantung pesanan," katanya.

Dia pun mengaku bersyukur dengan kehadiran Badan Restorasi Gambut (BRG), sehingga pengelolaan lahan gambut lebih bijaksana dan mencegah terjadinya kebakaran hutan rawa gambut saat musim kemarau. "Kalau lahan nggak terbakar, kita bisa gunakan bahan bakunya (purun) untuk buat kerajinan tangan," tuturnya.

Di balik kesuksesan Salasiyah menjadi perajin purun, ada bantuan sang anak yakni Slamet Riyadi (35). Slamet dan tiga orang rekannya membuat alat penumbuk purun. Modal untuk membuat mesin tersebut didapat dari lurah setempat sebesar Rp30juta. "Ya ini untuk bantu menggepengkan purun, sehingga bisa dengan mudah dianyam," kata Slamet.

Slamet yang juga berprofesi sebagai kuli bangunan mengaku terjadi peningkatan ekonomi sejak membantu sang ibu membuat anyaman purun. "Dulu kalau tidak bertani ya nguli. Sekaramg alhamdulillah lumayan pendapatan kita dari purun," ujarnya.

Purun dari tanah gambut di belakang rumah Salasiyah terlebih dahulu dipilih yang bagus dan dicabut. Setelah itu purun yang diketahui merupakan tumbuhan liar itu dijemur dan digepengkan dengan mesin buatan Slamet.

Setelah diolah, purun-purun itu menjadi berbagai macam jenis kerajinan. Harga masing-masing kerajinan itu bervariasi mulai dari Rp5.000 hingga Rp100.000. Salasiyah juga menjadi ketua kelompok para perajin purun yang tergabung dalam Galoeh Tjempaka. Sanggar tersebut beranggotakan ibu-ibu sekitar rumah Salasiyah.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4943 seconds (0.1#10.140)