Rodiah Sukseskan Diri dengan Menyukseskan Orang Lain

Minggu, 01 April 2018 - 09:03 WIB
Rodiah Sukseskan Diri dengan Menyukseskan Orang Lain
Rodiah Sukseskan Diri dengan Menyukseskan Orang Lain
A A A
SUKABUMI - Saat ingin mencari kegiatan di luar rumah, Rodiah memilih mengabdikan diri kepada masyarakat. Mulai mendaftar secara sukarela untuk menjadi bagian dari Program Keluarga Harapan (PKH) besutan Kementerian Sosial RI hingga kini ia dapat membantu masyarakat Jaya Mekar, Kecamatan Baros, Sukabumi, dalam membuat kampung wisata edukasi kuliner yang membantu perekonomian warga.

Selain warga sekitar tempat tinggal yang terbantu oleh kiprahnya, Rodiah juga mampu menorehkan prestasi. Oleh Dinas Sosial Jawa Barat, dia pernah dianugerahi penghargaan Juara 1 Pendamping Terbaik.

Apa yang dikerjakan wanita 41 tahun ini selama beberapa tahun terakhir serta motivasi terbesarnya hingga mau terus mengabdi k epada masyarakat? Simak obrolan Rodiah dengan KORAN SINDO berikut ini.

Bagaimana Jaya Mekar Kecamatan Baros Sukabumi menjadi kampung wisata edukasi kuliner?
Saat saya menjadi pendamping PKH dari Kemensos pada 2013 yang tugasnya tidak mudah. Masyarakat PKH itu 5% termiskin paling bawah di da ta angka kemiskinan, jadi tugas saya memutus mata rantai kemiskinan pada satu keluarga yang termasuk keluarga penerima manfaat (KPM).

Pada 2015 saya mencoba mapping potensi di KPM PKH, ter nyata sebagian besar usahanya di bidang kuliner. Ada juga yang tidak bekerja dan tak punya ke ahlian apa pun. Hasil social map ini saya sharing dengan pihak kecamatan, ada usul bikin kampung kuliner. Pada 2016 saya ikut sekolah socialpreneur di Kampung Bisnis Tegalwaru, Bogor.

Dibantu biaya oleh Bapak Achmad Fahmi sebagai Wakil Wali Kota Sukabumi dengan syarat saya harus bisa merealisasi kannya. Dari kegiatan sekolah itulah saya punya ilmu bagaimana memulai pemberdayaan masyarakat dengan melihat potensi kebaikan dan permasalahan di masyarakat dengan tahapan-tahap annya. Ternyata hasil social mapping di Kelurahan Jaya Mekar adalah, potensi kulinernya luar biasa.

Bisa diceritakan bagaimana Anda terjun di masyarakat melalui program dari Kemensos?
Saya melamar seperti melamar kerja ke Kemensos. Karena saya sudah berkecimpung di masyarakat dari dulu, sewaktu (tinggal) di Jakarta pernah membina beberapa masyarakat. Saat suami saya pindah ke Sukabumi dan belum mendapat pekerjaan yang cukup pendapatannya untuk keluarga, saya berpikir ingin bekerja.

Pada saat ada info Kemensos buka lowongan, saya awalnya tidak ter lalu merespons. Namun, teman saya bilang ini bagus untuk menyebarkan banyak kebaikan. Jadi, dua hari sebelum penutupan pendaftaran, saya izin ke suami dan suami bilang buka web -nya saja dulu, lihat job desk-nya. Ternyata saya merasa ini dunia saya. Saya punya impian seperti ini. Suami memberi izin, saya melamar, kemudian ikut tes dan Alhamdulillah lulus.

Perubahan apa yang pertama Anda terapkan untuk mengembangkan potensi Kampung Jaya Mekar?
Hal pertama yang saya lakukan membina mereka, diskusi dulu tentang sebuah impian. Kita ingin sukses nggak? Kemudian saya share rencana program saya dan mereka saya minta untuk mencoba usaha kecil secara berkelompok karena saya melihat mereka semua suka memasak. Langkah selanjutnya, kami adakan pelatihan dengan dana yang murah saja, hanya sekitar Rp100.000-150.000. Saya juga meminta bantuan teman saya yang memang guru tata boga di SMK.

Apa tantangan yang Anda rasakan saat membangun kampung wisata edukasi kuliner ini?
Tantangannya adalah mengubah mindset masyarakat, terutama masyarakat penerima PKH yang saya bina. Mereka itu ternyata unik dan mungkin sama juga di wilayah lain. Pokoknya saya se lalu bertanya, “Ibu-ibu mau sukses?” “Mauuuu...,” jawab mereka bersemangat.

Pengaplikasian dari pelatihan ini, satu keluarga sa ya kasih kesempatan untuk membuat UKM stik tempe. Sebanyak 14 orang diundang, tapi yang datang 10 orang. Mereka yang berkomitmen siap untuk dilanjutkan menjadi UKM bersama hanya lima orang. Pada saat pembuatan kedua, yang datang hanya berdua. Pembuatan selanjutnya hanya seorang.

Padahal, saya sudah fasilitasi dengan modal usaha, alat kerjanya, bahkan guru. Setelah beberapa bulan kemudian, saya tidak menyerah. Saya coba alihkan ke RW lain, dikelola hanya dengan lima orang. Alhamdulillah, sampai sekarang masih jalan. Mereka sudah punya pekerjaan dan mulai terbiasa menabung.

Apa yang harus dilakukan seseorang untuk bisa seperti Anda?
Mengabdi kepada masyarakat dengan mengembangkan potensi mereka. Belum banyak yang saya lakukan, hanya memang harus ada passion untuk terjun kemasyarakat. Impian untuk menyukseskan orang lain. Menulis impian, minta kepada Allah untuk di mudahkan jalannya.

Cerita ke banyak orang tentang impian ini, ke suami, anak-anak, orang tua, teman, dan setiap orang yang bertemu dengan kita. Karena intinya, kita tidak tahu akan dari mana impian itu dapat terwujud. Berani untuk menyebarkan apa yang sudah di lakukan, termasuk mengikuti kompetisi. Saya pernah mengirim proposal tentang prog ram saya ini ke kompetisi pemberdayaan masyarakat se-Indonesia yang diadakan oleh Yayasan Sinergitas Indonesia.

Ada 167 peserta yang mengirim proposal pemberdayaan dari 17 provinsi di Indonesia. Mereka yang lulus hanya 57 proposal, Alhamdulillah, termasuk saya. Ini semua karena Allah yang memudahkan. Ada jalan saya untuk belajar bagaimana memulai pemberdayaan di masyarakat. Setelah lulus, harus ikut booth camp di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru selama tujuh hari, termasuk praktik lapangan di Desa Emas, De sa Sodong, Tangerang.

Bisa diceritakan penghargaan yang Anda terima dan apa arti penghargaan ini bagi Anda?
Pada 2017 saya mendapat penghargaan Pendamping Berprestasi dari Dinas Sosial Provinsi Ja wa Barat. Jadi, hanya kota yang ada di Jawa Barat dan dibagi tiga wilayah. Saya masuk tingkat Jawa Barat 1 meliputi Depok, Kota/Kabupaten Bogor, Kota/ Kabupaten Sukabumi, Kota/Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Cianjur.

Penilaian yang dilakukan adalah kinerja kita di lapangan, krea tivitas pengembangan program, dapat bekerjasama dengan pihak lain di luar pemerintah, dan perubahan pola pikir KPM. Penghargaan ini bukan tujuan, bukan cita-cita. Kalaupun menang, itu memang bisa menjadi penambah semangat untuk selalu melakukan yang terbaik dan semoga da pat menjadi inspirasi bagi orang lain agar berani membuat impian besar dan berusaha mewujudkannya.

Apa motivasi terbesar Anda mau mengabdi untuk masyarakat?
Sebenarnya proses aktif di masyarakat sudah ada sejak dulu saat masih tinggal di Jakarta. Saya sempat punya yayasan di bidang lingkungan. Jadi, ketika saat ini menjadi pendamping PKH, saya lebih punya banyak semangat untuk aktif di masyarakat.

Sebab, saya seperti punya kewajiban tersendiri untuk melakukan pemberdayaan demi mewujudkan tujuan jangka panjang dari program PKH. Motivasi terbesar saya ingin meraih sukses pribadi dan keluarga dengan jalan menyukseskan dulu orang lain.

Berjuang di Tengah Ujian
Kaum perempuan bisa bekerja dengan baik di rumah maupun di luar rumah. Rodiah memilih keduanya. Bukan pekerjaan “biasa” yang dilakoninya, melainkan mengabdi kepada masyarakat.

Di tengah perjuangan untuk terus membangun kam pung edukasi wisata kuliner, Rodiah diuji lewat kondisi suaminya. Dia harus melatih warga sambil terus fokus menjaga suaminya yang sakit. Suami Rodiah di diagnosa menderita autoimun. Saat ini dia hanya bisa tiduran atau duduk, itu pun tidak bisa lama. Sebelum sakit sampai sekarang suami Rodiah terus mendukung nya.

“Kalau dulu beliau rajin mengantar saya dari rumah warga satu ke rumah warga yang lain. Lalu membelikan seperangkat komputer dan printer. Kata beliau, supaya saya mudah membuat proposal,” ucap Rodiah haru. Rodiah selalu bimbang tiap kali harus meninggalkan suami.

Sewaktu dia diminta melakukan presentasi di PKH Provinsi Jawa Barat, setelah mendapat izin suaminya malah drop. “Mungkin beliau khawatir dengan saya. Saya bilang, kalau tidak diizinkan tidak apa, tapi pasti banyak yang dikecewakan. Saya yakinkan terus bahwa saya akan baik-baik saja.

Perlahan dia setuju dan saya cukup lama meninggalkannya,” kenang Rodiah. Setelah itu, suaminya selalu mengaku ikhlas dan rela, terlebih aktivitas Rodiah memang demi kebaikan masyarakat sekitar. Rodiah pun terus bersemangat dan berusaha membagi waktu secara baik di dalam mau pun di luar rumah.

Impian Rodiah masih banyak untuk kampung wisata edukasi kuliner yang didirikannya. Masih ada ba nyak ma syarakat yang belum maksimal me ngem bangkan potensi kuliner mereka. Yang terbaru programnya dijadikan program Zakat Community Development oleh Baznas yang akan dimulai sebelum Ramadan mendatang.

Ibu empat anak ini bersyukur atas potensi besar dalam dirinya, yakni semangat dan selalu berpikir positif. Sifat supelnya pun membuat banyak orang tertarik dengan apa yang dia tawarkan. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3871 seconds (0.1#10.140)