Polisi Pastikan Mayat Wanita di Kebun Berlumpur Adalah Purwanti
A
A
A
KULONPROGO - Jasad perempuan yang ditemukan tewas tengkurap di lumpur kebun kosong di Jombokan, Tawangsari, Pengasih Kulonprogo dipastikan adalah Purwanti (45).
Polisi yang melakukan pemeriksaan bersama dengan petugas dari Puskesmas Pengasih tidak menemukan adanya tanda-tanda penganiayaan. "Hasil olah TKP dan pemeriksaan, korban adalah Piurwanti dan tidak ada tanda-tanda penganiayaan," jelas Kapolsek Pengasih Kompol Salim.
Atas hasil pemeriksaan ini, jasad korban diserahkan kepada keluarganya untuk dilakukan pemakaman. Korban selama ini diketahui depresi dan kerap menyendiri dan jarang bergaul dengan warga.
disinggung adanya senjata tajam berupa sabit, Salim tidak menepisnya. Namun dipastikan tidak ada hubungan dengan kematian korban. Mungkin korban ke kebun untuk mencari daun, namun terjatuh dan tewas. "Memang ada sabit, tetapi tidak ada tanda penganiayaan di tubuh korban," jelasnya.
Adik korban, Puji Astuti mengaku terakhir bertemu pada Minggu (04/02/2018) di rumahnya. Dia memang kerap datang untuk menitipkan dagangan baik makanan atau pun es. saat itupun tidak ada tanda-tanda atau firasat korban akan meninggal dunia. "Biasanya saja tidak ada tanda-tanda," jelas Puji.
Korban sudah dua tahun lebih menjanda setelah suaminya meninggal dunia. Selama ini korban hanya tinggal berdua dengan Adam anaknya yang masih duduk di bangku SLTP. Korban sendiri merupakan anak kembar dan saudara kembarnya Purwanto tengah bekerja di Jakarta.
Korban pertama kali ditemukan oleh seorang warga yang baru pulang dari pasar. Saksi yang melintas melihat sosok manusia tengkurap di kebun yang dipenuhi air dan lumpur. Kejadian ini pun dilaporkan kepada warga yang lain dan aparat kepolisian.
Korban selama ini tinggal bersama Adam anaknya dengan menggantungkan hidupnya dari warga sekitar dan keluarganya. Perempuan ini pendiam dan jarang bergaul dengan warga sekitar.
Sepertinya mengalami depresi dan tertutup. Dulu dia pernah berjualan makanan dan es di sekolah dan pasar. "Saya sering mengajak mengaji tetapi dia tidak pernah mau," ujar Dwi Martini tetangganya.
Purwanti, kata dia, kerap mengeluh dengan saudaranya jika dikejar- kejar. Namun siapa yang dimaksud mengejar dan masalah apa tidak pernah diketahui. Korban juga jarang menceritakan masalah yang dialami baik dengan anak atau pun keluarganya yang lain.
Polisi yang melakukan pemeriksaan bersama dengan petugas dari Puskesmas Pengasih tidak menemukan adanya tanda-tanda penganiayaan. "Hasil olah TKP dan pemeriksaan, korban adalah Piurwanti dan tidak ada tanda-tanda penganiayaan," jelas Kapolsek Pengasih Kompol Salim.
Atas hasil pemeriksaan ini, jasad korban diserahkan kepada keluarganya untuk dilakukan pemakaman. Korban selama ini diketahui depresi dan kerap menyendiri dan jarang bergaul dengan warga.
disinggung adanya senjata tajam berupa sabit, Salim tidak menepisnya. Namun dipastikan tidak ada hubungan dengan kematian korban. Mungkin korban ke kebun untuk mencari daun, namun terjatuh dan tewas. "Memang ada sabit, tetapi tidak ada tanda penganiayaan di tubuh korban," jelasnya.
Adik korban, Puji Astuti mengaku terakhir bertemu pada Minggu (04/02/2018) di rumahnya. Dia memang kerap datang untuk menitipkan dagangan baik makanan atau pun es. saat itupun tidak ada tanda-tanda atau firasat korban akan meninggal dunia. "Biasanya saja tidak ada tanda-tanda," jelas Puji.
Korban sudah dua tahun lebih menjanda setelah suaminya meninggal dunia. Selama ini korban hanya tinggal berdua dengan Adam anaknya yang masih duduk di bangku SLTP. Korban sendiri merupakan anak kembar dan saudara kembarnya Purwanto tengah bekerja di Jakarta.
Korban pertama kali ditemukan oleh seorang warga yang baru pulang dari pasar. Saksi yang melintas melihat sosok manusia tengkurap di kebun yang dipenuhi air dan lumpur. Kejadian ini pun dilaporkan kepada warga yang lain dan aparat kepolisian.
Korban selama ini tinggal bersama Adam anaknya dengan menggantungkan hidupnya dari warga sekitar dan keluarganya. Perempuan ini pendiam dan jarang bergaul dengan warga sekitar.
Sepertinya mengalami depresi dan tertutup. Dulu dia pernah berjualan makanan dan es di sekolah dan pasar. "Saya sering mengajak mengaji tetapi dia tidak pernah mau," ujar Dwi Martini tetangganya.
Purwanti, kata dia, kerap mengeluh dengan saudaranya jika dikejar- kejar. Namun siapa yang dimaksud mengejar dan masalah apa tidak pernah diketahui. Korban juga jarang menceritakan masalah yang dialami baik dengan anak atau pun keluarganya yang lain.
(nag)