Kapasitas Adisutjipto Minim, Pembangunan Bandara Kulonprogo Jadi Solusi

Minggu, 04 Februari 2018 - 16:19 WIB
Kapasitas Adisutjipto...
Kapasitas Adisutjipto Minim, Pembangunan Bandara Kulonprogo Jadi Solusi
A A A
YOGYAKARTA - Pembangunan Bandara New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) atau Bandara Kulonprogo akan menjadi solusi bagi pertumbuhan wisata Yogyakarta. Artinya, keberadaan bandara baru ini akan membangkitkan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.

General Manager (GM) PT Angkasa Pura I (Persero) cabang Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Agus Pandu Purnama menjelaskan, bandara di bawah naungan PT Angkasa Pura I (AP I) yang ditargetkan mulai beroperasi pada April 2019, nantinya akan mampu menampung 14 juta penumpang pada pembangunan tahap I.

"Dua kali kapasitas Bandara Interasional Adisutjipto yang kini beroperasi," kata Agus Pandu Purnama, Minggu (4/2/2018).

Perlu diketahui, Bandara Adisutjipto hanya berkapasitas 1,8 juta penumpang per tahun namun harus menampung 7,8 juta penumpang per tahun, padahal rata-rata tren kenaikan penumpang 8,41% tiap tahunnya.

Pergerakkan pesawat pun terus menunjukkan tren peningkatan, bila 2016 sebanyak 53.752, di tahun 2017 mencapai 57.677 dengan rata-rata persentase kenaikan 7,30%.

Lonjakan yang terlalu tinggi dari standar inilah yang juga membuat ruang gerak penumpang minim di bandara ini. Sesuai standar Kementerian Perhubungan setiap 1 orang penumpang idealnya berhak mendapatkan ruang 8 m2 di ruang tunggu, namun saat ini hanya mendapat ruang 1,2 m2.

Ruang tunggu bandara Adisutjipto yang terdiri dari terminal A dan B, keduanya nampak dipadati penumpang. Untuk penerbangan internasional, ruang tunggunya menyatu dengan ruang tunggu penerbangan domestik, namun dia berada disisi berbeda dengan kapasitas yang nampak cukup kecil menampung penumpang.

Kondisi tersebut, lanjut dia, membuat ketidakyamanan turis mancanegara untuk datang ke Yogyakarta melalui bandara yang dikelolanya. Terlebih dengan panjang landasan pacu 2.200 meter tak mampu menampung pesawat berukuran besar dari penerbangan asing. Itu mengapa di bandara ini hanya ada penerbangan asing dari negara tetangga, Malaysia dan Singapura.

"Bandara ini enggak bisa dikembangkan lagi. Keterbatasan lahan dan ada kendala obstacle (kendala alam) ada Gunung Ratu Boko disisi timur. Ini jadi obstacle mengerikan untuk penerbang junior," ungkapnya.

Padahal kata dia, banyak maskapai penerbangan asing yang berminat untuk terbang langsung ke Yogyakarta. Hal ini pun berdampak pada okupansi hotel di Yogyakarta yang berada dibawah 50%, padahal kota pelajar ini menjadi tujuan wisata nomor dua di Indonesia setelah Bali.

Dengan adanya Bandara Kulonprogo maka akan memberi kesegaran baru bagi perjalanan menggunakan moda transportasi pesawat. Bila tahap I dapat menampung 14 juta penumpang, pada pembangunan tahap II bandara baru ini akan dapat menampung 20 juta penumpang.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyakini, pembangunan bandara Kulonprogo di Yogyakarta akan membangkitkan perekonomian masyarakat Yogyakarta.

“Saya yakin kalau Bandara Kulonprogo ini selesai dibangun akan membangkitkan perekonomian di Yogyakarta, kesejahteraan ekonomi masyarakat pasti akan tumbuh pesat, pariwisata Yogyakarta akan tumbuh bahkan bisa menjadi Bali kedua. Saya yakin pembangunan bandara ini akan berdampak positif dan memberi keuntungan berlipat ganda bagi masyarakat,” katanya dalam pers rilis yang diterima SINDOnews pekan lalu.

Sejalan dengan adanya pertumbuhan pariwisata di Yogyakarta, kata dia, pasti akan tumbuh juga pusat-pusat bisnis baru seperti hotel, restoran, hingga agen travel perjalanan wisata yang tentunya kemudian membuka kesempatan lapangan pekerjaan baru khususnya bagi masyarakat Yogyakarta. Bahkan, untuk mendukung operasional bandara saja nantinya akan dibutuhkan ribuan tenaga kerja.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7294 seconds (0.1#10.140)