Wabup Trenggalek Beberkan Strategi Ekonomi Kerakyatan Berbasis Koperasi

Selasa, 30 Januari 2018 - 19:34 WIB
Wabup Trenggalek Beberkan...
Wabup Trenggalek Beberkan Strategi Ekonomi Kerakyatan Berbasis Koperasi
A A A
DEPOK - Wakil Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin turut menjadi pemateri dalam Sekolah Partai yang diselenggarakan PDI Perjuangan bagi calon kepala/wakil kepala daerah yang diusung dalam Pilkada Serentak 2018.

Dalam pemaparannya, Wabup termuda yang juga kader PDI Perjuangan ini salah satunya membeberkan bagaimana mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan berbasis koperasi.

“Dalam upaya merealisasikan apa yang kami sebut sebagai revolusi dari atas, payung hukumnya sudah ada Perda Nomor 26 Tahun 2016. Dalam perda itu, pasal 5 ayat (3) mengatur: pusat perbelajan dan toko swalayan berjaringan hanya dapat didirikan oleh koperasi (berdiri di atas koperasi),” kata Nur Arifin, di hadapan peserta Sekolah Partai PDI Perjuangan, di Wisma Kinasih, Depok, Senin (30/1/2018).

Dia menjelaskan, kebijakan itu lahir juga dari pengetahuannya setelah mengikuti Sekolah Partai. Saat itu, dirinya belajar dari Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo yang juga berhasil mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui sinergi antara pengusaha kecil dengan swalayan yang kemudian dinamakan Tomira atau Toko Milik Rakyat.

Bedanya, kalau di Kulon Progo masih kompromi, di Trenggalek justru sudah lebih maju karena sudah ada Perda yang mengatur itu dimana swalayan hanya bisa berdiri di atas koperasi. Untuk bisa memajukan perekonomian rakyat melalui koperasi, jelas dia, maka pihaknya juga mengadakan program Kredit Gagsar (pedagang pasar).

“Bunganya 2%, biaya operasional dan administrasi dicover CSR, tanpa jaminan, dan kredit ini turun kepada koperasi pasar,” ujarnya. Untuk mengefektifkan itu, pihaknya juga mengadakan program Sekolah Pasar.

“Semua diedukasi untuk jadi anggota koperasi. Bahkan preman di pasar juga ikut program sekolah pasar. Mereka yang memudan juga bekerja untuk menagih, mereka dapat gaji, dan kredit jadi lancar,” timpalnya.

Nur Arifin menambahkan, prinsipnya menjadi pemimpin harus mau mencari masalah dan menemukan solusinya. Tidak pasrah pada keadaan dalam memperjuangkan cita-cita. Dia lalu mengutip Bung Karno bahwa: Tuhan ada di gubuk-gubuk masgaramat miskin.

“Maka saya selalu turun ke masyarakat, mencari solusi dari apa yag dialami masyarakat secara langsung,” tukasnya.

Apa yang dilakukan dalam kepemimpinannya di Trenggalek, lanjut Nur Arifin, juga merupakan pengejawantahan dari revolusi yang dilakukan Bung karno dan jalan perubahan Presiden Jokowi.

Dia mengungkapkan, revolusi Bung Karno melalui jalan Trisakti yakni berdaulat, berdikari, dan berkepribadian. Kemudian jalan perubahan Presiden Jokowi yakni dengan menghadirkan Negara yang bekerja, kemandirian yang mensejahterakan, dan revolusi mental.

“Lalu kami sebagai kesetiaan pada janji revolusi dengan cara ngantor di desa serta menghadirkan perda yang berpihak rakyat, pertanian terpadu plus kredit gangsar, dan gerakan tengok bawah,” tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1097 seconds (0.1#10.140)