Penipuan Modus Kecelakaan, 10 Orang Tua Siswa SMAN 1 Sleman Diminta Transfer Rp19 Juta
A
A
A
SLEMAN - Sekitar sepuluh orang tua siswa SMAN 1 Sleman jadi korban penipuan modus anaknya mengalami kecelakaan di sekolah. Pelaku yang menelepon orang tua siswa meminta ditransfer uang Rp19 juta sebagai biaya pengobatan anaknya.
Modus yang digunakan pelaku dengan menelepon orang tua siswa dan menginformasikan anaknya mengalami kecelakaan dan berada di rumah sakit. Untuk mendapatkan tindakan medis, pelaku meminta ditransfer uang untuk biaya peralatan medis.
“Ya ada sudah ada sepuluh orang tua siswa yang menanyakan kebenaran itu ke sekolah. Orang tua ada yang mengecek langsung ke sekolah, ada juga yang lewat telepon,” kata Wakil Humas SMAN 1 Sleman Amin Suryono, Selasa (16/1/2018).
Pelaku biasanya menyebutkan kepada orang tua siswa, anak mereka terjatuh di kamar mandi sekolah dan perlu tindakan medis di rumah sakit umum daerah (RSUD) Sleman karena pembuluh darahnya pecah. Untuk biasa membeli peralatan medis mereka meminta orang tua siswa mentransfer uang Rp19 juta.
Kabar tersebut, membuat beberapa orang tua, khususnya ibu-ibu, langsung panik. Apalagi pelaku yang menelepon itu mengaku guru SMAN 1 Sleman juga sambil menangis. Bahkan suasananya seperti berada di ruang IGD rumah sakit. Bukan itu saja yang sedang menelepon itu, ada yang mengambil alih dan mengaku dokter rumah sakit yang membenarkan kejadian tersebut.
Mendapatkan telepon itu, ada orang tua yang percaya dan langsung mentransfer uang Rp19 juta ke rekening yang disebutkan. Ada juga yang menanyakan ke sekolah tentang kebenaran informasi itu.
Dari sepuluh orang tua siswa, satu di antaranya sudah mentransfer, yaitu orang tua dari Aldita, siswa kelas XI IPA 4, warga Srumbung, Magelang. Sedangkan orang tua siswa yang lainnya, sebelum mentransfer uang mengecek dulu ke sekolahan. Setelah diberitahu kondisi anaknya baik-baik saja, mereka pun membatalkan transfer uang tersebut.
“Kami heran, mengapa penelepon itu mengetahui nomor orang tua siswa dengan data yang persis. Termasuk yang ditelepon semuanya orang tua siswa SMAN 1 Sleman,” ungkap Amin.
Siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Sleman, Aldita yang orang tuanya sudah mentranfer uang mengatakan sebenarnya ibunya sudah diingatkan bapaknya agar mengecek kebenaran informasi itu ke sekolah. Namun, ibunya panik sehingga langsung menuju bank di daerah Salam, Magelang dan mentransfer uang. Setelah mentransfer uang baru mendatangi sekolah.
Hal yang sama dikatakan siswa kelas XII IPA IV, SMAN 1 Sleman Yudha. Dia mengatakan sama seperti Aldita, setelah menerima telepon itu ibunya panik dan segera akan mentranfer uang. Namun, saat di jalan bertemu dengan tentangga dan ditanya mengapa panik, bercerita jika anaknya kecelakaan dan sekarang sedang kondisi kritis sehingga perlu uang untuk tindakan.
Mendengar itu tetangga tadi meminta ibunya ke sekolah dulu menanyakan kebenarnya. “Ibu saya menurutinya dan setelah sampai di sekolah melihat saya sehat, sehinggga tidak jadi transfer uang,” jelas warga Kelor, Bangunkerto, Turi, Sleman itu
Tenaga pendidik bagian sarana prasana SMAN 1 Sleman Agus Suprapto menambahkan dengan adaya kejadian itu langsung melaporkannya ke Polsek Sleman. Dari informasi kepolisian modus tersebut sering terjadi dan disinyalir itu merupakan sindikat.
Modus yang digunakan pelaku dengan menelepon orang tua siswa dan menginformasikan anaknya mengalami kecelakaan dan berada di rumah sakit. Untuk mendapatkan tindakan medis, pelaku meminta ditransfer uang untuk biaya peralatan medis.
“Ya ada sudah ada sepuluh orang tua siswa yang menanyakan kebenaran itu ke sekolah. Orang tua ada yang mengecek langsung ke sekolah, ada juga yang lewat telepon,” kata Wakil Humas SMAN 1 Sleman Amin Suryono, Selasa (16/1/2018).
Pelaku biasanya menyebutkan kepada orang tua siswa, anak mereka terjatuh di kamar mandi sekolah dan perlu tindakan medis di rumah sakit umum daerah (RSUD) Sleman karena pembuluh darahnya pecah. Untuk biasa membeli peralatan medis mereka meminta orang tua siswa mentransfer uang Rp19 juta.
Kabar tersebut, membuat beberapa orang tua, khususnya ibu-ibu, langsung panik. Apalagi pelaku yang menelepon itu mengaku guru SMAN 1 Sleman juga sambil menangis. Bahkan suasananya seperti berada di ruang IGD rumah sakit. Bukan itu saja yang sedang menelepon itu, ada yang mengambil alih dan mengaku dokter rumah sakit yang membenarkan kejadian tersebut.
Mendapatkan telepon itu, ada orang tua yang percaya dan langsung mentransfer uang Rp19 juta ke rekening yang disebutkan. Ada juga yang menanyakan ke sekolah tentang kebenaran informasi itu.
Dari sepuluh orang tua siswa, satu di antaranya sudah mentransfer, yaitu orang tua dari Aldita, siswa kelas XI IPA 4, warga Srumbung, Magelang. Sedangkan orang tua siswa yang lainnya, sebelum mentransfer uang mengecek dulu ke sekolahan. Setelah diberitahu kondisi anaknya baik-baik saja, mereka pun membatalkan transfer uang tersebut.
“Kami heran, mengapa penelepon itu mengetahui nomor orang tua siswa dengan data yang persis. Termasuk yang ditelepon semuanya orang tua siswa SMAN 1 Sleman,” ungkap Amin.
Siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Sleman, Aldita yang orang tuanya sudah mentranfer uang mengatakan sebenarnya ibunya sudah diingatkan bapaknya agar mengecek kebenaran informasi itu ke sekolah. Namun, ibunya panik sehingga langsung menuju bank di daerah Salam, Magelang dan mentransfer uang. Setelah mentransfer uang baru mendatangi sekolah.
Hal yang sama dikatakan siswa kelas XII IPA IV, SMAN 1 Sleman Yudha. Dia mengatakan sama seperti Aldita, setelah menerima telepon itu ibunya panik dan segera akan mentranfer uang. Namun, saat di jalan bertemu dengan tentangga dan ditanya mengapa panik, bercerita jika anaknya kecelakaan dan sekarang sedang kondisi kritis sehingga perlu uang untuk tindakan.
Mendengar itu tetangga tadi meminta ibunya ke sekolah dulu menanyakan kebenarnya. “Ibu saya menurutinya dan setelah sampai di sekolah melihat saya sehat, sehinggga tidak jadi transfer uang,” jelas warga Kelor, Bangunkerto, Turi, Sleman itu
Tenaga pendidik bagian sarana prasana SMAN 1 Sleman Agus Suprapto menambahkan dengan adaya kejadian itu langsung melaporkannya ke Polsek Sleman. Dari informasi kepolisian modus tersebut sering terjadi dan disinyalir itu merupakan sindikat.
(wib)