Batik Nambo Semakin Mendunia
A
A
A
LUWUK - Batik tenun Nambo khas Kabupaten Banggai semakin mendunia. Pada Februari nanti, batik Nambo akan tampil di New York Fashion Week, Amerika Serikat. Kehadiran batik Nambo ke New York Fashion Week adalah untuk kedua kali. Pertama ikut ajang fashion dunia ini pada September 2017 dan sukses mencuri perhatian banyak pihak sehingga kembali diundang ke New York.
“Kita sangat bangga, upaya kita untuk mengangkat batik atau tenun Nambo. Suatu karya yang harus kita banggakan dan bela,” kata Bupati Banggai Herwin Yatim pada peresmian pusat pelatihan batik dan tenun Nambo, di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu.
Pusat pelatihan ini diprakarsai Nani Lalusu (NL) dengan memberdayakan masyarakat sekitar untuk memproduksi batik dan tenun Nambo.
Untuk memasyarakatkan tenun Nambo, Herwin mengaluarkan surat edaran untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berada di lingkungan Kabupaten Banggai untuk mengenakan batik dan tenun Nambo.
Jika saat ini jumlah ASN di Kabupaten Banggai sekitar 8.000 orang maka uang yang dibelanjakan akan mencapai sekitar Rp2,4 miliar jika rata-rata satu tenun Nambo dihargai Rp300 ribu. Belum lagi masyarakat umum yang akan membeli produk kebanggaan Kabupaten Banggai ini.
“Kita harus bangga dengan produk kita sendiri. Kalau bukan kita sendiri lalu mau siapa lagi,” kata Herwin. Dia menambahkan kehadiran batik Nambo di luar negeri ini memang berkah dari Allah SWT. Bermula ketika pihaknya berkenalan dengan desainer asal Yogya Ryani Utami tanpa sengaja. Lalu dari perkenalan itu muncul ide untuk membawa batik Nambo ke New York. Tidak hanya di New York, disela kegiatan Herwin di Argentina pada kongres gizi internasional Oktober 2017 lalu, dengan bangga dia juga mengenalkan batik Nambo.
Tenun Nambo mempunyai beberapa motif di antaranya Manuk Maleo (burung khas Banggai), cardinal fish, pasula, tampok dan lain-lain. Di kawasan Nambo memang menjadi sentra pengembangan tenun ini dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Harapannya, tentu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Nambo. Jika dilihat memang, motif tenun Nambo kental dengan nuansa pesisir yang merupakan wilayah Kabupaten Banggai.
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Banggai Haslim Karim berharap dengan mendunianya di Amerika Serikat dan Pakistan, tenun Nambo bisa benar-benar menjadi kebanggaan masyarakat Banggai.
Menurut dia, tenun Nambo adalah kearifan lokal yang harus menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Banggai. “Kita harus menggelorakan semangat lokal,” ungkapnya di tempat yang sama.
Sedangkan Ketua Komisi A DPRD Sulawesi Tengah Sri Lalusu berkisah, dirinya pernah ditelepon oleh KBRI di Belanda dan menanyakan tentang tenun Nambo. Ini menunjukkan bahwa tenun Nambp benar-benar sudah dikenal oleh masyarakat internasional. “Itu saat saya keliling Eropa dan ditelepon pihak Kedutaan Belanda,” kisahnya.
“Kita sangat bangga, upaya kita untuk mengangkat batik atau tenun Nambo. Suatu karya yang harus kita banggakan dan bela,” kata Bupati Banggai Herwin Yatim pada peresmian pusat pelatihan batik dan tenun Nambo, di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu.
Pusat pelatihan ini diprakarsai Nani Lalusu (NL) dengan memberdayakan masyarakat sekitar untuk memproduksi batik dan tenun Nambo.
Untuk memasyarakatkan tenun Nambo, Herwin mengaluarkan surat edaran untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berada di lingkungan Kabupaten Banggai untuk mengenakan batik dan tenun Nambo.
Jika saat ini jumlah ASN di Kabupaten Banggai sekitar 8.000 orang maka uang yang dibelanjakan akan mencapai sekitar Rp2,4 miliar jika rata-rata satu tenun Nambo dihargai Rp300 ribu. Belum lagi masyarakat umum yang akan membeli produk kebanggaan Kabupaten Banggai ini.
“Kita harus bangga dengan produk kita sendiri. Kalau bukan kita sendiri lalu mau siapa lagi,” kata Herwin. Dia menambahkan kehadiran batik Nambo di luar negeri ini memang berkah dari Allah SWT. Bermula ketika pihaknya berkenalan dengan desainer asal Yogya Ryani Utami tanpa sengaja. Lalu dari perkenalan itu muncul ide untuk membawa batik Nambo ke New York. Tidak hanya di New York, disela kegiatan Herwin di Argentina pada kongres gizi internasional Oktober 2017 lalu, dengan bangga dia juga mengenalkan batik Nambo.
Tenun Nambo mempunyai beberapa motif di antaranya Manuk Maleo (burung khas Banggai), cardinal fish, pasula, tampok dan lain-lain. Di kawasan Nambo memang menjadi sentra pengembangan tenun ini dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Harapannya, tentu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Nambo. Jika dilihat memang, motif tenun Nambo kental dengan nuansa pesisir yang merupakan wilayah Kabupaten Banggai.
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Banggai Haslim Karim berharap dengan mendunianya di Amerika Serikat dan Pakistan, tenun Nambo bisa benar-benar menjadi kebanggaan masyarakat Banggai.
Menurut dia, tenun Nambo adalah kearifan lokal yang harus menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Banggai. “Kita harus menggelorakan semangat lokal,” ungkapnya di tempat yang sama.
Sedangkan Ketua Komisi A DPRD Sulawesi Tengah Sri Lalusu berkisah, dirinya pernah ditelepon oleh KBRI di Belanda dan menanyakan tentang tenun Nambo. Ini menunjukkan bahwa tenun Nambp benar-benar sudah dikenal oleh masyarakat internasional. “Itu saat saya keliling Eropa dan ditelepon pihak Kedutaan Belanda,” kisahnya.
(sms)