Bupati Minta Usut Kasus Bullying yang Meretakkan Tulang Dahi Siswa SMP

Selasa, 19 Desember 2017 - 22:45 WIB
Bupati Minta Usut Kasus...
Bupati Minta Usut Kasus Bullying yang Meretakkan Tulang Dahi Siswa SMP
A A A
TULUNGAGUNG - Bupati Tulungagung Sahri Mulyo mendatangi BS (13) siswa SMPN 01 Boyolangu, korban bullying hingga mengalami retak tulang dahi hingga pangkal hidung. Melihat kondisi BS yang tergolek lemah di ruang perawatan RSUD dr Iskak Tulungagung, Sahri mengatakan, kekerasan yang terjadi tidak bisa dibiarkan. Menurutnya kekerasan yang terjadi sebagai peristiwa yang serius.

“Ini sesuatu yang serius dan harus ditangani, “ujar Sahri kepada wartawan saat membesuk BS di RSUD dr Iskak Tulungagung. BS menjadi bulan bulanan ketiga temannya, yakni CTR (14), VT (14) dan EK (14).

BS melawan karena tidak tahan terus menerus dibully dengan sebutan cupu (tidak gaul dan tidak bernyali). Meski sudah terjungkal dan tidak berdaya, para pengeroyoknya malah membenturkan kepala BS ke dinding depan kelas.

Dalam insiden kekerasan itu Sahri menilai adanya faktor ketidakseimbangan antara fisik dan cara berfikir. Fisik yang tumbuh cepat karena gizi yang melimpah membuat anak anak (siswa) merasa dewasa.

Dia juga melihat asupan pengetahuan dari pesatnya tekhnologi (IT) juga turut menyumbang saham ketidakseimbangan.

“Merasa sudah besar, merasa kuat dan ingin menunjukkan jati diri. Padahal masih anak anak. Sebab anak-anak SMP sejatinya masih anak-anak,“ terangnya.

Sahri memberi penekanan pada pendidikan karakter. Menurutnya perlu adanya pembenahan dan penguatan. Tidak hanya di SMPN 01 Boyolangu.

Pendidikan karakter perlu digencarkan di seluruh sekolah di Tulungagung. Sebab Sahri tidak ingin kenakalan anak-anak yang berwujud kekerasan itu menggejala dan terulang.

“Pendidikan karakter harus digelorakan lagi di sekolah sekolah. Tugas guru konseling melakukan pendekatan ke siswa, memperkuat nilai kesantunan. Jangan sampai kasus ini menggejala dan terulang,“ paparnya.

Dalam kunjungan itu Sahri juga menyempatkan berkomunikasi langsung dengan BS. Usai operasi besar untuk mengembalikan posisi tulang dahi dan pangkal hidung yang retak, bocah itu masih terlihat lemah. BS masih menjalani masa pemulihan.

Disisi lain bocah berwatak pendiam itu masih trauma atas petaka yang menimpanya. Setiap diminta bercerita dia masih gemetaran.

BS diketahui memilih tinggal bersama neneknya di Boyolangu sejak usia 4 tahun. Orang tuanya merantau di Pontianak Kalimantan.

Lebih jauh Sahri mengatakan banyaknya anak anak yang ditinggal orang tuanya menjadi buruh migran (TKI/TKW) juga berpotensi munculnya kasus bullying. Dia berharap kerabat terdekat untuk melakukan pengawasan intensif.

“Sebab pengawasan guru guru di sekolah sifatnya terbatas,“ jelasnya. Sementara Hindro Wiyono, paman BS berencana mencarikan sekolah baru buat keponakannya.

Sebab hingga kini BS masih merasa trauma bila kembali ke SMPN 01 Boyolangu. Terkait kasus yang sudah dilaporkannya ke kepolisian, pihaknya menyerahkan sepenuhnya ke aparat penegak hukum. “Sebab sampai sekarang keponakan saya (BS) masih trauma,“ tuturnya.

Sementara aparat kepolisian menyerahkan penanganan kasus kepada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UUPA) Polres Tulungagung. Hal itu mengingat para pelaku, yakni CTR, VT, dan EK, masih berusia anak anak.

“Kita menyerahkan kasus sepenuhnya kepada UUPA. Sebab pelaku masih anak anak,“ ujar Kapolsek Boyolangu AKP Puji Widodo.

Kepala SMPN 01 Boyolangu Muji Wasono berharap persoalan kekerasan diselesaikan secara kekeluargaan. Muji beralasan para pelaku juga sama sama berstatus sebagai siswa.

“Sebaiknya diselesaikan dengan cara kekeluargaan saja. Mereka (orang tua pelaku) juga mengaku siap membantu biaya pengobatan dan operasi. Karena biaya operasinya pasti besar," tuturnya.

Seperti diketahui insiden bullying yang berakhir dengan retaknya tulang dahi dan pangkal hidung BS terjadi pada Sabtu 16 Desember 2017. Peristiwa terjadi di depan kelas saat jam pelajaran kosong.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2672 seconds (0.1#10.140)