Remaja Penderita Tumor Tulang Rahang Dapat Rp10 Juta dari Relawan Kobar
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Peran media massa dan media sosial tak perlu diremehkan. Baru saja diberitakan terkait remaja miskin penderita tumor tulang rahang oleh sejumlah media, sudah mulai ada yang berempati dan memberikan bantuan biaya pengobatan. Kamis sore (14/12/2017), Diky Supratman (16) penderita tumor tulang rahang menerima segepok uang di atas piring plastik berwarna hijau dengan total Rp10 juta yang diserahkan sejumlah musisi Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng yang tergabung dalam Relawan Kobar.
“Ini kumpulan uang dari masyarakat Kotawaringin Barat, kami Relawan Kobar hanya menampungnya dengan cara mengamen di pinggir jalan. Pemberian warga berapapun kami terima untuk membantu warga yang kurang mampu. Terutama bagi warga kurang mampu yang menderita suatu penyakit dan tidak mampu berobat,” ujar Koordinator Relawan Kobar, Aba Wawan usai menyerahkan uang tersebut kepada Diky di rumahnya, Kamis (14/12/2017) sore.
Aba mengatakan, selama ini komunitas Relawan Kobar selalu konsen mengamen di pinggir jalan untuk menggalang dana dari masyarakat Kobar. “Setelah terkumpul langsung kamu serahkan kepada yang membutuhkan.”
Dengan berlinang air mata, Diky Supratman (16) warga RT 29, Jalan Ahmad Yani, Gang Baning, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat sangat berterimakasih atas bantuannya tersebut.
“Alhamdulillah, saya sangat membutuhkan uang ini untuk berobat. Terima kasih relawan Kobar,” ujarnya dengan mata berkaca kaca.
Sebelumnya, Diky Supratman (16), warga RT 29, Jalan Ahmad Yani, Gang Baning, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng hanya bisa pasrah dengan kondisi penyakit yang dideritanya.
Sudah 4 tahun, Diky yang mulai beranjak remaja didiagnosa oleh dokter menderita tumor tulang pada bagian rahang, diagnosa dokter tak lantas membuat anak pertama dari dua saudara pasangan Mustofa dan Marni, berputus asa.
Sejak usianya 12 tahun, tulang rahangnya terus membesar hingga sekarang. Siswa kelas III di SMP 6 Pangkalan Bun ini awalnya kerap terlihat murung dan malu saat dibawa orang tuanya ke gereja atau ke pasar oleh sang ibu, namun dia tetap tegar menghadapi kenyataan. Diky tak pernah mengeluh sedikitpun atas apa yang dirasakan.
Penyakit tumor yang membuat benjolan besar pada bagian wajahnya juga tak menurunkan semangat belajarnya, dia tetap rajin bersekolah seperti anak normal pada umumnya.
"Saya kasihan melihat kondisi anak saya, bahkan saat ke gereja atau ke pasar dia sering murung karena ejekan orang lain, tapi dia tetap tegar dan tetap semangat," ucap ibunda, Marni saat ditemui di kediamannya, Kamis (14/12/2017).
Meski sakit, Diky tak pernah meminta kepada orangtuanya untuk diobatkan ataupun mengeluh kesakitan. Diky sangat memahami kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu.
Walau begitu, upaya pengobatan bukan tak pernah dilakukan, walaupun Mustafa hanya berprofesi sebagai buruh serabutan yang penghasilannya tak menentu. Dua kali Diky dibawa ke rumah sakit namun belum mendapatkan pengobatan yang tepat.
”Anaknya memang tegar, tidak pernah meminta diobati. Mungkin Diky tahu kalau orang tuanya tidak punya biaya," ujar sang ayah Mustafa.
Sebagai orang tua dia bertekad akan mencarikan kesembuhan bagi sang buah hati, keterbatasan ekonomi tak lantas membuatnya berdiam diri.
Rencananya dia akan membawa Diky berobat ke Pulau Jawa, dia pun tak tahu dari mana nanti uang untuk biaya pengobatan, namun tekad sudah bulat, demi Diky dia pantang mundur mencari biayanya.
Tahun lalu rumah sakit di Palangkaraya tidak sanggup mengobati Diky, dan harus menjalani operasi ke Jawa. "Entah uang dari mana nanti akan kami berobatkan ke Jawa. Diky memang tidak meminta tapi sebagai orang tua tidak tega melihat kondisinya, ” timpalnya
Saat ditanya MNC Media, Diky hanya menjawab sepatah dua patah kata. Dia mengaku tidak ada rada sakit atau nyeri di bagian rahangnya itu.
“Dulu kecil dan tiba tiba sekarang sudah sebesar ini. Ini sebentar lagi libur sekolah mau berobat di Semarang Jawa Tengah. Mohon doanya biar saya bisa sembuh,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
“Ini kumpulan uang dari masyarakat Kotawaringin Barat, kami Relawan Kobar hanya menampungnya dengan cara mengamen di pinggir jalan. Pemberian warga berapapun kami terima untuk membantu warga yang kurang mampu. Terutama bagi warga kurang mampu yang menderita suatu penyakit dan tidak mampu berobat,” ujar Koordinator Relawan Kobar, Aba Wawan usai menyerahkan uang tersebut kepada Diky di rumahnya, Kamis (14/12/2017) sore.
Aba mengatakan, selama ini komunitas Relawan Kobar selalu konsen mengamen di pinggir jalan untuk menggalang dana dari masyarakat Kobar. “Setelah terkumpul langsung kamu serahkan kepada yang membutuhkan.”
Dengan berlinang air mata, Diky Supratman (16) warga RT 29, Jalan Ahmad Yani, Gang Baning, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat sangat berterimakasih atas bantuannya tersebut.
“Alhamdulillah, saya sangat membutuhkan uang ini untuk berobat. Terima kasih relawan Kobar,” ujarnya dengan mata berkaca kaca.
Sebelumnya, Diky Supratman (16), warga RT 29, Jalan Ahmad Yani, Gang Baning, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng hanya bisa pasrah dengan kondisi penyakit yang dideritanya.
Sudah 4 tahun, Diky yang mulai beranjak remaja didiagnosa oleh dokter menderita tumor tulang pada bagian rahang, diagnosa dokter tak lantas membuat anak pertama dari dua saudara pasangan Mustofa dan Marni, berputus asa.
Sejak usianya 12 tahun, tulang rahangnya terus membesar hingga sekarang. Siswa kelas III di SMP 6 Pangkalan Bun ini awalnya kerap terlihat murung dan malu saat dibawa orang tuanya ke gereja atau ke pasar oleh sang ibu, namun dia tetap tegar menghadapi kenyataan. Diky tak pernah mengeluh sedikitpun atas apa yang dirasakan.
Penyakit tumor yang membuat benjolan besar pada bagian wajahnya juga tak menurunkan semangat belajarnya, dia tetap rajin bersekolah seperti anak normal pada umumnya.
"Saya kasihan melihat kondisi anak saya, bahkan saat ke gereja atau ke pasar dia sering murung karena ejekan orang lain, tapi dia tetap tegar dan tetap semangat," ucap ibunda, Marni saat ditemui di kediamannya, Kamis (14/12/2017).
Meski sakit, Diky tak pernah meminta kepada orangtuanya untuk diobatkan ataupun mengeluh kesakitan. Diky sangat memahami kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu.
Walau begitu, upaya pengobatan bukan tak pernah dilakukan, walaupun Mustafa hanya berprofesi sebagai buruh serabutan yang penghasilannya tak menentu. Dua kali Diky dibawa ke rumah sakit namun belum mendapatkan pengobatan yang tepat.
”Anaknya memang tegar, tidak pernah meminta diobati. Mungkin Diky tahu kalau orang tuanya tidak punya biaya," ujar sang ayah Mustafa.
Sebagai orang tua dia bertekad akan mencarikan kesembuhan bagi sang buah hati, keterbatasan ekonomi tak lantas membuatnya berdiam diri.
Rencananya dia akan membawa Diky berobat ke Pulau Jawa, dia pun tak tahu dari mana nanti uang untuk biaya pengobatan, namun tekad sudah bulat, demi Diky dia pantang mundur mencari biayanya.
Tahun lalu rumah sakit di Palangkaraya tidak sanggup mengobati Diky, dan harus menjalani operasi ke Jawa. "Entah uang dari mana nanti akan kami berobatkan ke Jawa. Diky memang tidak meminta tapi sebagai orang tua tidak tega melihat kondisinya, ” timpalnya
Saat ditanya MNC Media, Diky hanya menjawab sepatah dua patah kata. Dia mengaku tidak ada rada sakit atau nyeri di bagian rahangnya itu.
“Dulu kecil dan tiba tiba sekarang sudah sebesar ini. Ini sebentar lagi libur sekolah mau berobat di Semarang Jawa Tengah. Mohon doanya biar saya bisa sembuh,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
(sms)