Fasilitas LIPI Minim, Penelitian Laut Dalam di Ambon Tak Optimal
A
A
A
AMBON - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wilayah Ambon dinilai kurang optimal melakukan penelitian terhadap laut dalam. Ini disebabkan minimnya fasilitas pendukung sehingga aktivitas penelitian terbatasi.
Kondisi ini terungkap saat delegasi kunjungan kerja Komisi VII berkunjung ke Kota Ambon, Maluku, Rabu 1 November 2017. Anggota Komisi VII Bara Hasibun mengatakan, pihaknya akan memberi dukungan fasilitas baru untuk penelitian laut dalam, ”Kami mendukung dengan adanya fasilitas baru seperti kapal untuk LIPI yang ada di kota Ambon. Ini untuk memajukan penelitian laut dalam,” katanya.
Salah satu yang menjadi perhatian Komisi VII adalah kapal riset Baruna Jaya VII yang dimiliki LIPI. Kapal ini digunakan untuk melakukan riset di wilayah perairan dengan kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut. Namun kapal yang berusia 17 tahun tersebut sudah tidak optimal lagi digunakan untuk penelitian di perairan Indonesia timur, khususnya Maluku.
Dengan melihat karateristik Maluku yang memiliki 98% lautan dan 2% daratan ini, Komisi VII menanggapi serius permintaan fasilitas baru untuk LIPI Ambon. Tujuannya agar wilayah Indonesia timur dapat menjadi pusat penelitian laut dalam dan dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
“Hal ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan potensi laut kita yang sesuai dengan karakteristik Maluku. Maka dari itu, kami segera menindaklanjuti permintaan fasilitas baru seperti kapal demi kemajuan penelitian,” tuturnya.
Dengan adanya kapal baru nanti, politisi PAN itu, berharap LIPI akan menjadi lembaga penelitian yang selalu berinovasi bagi Indonesia dan manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat banyak. Selain itu, dia juga berharap penelitian itu akan terus dilakukan oleh seluruh daerah sesuai karakteristik wilayahnya.
Contohnya wilayah Jawa untuk penelitian pertanian, Kalimantan untuk sumber daya mineral, dan Maluku untuk perikanan. Dengan demikian hasil penelitian nantinya berdampak positif untuk warga sekitar dan umumnya masyarakat Indonesia.
Kepala Biro Perencanaan LIPI Maluku Zarnal Arifin, mengungkapkan, kondisi mesin kapal Baruna Jaya VII semakin tua sehingga tidak efisien dan boros bahan bakar. Selain itu juga beberapa perangkat kapalnya sulit ditemukan karena tidak dijual lagi. “Spare parts-nya sudah tidak dijual lagi sehingga kami cukup sulit untuk mengganti part yang sudah rusak,” ujarnya.
Kondisi ini terungkap saat delegasi kunjungan kerja Komisi VII berkunjung ke Kota Ambon, Maluku, Rabu 1 November 2017. Anggota Komisi VII Bara Hasibun mengatakan, pihaknya akan memberi dukungan fasilitas baru untuk penelitian laut dalam, ”Kami mendukung dengan adanya fasilitas baru seperti kapal untuk LIPI yang ada di kota Ambon. Ini untuk memajukan penelitian laut dalam,” katanya.
Salah satu yang menjadi perhatian Komisi VII adalah kapal riset Baruna Jaya VII yang dimiliki LIPI. Kapal ini digunakan untuk melakukan riset di wilayah perairan dengan kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut. Namun kapal yang berusia 17 tahun tersebut sudah tidak optimal lagi digunakan untuk penelitian di perairan Indonesia timur, khususnya Maluku.
Dengan melihat karateristik Maluku yang memiliki 98% lautan dan 2% daratan ini, Komisi VII menanggapi serius permintaan fasilitas baru untuk LIPI Ambon. Tujuannya agar wilayah Indonesia timur dapat menjadi pusat penelitian laut dalam dan dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
“Hal ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan potensi laut kita yang sesuai dengan karakteristik Maluku. Maka dari itu, kami segera menindaklanjuti permintaan fasilitas baru seperti kapal demi kemajuan penelitian,” tuturnya.
Dengan adanya kapal baru nanti, politisi PAN itu, berharap LIPI akan menjadi lembaga penelitian yang selalu berinovasi bagi Indonesia dan manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat banyak. Selain itu, dia juga berharap penelitian itu akan terus dilakukan oleh seluruh daerah sesuai karakteristik wilayahnya.
Contohnya wilayah Jawa untuk penelitian pertanian, Kalimantan untuk sumber daya mineral, dan Maluku untuk perikanan. Dengan demikian hasil penelitian nantinya berdampak positif untuk warga sekitar dan umumnya masyarakat Indonesia.
Kepala Biro Perencanaan LIPI Maluku Zarnal Arifin, mengungkapkan, kondisi mesin kapal Baruna Jaya VII semakin tua sehingga tidak efisien dan boros bahan bakar. Selain itu juga beberapa perangkat kapalnya sulit ditemukan karena tidak dijual lagi. “Spare parts-nya sudah tidak dijual lagi sehingga kami cukup sulit untuk mengganti part yang sudah rusak,” ujarnya.
(poe)