Membangun Kampung Menuju Pentas Dunia

Minggu, 15 Oktober 2017 - 17:16 WIB
Membangun Kampung Menuju...
Membangun Kampung Menuju Pentas Dunia
A A A
MALANG - Kampung-kampung di Kota Malang, Jawa Timur, terus berbenah. Perkampungan padat penduduk, yang dahulunya kumuh, rawan persoalan sosial, dan sering kebanjiran saat musim penghujan, kini mulai berubah.

Ruang kreativitas untuk warga kampung, yang diberikan seluas-luasnya oleh Pemkot Malang, mampu menjadi fondasi perbaikan kampung menjadi lebih baik, dan mampu membuat kampung yang dahulunya kumuh, kini menjadi tujuan wisata.

Wisata kampung yang tumbuh dari kreativitas warga dan gotong royong tersebut di antaranya adalah Kampung Glentung Go Green (3G); Kampung Warna-warni (KWW) Jodipan; Kampung Tiga Dimensi (Tridi) Kesatrian; dan Kampung Desaku Menanti.

Wali Kota Malang M. Anton menyebutkan, saat ini kampung tematik yang ada di Kota Malang sebanyak 66 kampung. "Kampung-kampung tematik ini sangat potensial dijadikan tempat tujuan wisata, yang memiliki manfaat ekonomis untuk masyarakatnya. Pengembangan kampung tematik juga menjadi bagian dari sinergi Pemkot Malang dengan masyarakat secara langsung," tegasnya.

Membangun kampung tematik ini juga mampu memberikan penyadaran terhadap masyarakat untuk terus menjaga kebersihan lingkungannya. Hadirnya pengunjung ke dalam kampung untuk berwisata, tentunya juga menginginkan adanya tempat yang bersih dan sehat.

Tata kelola, kreativitas, dan semangat warga kampung dalam menciptakan lingkungan lestari di tengah perkotaan yang padat mulai menampakkan hasilnya. Bahkan, Gerakan Menabung Air di Kampung 3G, diakui dunia internasional dengan masuk nominasi 15 besar di ajang Guangzhou International Award for Urban Innovation.

Menurut Anton, kreativitas Kampung 3G ini membuat Kota Malang mampu bersanding dengan kota-kota maju seperti Brussel di Belgia, Kopenhagen di Denmark, dan Boston, di Amerika Serikat, yang juga lolos ke babak final.

Pencapaian ini buah kerja keras masyarakat RW 23, Kelurahan Purwantoro, dan seluruh pihak yang terlibat. "Harapannya akan terus menjadi motivasi bagi kampung-kampung lainnya untuk terus berinovasi," imbuhnya.

Kondusifnya kota juga berdampak terhadap investasi yang masuk ke kota pendidikan ini. Indeks investasi Kota Malang mencapai sebesar 77,32. Angka ini, berada di atas indeks nasional 73,55.

Prestasi yang diraih saat ini pastinya tidak begitu saja didapatkan dengan mudah. Tentunya, ada kerja keras dan proses untuk mencapainya. Bahkan, sebelumnya kota yang dibangun pada masa kolonial Belanda sebagai kota taman ini sempat terpuruk akibat hilangnya ruang terbuka hijau, berganti dengan ruko, dan pusat perbelanjaan modern.

Pemkot Malang tidak ingin keelokan sebagai kota taman tersebut memudar. Melalui kebijakan yang diambil Anton, akhirnya taman-taman kota mulai dibenahi dan dibangun kembali, dengan memanfaatkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Taman-taman kota yang mulai hidup kembali di antaranya Taman Trunojoyo, Taman Merbabu, Taman Kunang-kunang, Taman Mojolangu, Taman Merjosari, Taman Malabar, Alun-alun Merdeka, dan masih banyak taman lainnya, lengkap dengan fasilitas publiknya yang nyaman.

Taman-taman kota yang dihadirkan kembali bukan sekadar bernilai estetis, tetapi juga menjadi hidup. Taman-taman kota tidak sekadar bisa dipandang keindahannya, tetapi bisa dimanfaatkan untuk kegiatan warganya.

Ide kreatif dari warga kota, menurut Anton, akan lahir apabila tersedia ruang publik yang nyaman, aman, dan menginspirasi. "Karena itu, tata kelola kota berwawasan lingkungan penting untuk mendorong tumbuhnya kreativitas. Ruang terbuka juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan komunitas masyarakat," ujarnya.

Perkembangan kota tidak hanya berhenti di situ. Masyarakat terus diberikan ruang yang luas untuk berkreasi dan berekspresi secara sehat. Pedagang kaki lima (PKL), yang selama ini menguasai fasilitas umum, mulai digeser dan ditata. Bangku-bangku taman dan berbagai karya seni, mulai menghiasi trotoar kota.

Kota Malang memang memiliki kesiapan serius dalam menghadapi ASEAN Clean Tourist City 2017. Tim juri kota wisata bersih ini juga telah hadir melakukan peninjauan langsung, pada Selasa (3/10/2017). Kehadiran tim juri dipimpin oleh Nurwan Hadiyono, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial.

Sekretaris Daerah Kota Malang Abdul Malik mengaku, kehadiran Kota Malang di ajang kota wisata bersih tingkat ASEAN ini sangat positif. "Kita bisa membangun wisata bersih di dalam kota, sesuai standar ASEAN," katanya.

Nurwan Hadiyono mengatakan sudah melakukan pengamatan langsung selama dua hari di Kota Malang, termasuk mengunjungi sejumlah kampung tematik yang berkembang di Kota Malang.

"Ada sebanyak 108 kriteria penilaian. Kota Malang sudah mampu memenuhi 81 kriteria atau sekitar 75%. Tentunya masih ada 38 kriteria penilaian yang harus segera dipenuhi," katanya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.9928 seconds (0.1#10.140)